Jadi itu benar- benar diperiksa
Jakarta (ANTARA) - Eiger Adventure Service Team (EAST) Manager sekaligus pendaki senior Galih Donikara berpendapat, untuk menjaga gunung bersih dari sampah memerlukan regulasi ketat dari pemerintah, termasuk pengelola taman nasional setempat.

"Penegakkan aturan untuk tidak buang sampah sembarangan dari petugas itu masih lemah, regulasi pun msaih setengah hati. Menariknya kalau orang Indonesia mendaki ke luar negeri dan bayar hingga ratusan juta, mereka mau ikutin aturan disana yang begitu ketat. Ada aturan air kecil dan air besar itu dibawa turun lagi ke bawah itu tetap dilakukan. Tapi di negara kita sendiri malah tidak bisa," kata Galih saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan dikutip, Sabtu.

Baca juga: Eiger tunjukkan komitmen berkelanjutan lewat laporan "ESG Report 2021"

Baca juga: Eiger bersiap hadirkan koleksi NFT "Riki The Tiger"


Meski saat ini banyak komunitas pendaki gunung yang tersebar di Indonesia dan banyak juga yang melakukan kegiatan bersih- bersih gunung untuk menjaga gunung tetap asri namun tidak dipungkiri masih banyak juga masyarakat awam yang mendaki tanpa kesadaran untuk menjaga lingkungan.

Bungkus plastik bekas makanan dan minuman kerap menjadi masalah besar tersendiri yang akhirnya membuat gunung yang seharusnya berwarna hijau asri tercemar dengan warna- warna lain.

Menurut Galih sejalan dengan visi global dari PBB yaitu pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals), seharusnya aturan- aturan untuk pendakian pun mengacu dan mengikuti visi tersebut.

Dengan demikian para pendaki baik itu pendaki pemula maupun pendaki yang sudah sering melakukan perjalanan bisa dengan bertanggung jawab menjaga gunung- gunung di Indonesia tetap asri dan menjaga ekosistem tetap berkelanjutan.

Galih pun memberikan contoh salah satu gunung yang telah dikelola secara berkelanjutan dan ada di Indonesia yaitu Gunung Kembang di Wonosobo.

Pengelolaan di Gunung Kembang Wonosobo terbilang ketat karena setiap pendaki yang akan melakukan perjalanan akan melalui pemeriksaan ketat dari petugas untuk barang- barang yang dibawa dan pemeriksaan tersebut juga mengecek potensi sampah atau tidak.

"Jadi itu benar- benar diperiksa ya, kayak misalnya ada pendaki yang merokok itu pun si putung rokok yang dibawa naik ke gunung itu dihitung. Nantinya bekas rokoknya itu harus dibawa lagi. Kalau semisal ketemu ternyata dia nyampah nanti didenda tuh sekitar Rp1,25 juta," kata Galih.

Eiger melihat pengembangan Gunung Kembang yang begitu berkelanjutan juga membantu operasionalnya dengan program "Adopsi Gunung" sehingga praktik pendaki yang bertanggung jawab pada alam dan juga menjaga ekosistem berkelanjutan bisa berjalan dengan optimal.

Tentu harapannya semakin banyak pengelola dan juga perhatian dari Pemerintah Daerah yang mengelola Taman Nasional untuk bisa menerapkan regulasi seperti di Gunung Kembang sehingga nantinya gunung- gunung di Indonesia tetap hijau dan bebas dari sampah.

Baca juga: Pendakian Gunung Tambora di Pulau Sumbawa kembali dibuka

Baca juga: Cuaca ekstrem, TNGGP Cianjur segera evaluasi pembukaan jalur pendakian

Baca juga: Jalur pendakian Gunung Rinjani kembali dibuka mulai 16 Maret

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022