Jakarta (ANTARA) - Jeruji tak menghalangi para warga binaan dalam mengekspresikan gagasan dan ide mereka, tercermin dalam buku "Suara Di Balik Jerjak" berisi 26 cerita terbaik hasil kurasi 160 naskah dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan yang tersebar di 14 provinsi Indonesia. Buku tersebut diluncurkan yayasan nirlaba Second Chance Foundation, Kamis, yang diharapkan bisa mendukung pengembangan sastra penjara.

Tema yang diangkat beragam. Keteladanan sosok pahlawan nasional, trauma akibat perbuatan masa lalu, kritik terhadap masyarakat, advokasi isu lingkungan di dalam rutan, hingga mendambakan dukungan dari masyarakat dalam merintis wirausaha untuk membangun kehidupan baru setelah bebas. Tim juri yang terdiri dari penulis ternama seperti Oka Rusmini, Feby Indirani dan Nuril Basri menyeleksi dan menetapkan 26 naskah terbaik untuk dibukukan.

Ketua Second Chance Foundation Evy Amir Syamsudin mengatakan, kumpulan cerita dalam buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo ini mencerminkan curahan pemikiran dan perasaan ke-26 penulis. Karya-karya yang mereka tulis menjadi terasa sangat personal, baik dalam bentuk cerita fiksi atau kisah nyata yang berasal dari realitas pemikiran dan pengalaman hidup mereka.

Menurut Evy, seluruh cerita pada buku ini menjadi bukti bahwa setiap warga binaan dan Anak memiliki potensi luar biasa, khususnya dalam bidang sastra. Mereka mampu mengungkapkan pengalaman hidup, berbagi perasaan, dan pemikirannya lewat tulisan dengan cara yang menarik dan khas. Meskipun secara fisik terbelenggu, kreativitas para penulis tetap bebas, menembus batas tembok dan jeruji yang mengelilingi mereka.

"Buku ini upaya kami menggali potensi unik dari setiap warga binaan di Indonesia karena mnulis adalah kegiatan positif, juga jadi cara memulihkan diri, selain mengisi waktu luang dengan berkarya," kata Evy dalam konferensi pers daring, Kamis.

Baca juga: Kemenkumham apresiasi upaya tingkatkan literasi warga binaan

“Saya meyakini lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan negara, dan lembaga pembinaan khusus anak di Indonesia beserta ribuan individu di dalamnya memiliki kekayaan dan keunikan cerita dengan ragam perspektif. Ini merupakan potensi luar biasa dalam mengembangkan sastra penjara di Indonesia,” katanya.

Cerita-cerita yang ada di dalam buku ini dia analogikan bagai permata tersembunyi yang berharga untuk diungkapkan ke hadapan publik. Para penulis buku membuktikan bahwa ada hasrat bersuara untuk bisa didengar orang-orang di luar penjara. Buku ini diharapkan bisa menggugah pembaca dan mengikis stigma negatif yang melekat kepada warga binaan, di sisi lain bisa mendorong warga binaan untuk aktif berkarya.

Hal senada juga disampaikan anggota tim juri. Penulis Oka Rusmini menuturkan, membaca karya-karya di dalam buku "Suara Di Balik Jerjak" seperti dihidangkan dengan potret-potret realita hidup yang dialami warga binaan dan Anak. Perempuan yang menulis buku Tarian Bumi dan Sagra ini menyatakan, buku ini adalah potret hidup di luar jangkauan kita yang menuntun masyarakat, khususnya pembaca untuk meningkatkan empati kepada sesama.

“Betapa hidup itu sesungguhnya tidak pernah mudah. Tetapi hidup memang harus ditaklukkan, sebelum dia menyantap kita dengan buasnya. Cerita-cerita dalam buku ini bisa membuat kita berpikir ulang tentang rasa bahagia, rasa syukur, juga iman dan cara kita mengenal Tuhan. Sungguh cerita-cerita yang layak dikomsumsi oleh pembaca luas, bagaimana sesungguhnya hidup manusia-manusia yang diterungku. Beragam cerita di buku ini sungguh membuat kita berpikir banyak hal tentang potret ideal kemanusiaan itu sendiri,” kata Oka.

