Mariupol (ANTARA) - Andaikan suami Alexandra, penduduk Mariupol, bisa bertahan hidup lebih lama untuk menerima bantuan kemanusiaan yang akhirnya tiba pada Kamis (24/3) ke bagian dari kota yang terkepung itu, dia akan hidup.

Namun, karena menderita diabetes, dia mengalami koma dan meninggal. Dia dimakamkan di sepetak lahan tanaman bunga.

Alexandra yang setengah baya dan bertutur lembut--dia tidak menyebut nama belakangnya-- termasuk di antara kerumunan orang yang diam-diam mengantre di Mariupol untuk menerima paket bantuan.

Kota pelabuhan wilayah tenggara itu telah menjadi titik fokus perang yang berkecamuk di Ukraina.

Di bawah pemboman besar-besaran oleh pasukan Rusia, kota itu telah menjadi gurun, warganya berlindung di ruang bawah tanah dengan sedikit makanan dan air.

Pasukan Rusia telah merebut beberapa bagian kota, menurut pejabat Ukraina.

Di depan tempat yang semula pusat perbelanjaan, penduduk menunggu dengan sabar untuk mendapat jatah kotak bantuan, yang bertuliskan "Z" yang disebut Rusia sebagai "operasi khusus".

Ratusan orang dari segala usia, mengenakan mantel dan topi melawan dingin, muncul dari reruntuhan menuju antrean.

Di satu tempat, mereka mengisi daya ponsel mereka di meja luar yang menyediakan deretan colokan.

"Hidup di kota ini sulit sekarang, kami tidak punya apartemen--itu terbakar habis," kata Alexandra.

Kerabat suaminya di Rusia belum tahu dia telah meninggal, katanya.

Pendeta telah menyelenggarakan kebaktian untuknya sehari sebelumnya dan Alexandra ingin memastikan sang suami dimakamkan dengan layak dan memiliki sertifikat kematian.

Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi detail cerita itu.

“Kami berencana untuk pergi tetapi sangat sulit saat ini,” kata Alexandra.

"Saya tidak bisa meninggalkan suamiku di sepetak lahan tanaman bunga."

"Dan kemudian kami tidak bisa pergi ke mana pun."

Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia sebut akan buka koridor kemanusiaan dari Mariupol
Baca juga: Ukraina tolak serahkan kota Mariupol yang dikepung Rusia
Baca juga: Zelenskyy: Teror Rusia di Mariupol akan "dikenang berabad-abad"

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022