Jakarta (ANTARA) - "Kemendikbudristek, berperan mendorong dan memperkuat musik Nusantara sebagai bagian dari musik dunia serta para pelaku seninya," kata Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid.

Saat peluncuran Indonesia Music Expo (IMEX) 2022 secara hibrida di M Bloc Space, Jakarta, Jumat (18/3), ia menyatakan IMEX 2022 merupakan respons Indonesia terhadap perkembangan musik dunia yang kini makin berkembang pesat di seluruh dunia.

Perhelatan skala internasional di bidang seni budaya musik IMEX -- setelah peluncuran itu (https://www.kemdikbud.go.id) -- diselenggarakan sejak 24 hingga 27 Maret 2022, di Ubud, Provinsi Bali.

Ajang itu menampilkan 18 grup musisi Nusantara yang merupakan representasi pulau-pulau yang ada di Indonesia.

Selain pertunjukan musik Nusantara, dalam Festival IMEX 2022 juga dihadirkan acara lainnya, antara lain pameran, gelar wicara serta lokakarya.

IMEX 2022, kata Hilmar Farid, dapat menjadi salah satu wadah promosi kebudayaan Indonesia sekaligus pendidikan musik yang positif.

Alasannya, musisi-musisi etnik di IMEX 2022 amat jarang tampil secara bersamaan dalam satu pentas dan membawa nama Indonesia di ajang dunia.

Oleh karena itu, pemerintah memberi ruang untuk mereka.

Penyelenggaraan IMEX 2022 adalah perwujudan Kemendikbudristek menyikapi perkembangan musik dunia.

Hanya saja, kemasannya dalam versi Indonesia yang punya kekayaan ragam seni tradisi dan selama ini telah lama bergerak sehingga layak untuk dimunculkan.

Banyak negara mulai menyelenggarakan festival musik yang menonjolkan kearifan lokalnya agar dapat masuk dalam World Music, Arts, and Dance (WOMAD) serta World Music Expo (WOMEX).

Namun, kata dia, musik dunia di Indonesia memiliki wajah yang jelas sehingga bukan abstrak segala macam yang masuk kategori.

"Dalam world music, amat banyak terdapat elemen-elemen budaya lokal yang membentuk karakter Indonesia dan seharusnya dipopulerkan di tingkat dunia," katanya.

Karena itu, Kemendikbudristek, berperan mendorong dan memperkuat musik Nusantara sebagai bagian musik dunia serta para pelaku seninya.
Juara 1 DTBTNS Season 2 dari kategori visual art, Arief Hadinata ketika mempersembahkan karya visual yang diberi judul "Katak Merindukan Bulan'" (FOTO ANTARA/HO-Supermusic)

Talenta lewat kontes

Seiring dengan itu, pada Kamis (31/3) ajang kontes bergengsi untuk para talenta-talenta muda berbakat Tanah Air bertajuk "Dare To Be The Next Superstar (DTBTNS) Season 2" telah menemukan juaranya.

Pengumuman pemenang DTBTNS Season 2 disiarkan secara langsung pada fase penjurian final melalui kanal Youtube Supermusic dan laman Superlive.id.

Di hari itu, para finalis mempersembahkan karya terbaik mereka ke hadapan para juri untuk memperebutkan total hadiah Rp450 juta.

Karya musik dan visual art, yang merupakan pengembangan para finalis dari hasil workshop maupun tantangan dari para juri tersebut dinilai langsung oleh juri ahli untuk menentukan pemenang.

Namun setelah melewati berbagai pertimbangan dan menemukan kata sepakat juri, terpilihlah juara DTBTNS Season 2 dari kategori musik, yakni Mad Elephant dari kategori musik dan Arief Hadinata dari kategori visual art, yang berhasil meraih predikat juara 1 serta mendapat hadiah, masing-masing senilai Rp100 juta.

Tak hanya itu, kampiun juara itu juga meraih kesempatan untuk tampil di Supermusic NEXTZone Live 360 Virtual Concert.

Perwakilan Supermusic Nathaniel W Utomo mengatakan para juara DTBTNS Season 2 dari kategori musik dan visual art adalah mereka yang terbaik dari kacamata dewan juri, yakni Rekti Yoewono, Ronald Steven dan Nadia Yustina di kategori musik.

