Kulon Progo (ANTARA News) - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan penelitian, dengan mengembangkan dua varietas kacang tanah terbaru, varietas domba dan kancil di Dusun Jurang Jero, Desa Giripeni, Kabupaten Kulon Progo.

"Pengembangan kacang tanah varietas domba dan kancil dilakukan sejak Juli 2011 pada lahan sawah seluas tiga hektare," kata anggota peneliti BPTP Yogyakarta Murwati di Wates, Kamis.

Selain kedua varietas baru itu, menurut dia juga ditanam varietas lokal sebagai pembanding.

Ia mengatakan dalam kegiatan tersebut sekaligus melibatkan kelompok tani secara langsung, sebagai bentuk pemberdayaan.

Murwati mengharapkan dengan dikembangkannya dua varietas baru kacang tanah itu, mampu memberdayakan petani dalam meningkatkan produksi kacang tanah di daerah setempat.

"Dalam kegiatan ini, BPTP Yogyakarta juga membina para petani dalam perawatan serta teknologi pemupukan tanaman sejak penanaman benih hingga siap panen pada usia 90 hari," katanya.

Pembinaan yang dilakukan seperti merekomendasikan pemupukan menggunakan pupuk organik maupun pupuk kimia dengan komposisi tertentu, guna mengetahui tingkat produktivitasnya. "Sebelum dipanen, dilakukan uji ubinan hasil produksi," katanya.

Menurut dia, berdasarkan penelitian hasil ubinan terbukti terjadi peningkatan produksi kacang tanah. "Untuk varietas lokal yang semula hanya menghasilkan satu ton polong basah per hektare, setelah menerapkan rekomendasi teknologi pemupukan, meningkat menjadi dua ton per hektare," katanya.

Sedangkan untuk varietas domba, produksinya mencapai 2,7 ton per hektare, dan varietas kancil 3,4 ton per hektare.

Setelah ini, kata dia, harapannya teknologi budi daya kacang tanah dan vareitas baru itu bisa ditransfer dan diterapkan oleh para petani.

"Secara fisik, kacang tanah varietas domba dan kancil, polong serta bijinya lebih besar dibandingkan dengan varietas lokal. Setiap polong varietas kancil berisi dua biji, sedangkan varietas domba berisi tiga hingga empat biji," katanya.

Sedangkan varietas lokal, menurut dia setiap polong berisi tiga hingga empat biji dengan ukuran lebih kecil.

Penyuluh pertanian dari Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Kulon Progo Endartono menambahkan, saat ini kacang tanah varietas lokal yang ditanam petani setempat baru bisa memenuhi sekitar 25 persen kebutuhan bahan baku. Selebihnya, harus mendatangkan dari luar daerah seperti Gunungkidul, Muntilan, dan Magelang, dengan harga yang jauh lebih tinggi.

"Selisih harganya bisa hampir dua kali lipat. Kalau di sini Rp8 ribu, harga dari luar bisa sampai Rp15 ribu," katanya. (ANT-159/M008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011