Makassar (ANTARA News) - Duta Besar Indonesia untuk India Andi M. Ghalib mendorong masyarakat Sulawesi Selatan agar melanjutkan studi di negara tersebut sebab pendidikan di sana kompetitif tapi relatif murah.

Mantan Jaksa Agung tersebut saat "media gathering" di Makassar, Kamis malam, mengatakan, karena pesatnya pendidikan di India, pihaknya saat ini berupaya meningkatkan kerja sama antar-negara khususnya di bidang pendidikan dan teknologi informasi sekolah..

"Ini merupakan bagian tindak lanjut nota kesepahaman pengembangan pendidikan antara Indonesia dan india, yang disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu," katanya

Dia menjelaskan, saat ini India termasuk negara yang tercepat pendidikannya di dunia. Beberapa indikatornya, antara lain negara itu dalam satu tahun mampu mencetak satu juta sarjana teknik dan mampu menerbitkan 75 ribu-80 ribu judul buku.

Kecenderungan penyelesaian tingkat pendidikan juga sangat positif. Menurutnya, rata-rata orang India berpikir mengambil gelar doktor pada usai 20-an tahun

"Mereka negara luar biasa sekarang. Ilmu pengetahuan begitu didorong perkembangannya. Kita juga bisa lihat peran India di dunia internasional dari banyaknya penghargaan Nobel yang didapat oleh ilmuwan dan tokoh-tokoh mereka," katanya.

Atase Pendidikan Indonesia di India, Son Kuswadi menambahkan, saat ini hanya ada 100 orang mahasiswa asal Indonesia di India. Ia mengakui minimnya masyarakat Indonesia menuntut ilmu di negara tersebut sebab upaya promosi pendidikan India masih kurang.

Namun dengan adanya penandatanganan MoU antara pemerintah Indonesia dan India, diharapkan dapat meningkatkan banyak kerja sama antar negara terutama di bidang pendidikan.

MoU dalam bidang pendidikan, jelas Son, menitikberatkan kemudahan bagi rakyat Indonesia yang ingin mengambil magister atau doktor melalui jalur beasiswa di India.

"India sangat hebat di bidang teknologi informasi dan pengetahuan luar angkasa. Tapi tidak meninggalkan bidang lainnya seperti kajian ilmu kedokteran moderen yang ternyata sudah ada sejak tahun 1800-an. Sayang kalau kita tidak memanfaatkan peluang ini," ujarnya.  (AAT/J006)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011