Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) merencanakan pembuatan cetak biru (blueprint) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) selesai pada pertengahan tahun ini untuk bisa segera digunakan dalam memberikan arah pengembangan BPR ke depan. Direktur Direktorat Pengawasan BPR BI Irman Djaja Dalimi di Jakarta, Selasa, mengatakan, blueprint itu akan mencakup sejumlah permasalahan BPR seperti permodalan, pembukaan kantor cabang, wilayah operasional, fokus pembiayaan, sistem pembayaran dan kerjasama BPR dengan lembaga keuangan lain. "Kita akan terus melakukan diskusi dengan sejumlah pihak seperti praktisi, Perbarindo, pengamat dan akademisi untuk merumusan konsep dalam blueprint tersebut," katanya. Dijelaskan Irman, blueprint itu juga diharapkan dapat mengarahkan peran BPR sebagai lembaga keuangan yang membiayai usaha mikro dan kecil terutama di bidang pertanian dan masyarakat di daerah pedesaan. "Pembiayaan BPR selama ini lebih banyak pada sektor perdagangan mencapai 41 persen, sementara sektor pertanian hanya enam persen dan industri dua persen. Ini jauh dari harapan karena untuk pertanian dan pembiayaan untuk investasi sangat kecil," katanya. Namun menurutnya, secara industri kinerja BPR terus meningkat seperti total aset yang pada September 2005 mencapai Rp19,4 triliun atau meningkat dibanding Desember 2004 Rp16,7 triliun. Sementara kredit yang diberikan mencapai Rp14,6 triliun lebih tinggi dibanding Desember 2004 Rp12,2 triliun. "Dari rasio kredit yang disalurkan (LDR) yang mencapai 85,2 persen, menandakan hampir semua dana pihak ketiga disalurkan menjadi kredit. Ini berarti peran BPR memang dibutuhkan oleh masyarakat," katanya. Jumlah BPR konvensional sampai September 2005 sebanyak 2.066 BPR, dengan jumlah kantor 3.081 kantor, terdiri dari 2.066 kantor pusat, 228 kantor cabang dan 787 kantor pelayanan kas. BI saat ini juga sedang memfasilitasi pembentukan Apex bank bagi BPR dengan membentuk proyek percontohan di tujuh propinsi seperti DKI Jakarta, Jateng, Jabar, Jatim, DIY, Bali dan Sumbar. Apex bank ini nantinya berfungsi sebagai penyedia dana likuiditas untuk mengatasi liquidity mismatch, penyedia dana untuk ekspansi kredit dan bantuan bagi pengembangan IT.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006