Bojonegoro (ANTARA News) - Semburan asap di depan rumah Supriyono (30) di Desa Balenrejo, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Jawa Timur, dipastikan bukan gas beracun.

"Setelah kami cek dengan alat detektor gas, sama sekali tidak ada reaksi, angka penunjuk tetap nol," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Kasiyanto, di lokasi kejadian, Jumat.

Hadir di tempat itu Camat Balen Amir Syahid, Kapolsek Balen AKP Susilo TP, juga petugas dari Bagian Lingkugan Hidup (LH) Pemkab.

Kepulan asap keluar dari sejumlah lubang di bawah tiang listrik di depan rumah Supriyono. Peristiwa itu menjadi tontotan warga.

Bebeberapa kali Kasiyanto mendekatkan alat detektor gas ke dekat lubang yang mengeluarkan asap, namun alat detektornya sama sekali tidak bereaksi. Bahkan asap yang keluar pun langsung dicium tetapi tidak menimbulkan pengaruh bagi yang menciumnya.

"Baunya seperti belerang," ucap Kasiyanto menambahkan.

Menurut pemilik rumah, Supriyono, dirinya tahu ada kepulan asap dari sehari lalu usai hujan membasahi halamannya. "Karena asap masih terus keluar saya kemudian lapor polisi," katanya.

Mendapat laporan itu, sekitar pukul 06.00 WIB, polisi langsung memasang garis polisi di lingkungan lokasi yang mengeluarkan asap. Ratusan warga yang mendengar hal itu berbondong-bondong menonton. "Garis polisi kami copot, setelah ada kepastian kepulan asap itu bukan gas yang berbahaya," ujar AKP Susilo.

Kepulan asap itu, menurut Kasiyanto, merupakan dampak proses komposisasi sampah yang ada dalam timbunan. Ia menyatakan bila kepulan asap itu benar gas H2S (Hidrogen Sulfida) mata alat detektornya akan beraksi.

Alat pendeteksi gas tersebut juga bisa menunjukkan tingkat ambang kandungan gas.

Kasiyanto didampingi jajaran Muspika Kecamatan Balen, kepada pemilik rumah, juga warga di sekiar lokasi kejadian meyakinkan bahwa kepulan asap itu bukan gas yang berbahaya.

"Warga tidak perlu khawatir dan takut, ini bukan gas yang berbahaya, apalagi mematikan," katanya dengan nada meyakinkan.

(KR-SAS/C004)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011