Banjarmasin (ANTARA) - Waduk Riam Kanan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tidak hanya memiliki pemandangan keindahan alam, namun airnya yang jernih dengan kandungan berjuta ikan.

Waduk Riam Kanan merupakan danau buatan, bersumber dari pegunungan Meratus, gunung-gunung yang berdiri kokoh menjadi pasak tanah Borneo.

Di bawah pegunungan nan hijau dengan hutan raya yang lebat tersebut, tergambar danau yang luas, menyimpan kekayaan hayati dengan beragam ikan menjadi penghuninya.

Banyaknya ikan yang berada di danau buatan yang diresmikan Presiden RI H Suharto pada 1973 untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) tersebut dengan sebuah bendungan besar di paling hilir danau, membuat para mancing mania tergiur ingin merasakan sensasi tarikan ikan besar.

Tarikan ikan besar bisa dirasakan jika mancing mania mencoba memancing di malam hari, jika beruntung ikan nila "babon" bisa naik.

Husin dan Hendra, dua warga Kota Banjarmasin ini sudah merasakan sendiri sensasi mancing malam di Waduk Riam Kanan tersebut, hingga mereka lebih sering mancing malam daripada siang di sana.

Jika ingin memancing malam di Waduk Riam Kanan, mereka mulai siap berangkat dari Kota Banjarmasin sekitar pukul 15.00 WITA, perjalanan dari Banjarmasin ke Desa Tiwingan, di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar sekitar 1 jam.

Namun sebelum berangkat ke sana, mereka harus memesan lebih dahulu kapal atau biasa disebut di sana kelotok, kapal kecil beratap yang muat sekitar 10 penumpang hingga 20 penumpang.

Hal-hal yang juga perlu diperhatikan adalah umpan pancing, bisa menggunakan cacing. Bisa mencari sendiri di pekarangan rumah sebelum berangkat atau membeli, banyak dijual dengan harga sekitar 10 ribu per bungkus dengan jumlah sekitar 100 ekor cacing.

Yang juga jangan sampai lupa di bawa adalah bekal makanan, kebanyakan membawa beras, minyak goreng dan bumbu dapur lainnya untuk masakan bagi makan malam.

Pemilik transportasi air kelotok biasanya sudah menyiapkan kompor gas lengkap dengan peralatan masak lainnya, demikian juga piring dan gelas.

Makan malam di tengah danau juga memiliki sensasi tersendiri, di atas langit nampak bintang-bintang gemerlapan, hingga membuat nafsu makan lebih tinggi, meski hanya dengan menu sederhana.

Kembali ke proses perjalanan ke Waduk Riam Kanan tersebut, sampai di daerah tujuan, nampak parkir mobil berjejer banyak, parkir pun bisa hampir penuh setiap akhir pekan, yakni, Sabtu dan Minggu.

Para penjaga parkir pun sudah menunggu, setelah pemancing turun dari mobil, penjaga parkir pun akan membawa mobil cukup jauh untuk parkir.

Setelah sampai di sana, di daerah dermaga pelabuhan kelotok, suasana menjadi  ramai, banyak pemancing yang bersiap berangkat sambil menunggu di deretan rumah makan dan minum dengan beragam menu.

Menu andalan adalah nasi bungkus daging rusa adapula daging ikan toman, hanya di sana ada, para pemancing biasanya bersantai sebentar setelah sampai di sana untuk beristirahat sebelum berangkat ke tempat tujuan memancing.

Setelah beberapa saat beristirahat, kelotok yang membawa mereka siap sekitar pukul 17.00 WITA atau 18.00 WITA, perjalanan menuju tempat mancing pun di mulai, kelotok bermesin motor pun perlahan dengan kecepatan sekitar 30 kilometer per jam.

Harga sewa kelotok antara Rp600 ribu hingga Rp800 ribu selama satu malam, tergantung besar kelotok yang di sewa.

Di dalam kelotok, para pemancing mulai menyiapkan alat pancingnya saat diperjalanan itu, hingga saat sampai sudah siap digunakan.

Alat pancing yang digunakan mancing malam ini jenis joran pancing casting, sebab lokasi tempat pancing di kedalaman antar 5--15 meter. Dengan jarak lempar antara 10--15 meter.

Para pemancing pun melengkapi di ujung alat pancing mereka dengan starlet hingga kelihatan jika ada yang menarik kailnya, rata-rata satu pemancing menurunkan minimal dua alat pancing.

Alat pancing yang digunakan rata-rata pula dengan ujung yang halus, sehingga kelihatan jika ada tarikan. Sensasi tarikan inilah yang ditunggu, hingga larut malam pun tidak merasa lelah dan ngantuk.

Gelapnya malam di tengah danau tidak lah terasa seram, sebab canda tawa antar pemancing selalu pecah, obrolan nyeleneh pun ramai, hingga tidak terasa tengah malam berlalu.

Beberapa kelotok pemancing lain pun terkadang mondar mandir terdengar dari kejauhan, ada yang ikut mendekat, kemudian menjauh jika hasilnya kurang baik.

Karena danau yang sangat luas hingga bisa bebas ke mana saja, pindah tempat ke sana ke mari hingga subuh.

Kebanyakan ikan yang ingin didapatkan jenis ikan nila, karena ikan nila yang kini jadi mayoritas di danau itu, jika beruntung berat satu ekornya yang bisa naik antara 1--2 kilogram. Namun tentunya banyak yang lebih besar lagi.

Memancing di Waduk Riam Kanan bukan tanpa tantangan, tidak setiap kali berangkat menghasilkan berkilo-kilo tangkap, bahkan sering juga nihil.

