Nilai tukar rupiah terus berlanjut sesuai mekanisme pasar dan syukurlah defisit transaksi berjalan kita sangat kecil
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan Indonesia beruntung memiliki prospek ekonomi yang kuat di tengah konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut saat ini.

"Tahun ini, pemulihan ekonomi kita berlanjut, harga masih terus stabil, stabilitas nilai tukar rupiah berlanjut, dan stabilitas sistem keuangan," ungkap Perry dalam Side Event G20, High Level Discussion yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.

Selain itu, reformasi juga terus digencarkan di Indonesia untuk prospek ekonomi jangkah menengah.

Ia berpendapat dampak langsung dari konflik Rusia dan Ukraina kepada Indonesia memang terbatas, namun dampak tidak langsungnya tetap ada melalui kegiatan ekspor.

Perang kedua negara telah menurunkan pertumbuhan ekonomi global, yang menyebabkan kontribusi ekspor riil Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) akan semakin rendah.

"Itu sebabnya kami merevisi perkiraan pertumbuhan Indonesia dari 4,7 persen sampai 5,5 persen menjadi 4,5 persen sampai 5,3 persen," jelasnya.

Sementara, dampak terhadap harga komoditas, khususnya energi dan pangan, kata Perry, akan bergantung dengan kebijakan fiskal pemerintah.

Namun, ia meyakini pemerintah tidak akan membebankan seluruh kenaikan harga komoditas yang tinggi tersebut kepada konsumen.

Beberapa harga bahan bakar minyak (BBM) seperti premium dan minyak solar, misalnya masih akan disubsidi, begitu pula dengan listrik dan harga komoditas lainnya yang tinggi lantaran telah meningkatkan penerimaan negara dari kenaikan harga komoditas.

Di sisi moneter, ia menegaskan akan selalu siap untuk memastikan stabilitas nilai tukar rupiah, inflasi, dan memastikan pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut.

"Nilai tukar rupiah terus berlanjut sesuai mekanisme pasar dan syukurlah defisit transaksi berjalan kita sangat kecil, sehingga mendukung rupiah sementara kami bisa mengarahkan kebijakan untuk mengatasi inflasi domestik dan perkiraan pertumbuhan dengan normalisasi likuiditas," katanya.

Baca juga: BI: Suku bunga jadi kebijakan terakhir yang diambil dalam normalisasi
Baca juga: Gubernur BI nilai Inflasi di negara berkembang jadi masalah serius
Baca juga: BI: Uang beredar tumbuh 13,3 persen jadi Rp7.810,9 triliun di Maret

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022