Anggota tim juri lainnya, Feby Indirani melihat kumpulan cerita yang ada dalam Suara Di Balik Jerjak begitu imajinatif, getir dan mengharukan. Penulis buku Bukan Perawan Maria dan Memburu Muhammad ini menilai berbagai suguhan alur dan karakter dalam kumpulan cerita tersebut bisa mengejutkan pembacanya.

“Imajinatif, getir dan mengharukan. Suguhan alur dan karakter dalam cerita ini bisa mengejutkan. Lugu, tapi kerap menawarkan kearifannya sendiri. Sendu, tapi juga jenaka. Kumpulan cerpen ini memperkaya batin, mengajak Anda menyelami rupa-rupa kehidupan yang tak pernah terbayangkan. Sastra yang ditulis dari dalam kungkungan penjara ini justru meluaskan cakrawala, dan meninggalkan jejak panjang pada diri pembacanya,” ujar Feby.

Selain dalam versi buku cetak dan ebook Bahasa Indonesia, Suara di Balik Jerjak diterjemahkan ke dalam versi Bahasa Inggris dengan judul “Voices from Behind Bars” dalam format buku elektronik (ebook) dan print on demand (PoD) untuk menjangkau khalayak pembaca lebih luas. Versi ebook Bahasa Inggris akan tersedia pada sekitar akhir Mei mendatang, sementara versi PoD sudah bisa dipesan pembaca.

Salah satu penulis cerita dalam buku ini, Endang, mengaku senang lantaran ceritanya bisa dimuat dalam buku ini. Perempuan yang menghabiskan waktunya mengajarkan baca Al-Quran kepada sesama warga binaan ini mengungkapkan, ide “Cerita Rasmah” yang ia tulis terinspirasi dengan kehidupan warga binaan perempuan yang masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan dalam keadaan hamil dan melahirkan di dalam jeruji.

“Jadi inti ceritanya, pertama, tentang kasih sayang yang tidak berujung. Kedua, cerita Rasmah juga tentang seorang ibu yang selalu sabar dalam menghadapi cobaan di keluarganya. Ketiga, tentang harapan terhadap seorang suami untuk berubah lebih baik lagi. Dan yang terakhir, tentang seorang Ibu yang ingin bekerja keras supaya anaknya menjadi seorang sarjana, menjadi orang yang lebih baik lagi dari dirinya,” kata warga binaan Lapas Perempuan Kelas III Pangkalpinang ini.

Dari balik jeruji, perempuan yang gemar membaca novel ini menulis cerita tersebut di beberapa halaman kertas selama sekitar satu bulan. Di tengah keterbatasan sarana, Endang bersyukur jajaran petugas di lapas membantunya dalam penyusunan dan pengiriman naskah cerita.

“Tantangannya lebih ke peralatan, ya, karena perlu komputer buat mengetik, perlu bantuan ibu-ibu petugas buat bantuan mengetik. Karena kita di sini kan kalau menulis di buku atau kertas gitu, nanti dirangkai sedikit-sedikit jadi cerita. Begitu selesai, minta bantuan sama ibu-ibu petugas buat bantu mengetik ceritanya,” ujarnya.

Ia berharap kehadiran buku ini bisa menjadi jendela inspirasi bagi para pembaca. “Harapan saya mudah-mudahan tulisan saya bermanfaat untuk orang banyak. Dan semoga masih ada cerita-cerita lain yang lebih baik dari saya yang bisa digali, sehingga orang-orang bisa semakin terinspirasi dengan cerita-cerita mereka,” ujarnya.

Country Manager and Liaison to ASEAN United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) Collie F Brown berharap hasil publikasi ini dapat didistribusikan ke lembaga pemasyarakatan lain untuk menginspirasi warga binaan lain.

Buku ini penting, kata Brown, untuk memberikan kesempatan warga binaan menyuarakan diri dan diharapkan kelak mereka bisa menjalani kehidupan yang lebih baik ketika kembali berintegrasi di masyarakat.

Baca juga: Sambut Hari Kartini, kerajinan batik warga binaan perempuan dilelang

Baca juga: Kemenkumham gelorakan atmosfer kemerdekaan melalui PAShow warga binaan

Baca juga: Lapas Salemba gandeng 7 lembaga tingkatkan keterampilan warga binaan

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022