Pengelolaan air harus mempertimbangkan dampak perubahan iklim
Jakarta (ANTARA) - Pertemuan sektor lingkungan dan kehutanan First G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG) telah dimulai sebagai langkah awal untuk menyusun komitmen kolektif negara anggota G20 mengatasi permasalahan lingkungan hidup dan perubahan iklim salah satunya terkait pengelolaan air.

"Pengelolaan air harus mempertimbangkan dampak perubahan iklim. Ini harus mencakup pengetahuan, pendanaan, ekonomi, keterlibatan masyarakat lokal, dukungan pemerintah dan lembaga nasional, regional dan global lainnya. Pendekatan berbasis alam, dipercaya mampu membangun pengelolaan air yang lebih baik," kata Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro dalam keterangan diterima di Jakarta, Selasa.

Salah satu Co-Chair G20 EDM-CSWG itu juga menyampaikan permasalahan air merupakan isu global, mulai dari ketersediaan, akses dan isu lainnya.

Perubahan iklim berkontribusi pada peningkatan masalah air dari kekurangan hingga banjir. Dalam menangani masalah tersebut beberapa negara telah menerapkan pengelolaan air termasuk pengelolaan air yang berkelanjutan.

Pada forum EDM diusung dialog dengan topik Solusi Berbasis Alam dan Pendekatan Berbasis Ekosistem untuk Pengelolaan Air, Kota Sirkular, dan Air Bersih Positif Untuk Pembangunan Air Berkelanjutan. Topik dialog dibagi menjadi tiga sesi, yaitu membahas mengenai pandangan dunia dan pengalaman dalam isu dan masalah pengelolaan air serta solusinya.

Baca juga: RI angkat isu kelautan untuk capai target iklim di forum G20 EDM-CSWG

Baca juga: Pakar: G20 momentum membahas isu iklim secara menyeluruh


Sesi kedua membahas pengalaman nasional dan praktik terbaik dalam menerapkan kebijakan dan meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan air. Serta sesi ketiga mengidentifikasi kesenjangan dan merumuskan solusi.

CSWG yang berlangsung secara pararel dengan dialog EDM, dibagi menjadi tiga sesi, yaitu membahas hasil studi tentang Inventarisasi ekonomi, dampak sosial dan lingkungan dari pemulihan berkelanjutan termasuk dampak implementasi NDC.

Sesi kedua membahas hasil studi tentang solusi berbasis laut untuk perubahan iklim melalui peningkatan kerja sama dalam ilmu pengetahuan, penelitian dan inovasi, dan sesi ketiga membahas hasil studi tentang rekomendasi kerangka keuangan inovatif menuju emisi gas rumah kaca rendah dan masa depan ketahanan iklim.

Dalam kesempatan itu, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Laksmi Dhewanthi menyampaikan bahwa, elemen dan pesan kunci dalam Workshop CSWG akan digunakan dalam sesi paralel 1st EDM-CSWG untuk menemukan kesamaan, kebutuhan, dan elemen relevan lainnya negara-negara anggota G20

"Sekaligus mengidentifikasi elemen (building blocks) untuk draft ministerial communique," ujar Laksmi, yang merupakan salah satu Co-Chair G20 EDM-CSWG.

Pertemuan G20 EDM CSWG di Yogyakarta pada 21-24 Maret secara umum mengusung tiga agenda prioritas, yaitu mendukung pemulihan yang lebih berkelanjutan, peningkatan aksi berbasis daratan dan lautan untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim.

Isu prioritas terakhir adalah peningkatan mobilisasi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim.

Baca juga: UNDP minta Presidensi G20 RI dorong peran modal swasta capai SDGs

Baca juga: Indonesia punya peran penting atasi perubahan iklim


Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022