Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, tertekan ke posisi Rp8.945 atau turun 45 poin dibanding posisi sebelumnya Rp8.900.
"Sentimen eksternal masih kuat, pelaku pasar belum melihat sentimen positif dari eksternal sehingga pergerakkannya sempit, pelaku pasar uang cenderung menahan dolar AS sebagai safe haven," kata analis pasar uang Monex Investindo Futures, Johanes Ginting, di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan, mata uang rupiah cenderung bergerak sideways karena minimnya sentimen sehingga pergerakkannya masih di range konsolidasi ketat.
Minimnya sentimen, lanjut dia, memberikan apresiasi pada dollar AS terhadap mata uang Asia lainnya termasuk rupiah.
Analis Valas Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, menambahkan bahwa meski rupiah bergerak melemah, namun masih dalam penjagaan Bank Indonesia (BI) agar tetap stabil.
"Kami perkirakan BI masih akan terus menjaga di kisaran antara Rp8.800 sampai dengan Rp8.950 per dolar AS. Kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa tercermin pada laju inflasi," kata dia.
Ia menambahkan, posisi cadangan devisa per akhir September 2011 tercatat 114,5 miliar dolar AS atau turun 10,1 miliar dolar AS sekitar 8,1 persen dari posisi pada akhir Agustus lalu.
Selain itu, sejak tanggal sembilan September lalu, investor asing terus melakukan tekanan jual pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat utang negara (SUN) senilai Rp43,2 triliun, sedangkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat penurunan kapitalisasi investor asing di saham sebesar Rp98, 8 triliun.
"Penurunan ini terutama untuk menjaga volatilitas rupiah, dan kejatuhan harga obligasi pemerintah," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (10/10) tercatat mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS menjadi Rp8.955 dibanding pada hari sebelumnya senilai Rp8.968. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011