Medan (ANTARA News) - Mahasiswa dinilai mulai kehilangan identitas, karena tidak mampu mengedepankan intelektualitasnya dalam mencari solusi dari suatu permasalahan yang dihadapinya.

"Meski tidak dapat di globalkan, namun terjadi tawuran antar mahasiswa membuktikan bahwa mereka tidak mampu mengemban keintelektualitasannya," kata Psikolog Indah Kemala Hasibuan M.Psi di Medan, Rabu.

Itu ia katakan ketika dimintai komentarnya soal terjadinya tawuran sekelompok mahasiswa dari Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Senin, yang mengakibatkan dua sepeda motor dibakar dan beberapa mahasiswa luka-luka akibat lemparan batu.

Ia mengatakan, sebaiknya selaku insan akademis harusnya mahasiswa pelaku tawuran tersebut mengintrospeksi diri apakah dengan prilaku yang lebih mengedepankan emosi tersebut layak disebut sebagai mahasiswa.

Seharusnya mereka dapat lebih mengarahkan "energi" tersebut pada kegiatan-kegiatan yang lebih positif, seperti misalnya bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti misalnya organisasi pecinta alam, pramuka, atau aktif di lembaga penelitian.

Karena, lanjut dia, tawuran tersebut selain hanya akan merugikan diri sendiri, juga bagi orang lain terutama bagi mahasiswa lainnya yang tidak ikut dalam aksi tawuran tersebut.

"Saya melihat tawuran tersebut lebih disebabkan karena ikut-ikutan dan ego segelintir mahasiswa, seharusnya selaku kaum intelektual mereka bisa lebih bijaksana dalam mengambil suatu keputusan," katanya.

Dalam kesempatan itu ia juga mengutarakan bahwa ada perlunya pimpinan perguruan tinggi tegas memberikan tindakan kepada mahasiswa pelaku tawuran agar dikemudian hari tidak melakukan tindakan serupa.

Tindakan tegas tersebut dapat berupa skorsing, pemanggilan orang tua si mahasiswa, bahkan bilaperlu sampai pemecatan jika memang perbuatannya itu sampai merugikan pasilitas negara.

"Tindakan tegas ini perlu agar dapat memberikan efek jera bagi mereka dan bagi yang lainnya dapat menjadi contoh agar tidak melakukan perbuatan yang sama," katanya. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011