Surabaya, 26/10 (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa program pembelajaran "International Hospitality and Tourism Business" (IHTB) Universitas Ciputra (UC) Surabaya merancang festival budaya secara mandiri.

"Festival budaya untuk tahun ini bertemakan `Halloween` ala China yakni `Vampire in The Mall` dan `Vampire Parade`," kata dosen International Hospitality and Tourism Business (IHTB) UC, Eric Yosua, di Surabaya, Rabu.

Dalam festival rancangan mahasiswa itu, sebanyak 15 dari 48 mahasiswa akan berdandan ala "vampire" dan melakukan atraksi "shuffle dance" di Atrium ITC Mega Grosir Surabaya pada 28-30 Oktober 2011.

"Halloween merupakan perayaan wajib yang banyak dilakukan anak muda zaman sekarang, namun tahun ini ditata dengan konsep ala China," ujarnya.

Upaya tersebut masuk dalam program pembelajaran mahasiswa IHTB semester satu angkatan 2011, bahkan kegiatan tersebut memiliki beban enam SKS dan menjadi syarat ujian akhir semester pada akhir November mendatang.

"Program ini merupakan aplikasi dari dua mata kuliah yakni `Psychology of Service` dengan beban dua SKS dan `Culinary Tour Project` empat SKS. Kini, kami terinspirasi dari negara China dan mengangkat tema besar `Discover Exotic China`," katanya.

Ia mengaku, dalam rangkaian festival budaya tersebut ikut didukung oleh Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan komunitas China di Surabaya.

"Pada rangkaian acara ini akan dimeriahkan oleh sejumlah penampilan seperti lomba akting, fashion show, lomba menyanyi, lomba fotografi, pementasan wushu, taichi, dimsum competition, dan diskusi akupuntur," katanya.

Bahkan, tambah dia, ada pula seminar "Hospitality and Tourism Business Opportunity in China" dan atraksi Barongsai.

"Dalam kegiatan ini kami tidak ada kendala dengan budaya lokal karena mahasiswa di sini merupakan komunitas peranakan," katanya.

Sementara itu, Mahasiswi IHTB Universitas Ciputra Surabaya semester satu angkatan 2011, Renata Suryaputra, mengurai, kegiatan ini membuktikan bahwa basis "enterpreneur" yang ada di kampusnya tetap melekat pada diri mahasiswa.

"Apalagi, dalam festival budaya ini para mahasiswa benar-benar mencari modal sendiri untuk keberlangsungan kegiatan tersebut sehingga kami bisa belajar mandiri," katanya.

Kendala mencari modal, lanjut dia, hanya satu yaitu saat menghadapi sponsor karena awalnya mereka tidak percaya dengannya mengingat kepanitiaan tersebut terdiri dari mahasiswa semester satu.

"Namun dengan bekal kemampuan negosiasi yang diberikan di kampus, kami bisa meyakinkan perusahaan untuk menjadi sponsor," katanya. (ANT-071/E011)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011