Ada beberapa kondisi yang bisa membuat tangkapan nihil versi sebagai pemancing, termasuk Hendra dan Husin yang mereka sering alami.

Pertama itu terkait cuaca, cuaca hujan disertai petir atau kilat membuat gerombolan ikan nila hampir tidak ada yang mendekat kail. Ikan-ikan sepertinya ikut bersembunyi dengan kejadian alam ini.

Yang kedua, fenomena bulan purnama atau bulan bersinar terlalu terang, ini juga diyakini sebagai pemancing kurang menghasilkan tangkapan ikan nila, yang ada ikan-ikan yang disebutnya di sana, abang-abang, puyau, sanggiringan, baung, kadang pipih dan telan, ini jenis ikan asli penghuni danau tersebut.

Andai tidak terlalu berhasil mendapatkan tangkapan ikan, namun jarang sekali pemancing yang kapok ke sana, penasaran ingin mencoba lagi pasti ada, apalagi sudah merasakan tarikan ikan besar saat memancing malam.

Baca juga: Waduk Riam Kanan terkendali di tengah banjir di Kabupaten Banjar

Baca juga: Dayung Kalsel matangkan latihan di Danau Riam Kanan untuk PON Papua



Mancing sekalian berwisata

Memancing di Waduk Riam Kanan sebagai orang dengan ekonomi menengah ke atas dari berbagai golongan mulai dari pengusaha, pejabat, pedagang, polisi, tentara hingga PNS.

Kebanyakan mereka pergi memancingnya ke Waduk Riam Kanan dengan tujuan sekalian wisata, menghilangkan penat dari hiruk pikuk kota dan pekerjaan yang melelahkan.

Pasalnya, sebagian mereka tidak perduli mendapat ikan atau tidak, yang penting bisa hobi tersalurkan, meski harus mengeluarkan uang yang cukup banyak.

Sebab jika tidak memperoleh ikan, masih banyak ikan yang bisa dibeli untuk oleh-oleh pulang, para nelayan di sana sudah menyiapkan itu di dermaga, silakan pilih ikan jenis apa saja.

Begitu ramainya, pemerintah provinsi dan Pemerintah Kabupaten Banjar juga sudah menetapkan Waduk Riam Kanan sebagai pariwisata mancing, sebab hampir 24 jam di lokasi itu aktivitas mancing setiap hari ada.

Jika mancing siang hari, para pemancing sudah datang sejak pagi sekitar pukul 06.00 WITA, hingga 18.00 WITA.

Para pemancing siang pulang, rombongan pemancing malam pun tiba, seterusnya setiap hari demikian, tanpa sepi dalam beberapa tahun ini.

Jika mancing siang, pemandangan alam di sana sangatlah indah, pegunungan, hutan, dinding bebatuan, air yang jernih dan berbagai satwa hutan.

Jika pagi hari dapat dilihat matahari ke luar dari balik pegunungan, jika sore hari sinar merona matahari pun terlihat indah, hawa sejuk angin bertiup begitu nyamannya.

Hingga semua merindukan ingin kembali, merasakan alam yang begitu indah, kedamaian yang sangat dalam.

Wisata Bukit Batu

Masih tentang keindahan Waduk Riam Kanan, sekarang ada namanya objek wisata Bukit Batu yang masuk dalam kawasan Waduk Riam Kanan di daerah Desa Sungai Luar, Tiwingan Baru, Kabupaten Banjar.

Objek wisata ini makin populer, bisa didatangi lewat dengan transportasi sungai, bisa pula lewat darat dengan jalanan yang sudah cukup layak.

Wisata Bukit Batu dikembangkan langsung oleh Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor, hingga objek wisata itu cukup berkelas, jalan di areal wisata itu beraspal mulus, kebersihan cukup baik, fasilitas WC dan tempat beristirahat juga cukup baik.

Sangat menarik perhatian adalah bangunan mesjid yang cukup besar dan cukup megah berdiri di atas bebukitan, tidak jauh dari danau, tersendiri, tanpa ada bangunan lainnya.

Kini, objek wisata itu mulai sangat ramai dikunjungi, apalagi saat libur hari besar, rombongan keluarga dari berbagai penjuru datang, lewat transportasi air sekitar 35 menit, sedangkan lewat darat karena sebagian jalannya masih belum beraspal, tapi sudah cukup keras dan luas, waktu perjalanan dari Desa Awang Bangkal sekitar 30 menit sampai tujuan.

Selain wisata Bukit Batu di daerah Waduk Riam Kanan itu, adapula diantaranya objek wisata Pulau Pinus, Raja Lima, Pulau Bekantan, Pulau Rusa dan Bukit Matang Kaladan.

Dalam Wikipedia disebutkan, Waduk Riam Kanan adalah salah satu waduk terbesar di Kalimantan Selatan yang ada di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar.

Waduk buatan yang dalam pembangunannya memakan waktu selama 10 tahun ini dibangun dengan membendung 8 sungai yang bersumber dari Pegunungan Meratus, serta ada 9 desa yang kemudian ditenggelamkan di area seluas 9.730 hektar tersebut.

Tujuan utama dibangunnya Waduk Riam Kanan yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1973 ini adalah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air yang akan digunakan untuk menerangi wilayah Banjarmasin dan sekitarnya.

Baca juga: Jutaan ikan mati cemari Sungai Riam Kanan

Baca juga: Pemerintah segera bangun bendungan Riam Kiwa antisipasi banjir Kalsel
Waduk Riam Kanan.(ANTARA/Bayu)

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022