Selain itu ada Oom Leo, Popo Mangun, Hana Madness, Bunga Fatia dan Streoflow di kategori visual art.

Peningkatan kualitas dan variatifnya karya dari finalis membuat penentuan pemenang DTBTNS Season 2 berlangsung "panas".

Animo yang tinggi dengan hampir 1.000 submission dan ketatnya proses kurasi di DTBTNS tahun ini, baik ketika pemilihan finalis maupun pemenang, menjadi suatu kebanggaan bagi pihaknya.

Ia mengucapkan selamat untuk para juara dan mengharapkan gelar yang diraih, dengan berbagai pengalaman dan ilmu yang didapat, menjadi langkah yang baik untuk menapaki karir di bidang musik maupun visual art.

Rekti Yoewono, juri musik mengakui kualitas dan variatifnya karya para finalis, serta perbedaan kriteria penilaian dari masing-masing juri membuat perdebatan di meja juri berlangsung alot.

"Kelayakan pemenang kami tentukan dari kualitas song writing dan aransemen, kemampuan memainkan secara live dan showmanship, juga kemampuan menghibur saat di panggung. Semua finalis memiliki keunggulan di masing-masing kriteria tersebut dan memiliki kelayakan tersendiri," kata pembetot bas band Mooner itu.

Sementara itu, Mad Elephant merasa bersyukur sekaligus bangga dengan terpilihnya mereka sebagai juara DTBTNS Season 2 dari kategori musik.

Membawakan lagu miliknya berjudul "Spelling Bee" dengan aransemen pop funk, mereka berhasil merebut hati para juri serta banjir pujian karena tampil all out dan fun di atas panggung saat final dengan suguhan koreografi maupun musik yang berselera tinggi.

"Senang banget bisa tampil maksimal dari kami dan alhamdulillah bisa menjadi juara. Sempat kaget waktu tahu submission sampai hampir 1.000 karena jadi makin ketat persaingannya," kata Mad Elephant.

Sedangkan seniman muda asal Semarang Arief Hadinata tidak menyangka meraih dua gelar sekaligus, yaitu juara 1 dan juara favorit di ajang DTBTNS Season 2 untuk kategori visual art.

Dengan karya yang diberi judul "Katak Merindukan Bulan" ia membuat seluruh juri terpukau oleh visual dan cerita yang disajikan saat final.

Keempat juri menganggap bahwa karya Arief sempurna dan tanpa cela dari segi komposisi warna, drawing, cerita yang diterjemahkan lewat visual, serta memiliki karakter yang kuat.

"Wah, terharu banget dan tidak menyangka bisa juara 1 plus dapat juara favorit pula. Ini jadi suatu kebanggaan tersendiri dan tak bisa dinilai dengan nominal hadiah," katanya.


Pemajuan kebudayaan

Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek Ahmad Mahendra menyatakan komitmen pemerintah ke depannya terhadap ajang seperti IMEX adalah gerakan pembaruan, penguatan, maupun pemajuan kebudayaan di bidang seni musik.

Kegiatan seperti itu adalah puncak dari ajang musik lokal Nusantara.

Meski ada ajang lainnya yang juga sebagai pemajuan budaya musik Nusantara, namun nantinya diakomodasi ke dalam IMEX.

"Kita memberi jalan kepada para pelaku musik etnik Nusantara untuk mengembangkan seninya dan beradu kreativitas di luar," katanaya.

Kebetulan di IMEX jelas bekerja samanya, yaitu dengan WOMEX.

Founder IMEX Franky Raden menjelaskan ajang itu merupakan aspirasi musisi Nusantara yang selama ini tidak pernah hadir bersama dalam satu pentas, tetapi justru kini dapat bersinergi dalam permainan musik.

IMEX 2022 telah mengundang mitra global WOMAD dan WOMEX.

Ia menyebutkan musik Nusantara yang dikenal dalam musik dunia adalah peradaban dunia.

Musik Nusantara orisinal dan punya ekspresi budaya yang kuat dan pasar internasional sedang menyoroti musik Nusantara ini.

Kini, dengan sinergi antara pemerintah dengan pihak lain yang juga punya cita-cita, melalui ajang, festival dan pergelaran lainnya, upaya melahirkan musisi andal Indonesia menuju pentas dunia akan menemukan jalannya.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022