Isiolo, Kenya (ANTARA News) - Ledakan menghantam sebuah kendaraan yang membawa pasukan polisi paramiliter Kenya (GSU), Jumat, di wilayah utara negara Afrika timur tersebut, mengakibatkan tiga orang cedera, kata petugas medis dan polisi.

Serangan itu merupakan yang keempat di wilayah Kenya pekan ini dan dilakukan sehari setelah pasukan Kenya terlibat dalam bentrokan sengit pertama dengan gerilyawan Al-Shabaab di Somalia selatan, lapor Reuters.

Sejumlah sumber mengatakan, kendaraan GSU itu mungkin dihantam oleh ledakan ranjau, namun hal itu belum dikonfirmasi secara resmi.

Sumber-sumber kepolisian dan militer mengatakan, serangan itu terjadi tidak jauh dari kota Garissa, dekat Modika, di jalan yang menuju kamp pengungsi Dadaab dan kemudian masuk ke perbatasan dengan Somalia.

"Kendaraan yang dinaiki aparat-aparat itu rusak parah dan sebagian terbakar setelah dihantam ledakan yang kami duga ranjau atau bom," kata satu sumber kepolisian di kantor pusat provinsi kepada Reuters.

Juru bicara kepolisian Eric Kiraithe mengatakan kepada Reuters, ranjau diperkirakan sebagai sumber ledakan itu dan dua orang cedera.

Dua sumber medis di Rumah Sakit Umum Provinsi Garissa mengatakan, dua dari personel GSU itu berada dalam kondisi kritis dan seorang ketiga telah dibawa ke tempat itu untuk dirawat.

Gerilyawan Al-Shabaab Somalia hari Kamis (27/10) menyeru para pendukungnya di Kenya untuk melancarkan serangan balasan terhadap Nairobi karena operasi militernya di wilayah selatan Somalia.

"Mujahidin di Kenya, termasuk mereka yang dilatih di kamp-kamp militer kami, harus berperang di dalam Kenya," kata Mukhtar Robow Ali, seorang komandan utama Al-Shabaab, kepada massa di sebuah desa dekat Mogadishu.

Pasukan Kenya pada Minggu (16/10) meluncurkan penyerbuan ke Somalia untuk memburu Al-Shabaab yang dituduh mendalangi penculikan warga asing di Kenya dan mengklaim telah membunuh puluhan gerilyawan dari kelompok tersebut.

Senin (17/10), Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.

Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.

Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.

Kamis (13/10), dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari

kekeringan, kelaparan dan perang.

Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011