Selain itu, kita bisa melakukan pemeriksaan darah sehingga ada konfirmasi diagnosa
Jakarta (ANTARA) - Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kasus dengue di negara ini masih tergolong tinggi, mencapai 32.213 kasus sejak awal tahun hingga 12 April 2022, sementara pada 2021 total 73.518 kasus dengan jumlah kematian 705 kasus.

Oleh karena itu, kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dengue di lingkungan sekitar mereka menjadi bagian penting dari upaya mitigasi penyakit ini secara luas.

Koordinator Substansi Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr. Asik Surya, MPPM, mengatakan pada musim penghujan dengue menjadi penyakit yang tidak boleh dipandang sebelah mata.

Pihaknya sangat mendorong partisipasi dan kolaborasi semua pihak dalam mencegah dan menangani endemi demam berdarah di Indonesia.

Pemerintah telah menargetkan penurunan angka kematian akibat dengue menjadi 0,5 persen pada 2025 dari 0,9 persen di tahun 2021. Pemerintah terus melanjutkan kampanye pencegahan dengue melalui program 3M plus--Menguras, Menutup, Mendaur Ulang berikut berbagai kegiatan pencegahan lainnya seperti memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat di pintu dan ventilasi serta memberikan larvasida di tempat penampungan air.

Baca juga: 164 penduduk meninggal akibat Dengue hingga pekan kedelapan 2022

Kendati demikian, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat di tengah pandemi seperti saat ini adalah membedakan gejala penularan COVID-19 dan dengue.

Ketua UKK Infeksi & Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K) mengatakan gejala dengue sangatlah mirip dengan gejala COVID-19, yaitu seperti demam tinggi, nyeri di sejumlah bagian tubuh, lesu, dan muncul ruam. Sehingga, orang tua memiliki peran yang penting dalam mencermati dan mengenali beberapa tanda bahaya dengue.

"Selain itu, kita bisa melakukan pemeriksaan darah sehingga ada konfirmasi diagnosa bahwa ini adalah demam dengue," katanya dalam diskusi daring yang diadakan PT. Takeda Indonesia, Selasa.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Komunitas Dengue Indonesia Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K). Menurut dia pandemi COVID-19 belum usai, sehingga ini menjadi beban ganda, di mana ada dua masalah infeksi yang hadir pada waktu bersamaan.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk lebih pintar dalam mencegah demam berdarah.

Sinergi seluruh kalangan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang bahaya dan pencegahan demam berdarah menjadi penting. Setiap anggota keluarga diharapkan dapat mengenali jenis nyamuk Aedes aegypti yang menularkan dengue.

Baca juga: Tiga warga Pamekasan meninggal dunia akibat DBD

Terlebih lagi upaya pencegahan demam berdarah tidak hanya 3M plus tetapi juga inovasi pencegahan lain seperti dengan vaksinasi serta upaya untuk mendorong seluruh kalangan masyarakat untuk lebih waspada dan lebih pintar dalam mencegah demam berdarah.

Sejauh ini, pemerintah telah memetakan penanganan dengue melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 yang berfokus pada 6 langkah strategis. Salah satu langkah strategis yang dikedepankan adalah inovasi karena merupakan kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan penyebaran dengue.

Inovasi pencegahan ini termasuk pengembangan vaksin dengue yang tentunya aman dan dapat melindungi populasi anak dan juga dewasa yang berisiko terhadap dengue diakibatkan empat stereotipe dengue, tanpa melihat riwayat dengue sebelumnya. Hal ini juga harus sesuai dengan rekomendasi WHO bahwa ketersediaan vaksin dengue bisa mendorong keberhasilan pengendalian penyakit tersebut.

“Vaksinasi merupakan salah satu inovasi dalam strategi pencegahan penyebaran dengue yang sangat mungkin dilakukan di masa depan karena masyarakat secara luas sudah terbiasa dengan pelaksanaan vaksinasi. Hal ini tidak terlepas dari program vaksinasi COVID-19 yang telah diselenggarakan sebanyak tiga kali secara gratis oleh pemerintah, kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi sudah sangat baik," kata Dr. Asik Surya, MPPM.

Karena itu, katanya, ia berharap opsi untuk vaksinasi dengue bisa menjadi semakin luas dan angka kasus dengue maupun kematian akibat dengue dapat turun sejalan dengan target Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025.

Baca juga: Kemenkes perkuat strategi nasional penanggulangan dengue Andreas Gutknecht, General Manager PT Takeda Indonesia mengatakan penurunan kasus COVID-19 menjadi saat untuk kita melihat kembali dengue, penyakit yang bisa menyebabkan sakit parah, penyebaran yang cepat melalui nyamuk pembawa virus dengue; dan saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk dengue.

"Di Takeda, kami berkomitmen untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dengue dan juga pentingnya pencegahan yang inovatif untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena dengue," tutup Andreas.

Semoga inovasi pengembangan vaksin dengue bisa segera menemui hasil sehingga selain mendapatkan perlindungan dari pola hidup sehat, masyarakat juga memiliki kekebalan tubuh yang baik untuk menangkal penyebaran dengue. Karena, sebagaimana COVID-19 dan virus-virus yang lain, virus dengue yang dibawa oleh nyamuk juga tidak bisa dideteksi secara kasad mata.

Jadi, dengan partisipasi semua pihak dalam menjalankan upaya-upaya pencegahan dengue di lingkungannya, serta inovasi pengembangan vaksin, diharapkan kasus dengue di Indonesia bisa ditekan secara signifikan. Yang terpenting, semua pihak bisa menjalankan perannya masing-masing dengan baik dalam partisipasinya mencegah kasus dengue.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, mudah-mudahan Indonesia bisa menekan kematian akibat dengue menjadi 0,5 persen pada 2025 dari 0,9 persen di tahun 2021.

Baca juga: Demam sulit turun meski sudah minum obat? Waspadai penyakit Dengue

Baca juga: Cegah penyakit Dengue dengan berantas larva nyamuk


Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022