salah satunya karena perkawinan yang dilakukan pada usia anak
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga mengatakan permasalahan stunting di Indonesia berkaitan dengan rendahnya kualitas pengasuhan.

"Sesungguhnya dibalik situasi gizi buruk tersebut terdapat fenomena sosial yang begitu menentukan tetapi ternyata justru kurang diperhatikan yaitu rendahnya kualitas pengasuhan," kata Menteri Bintang dalam webinar bertajuk "Cegah Stunting untuk Generasi Emas Indonesia Bersama Megawati Soekarnoputri" yang diikuti di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, rendahnya kualitas pengasuhan berkaitan dengan ketidaksiapan menjadi orang tua. "Ketidaksiapan ini salah satunya karena perkawinan yang dilakukan pada usia anak," katanya.

Pihaknya menyoroti pentingnya upaya mengatasi masalah stunting pada anak.

Hal itu karena 1.000 hari pertama kehidupan sejak masa kandungan sangat penting bagi anak karena pada masa tersebut, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai aspek yang menentukan kualitas kehidupannya di masa depan.

Baca juga: BKKBN: Audit rutin dapat awasi perkembangan tiap kasus kekerdilan
Baca juga: RI perlu contoh negara lain agar stunting turun 3,4 persen per tahun

Menurutnya, data studi Status Gizi Indonesia 2021 menunjukkan dari 34 provinsi di Indonesia yang mendapat kategori baik hanya satu provinsi saja yaitu Bali.

Bintang menjelaskan stunting mengakibatkan terhambat-nya pertumbuhan dan perkembangan anak seperti penurunan fungsi kekebalan, gangguan metabolisme tubuh, perkembangan otak tidak maksimal yang mempengaruhi kemampuan mental dan belajar serta prestasi belajar yang buruk.

Selain itu, anak yang mengalami stunting, dalam jangka panjang dapat berisiko mengalami obesitas, toleransi glukosa menurun, jantung koroner, hipertensi dan osteoporosis.

Baca juga: Kemenkes tambah dua jenis vaksin pada anak guna atasi kekerdilan

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022