Timika (ANTARA News) - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua, Mgr John Philip Saklil Pr mengimbau umat Katolik di wilayahnya memperkokoh ketahanan keluarga dengan mengedepankan semangat keteladanan hidup.

Berbicara kepada ANTARA di Timika, Minggu, Uskup Saklil mengatakan dewasa ini banyak rumah tangga di Timika yang hancur akibat pereceraian antara suami isteri.

Konflik keluarga yang berkepanjangan, katanya, mengakibatkan anak-anak tidak mendapatkan perhatian dan pendidikan yang memadai, terutama pendidikan akhlak moral dan agama.

"Di Timika sekarang banyak keluarga hancur. Suami dan isteri sudah tidak saling mempercayai. Anak-anakpun tidak lagi mempercayai orang tuanya," tutur Uskup Saklil.

Di tengah kondisi sosial yang gamang itu, Uskup Sakli berpesan kepada keluarga-keluarga Katolik setempat untuk mengembalikan semangat keteladanan dalam keluarga-keluarga.

Orang tua harus memberikan contoh dan keteladanan yang baik kepada anak-anak mereka.

"Contoh dan keteladanan hidup sangat penting ditanamkan kepada generasi muda. Kalau tidak ada keteladanan, anak-anak akan hancur. Kalau anak kita hancur, itu kesalahan besar yang dilakukan orang tua," ujarnya.

Menurut Uskup Saklil, perkembangan informasi dan teknologi yang demikian cepat dewasa ini harus diimbangi oleh penanaman nilai-nilai moral dan agama yang kuat di lingkungan keluarga. Dengan demikian, katanya, anak-anak tidak dibentuk oleh pengaruh lingkungan.

"Sudah saatnya para orang tua belajar banyak hal terutama soal agama agar bisa membagikan pengalaman dan pengetahuannya kepada anak-anak. Anak-anak akan melihat contoh dan teladan hidup dari orang tua mereka," pesan Uskup Saklil.

Uskup kelahiran Kampung Umar Mimika Barat itu juga menyoroti semakin menurunnya semangat dan motivasi generasi muda Mimika untuk sekolah.

Di kampung-kampung pedalaman dan pesisir pantai, katanya, banyak sekolah tidak menggelar kegiatan belajar-mengajar karena guru-guru tidak ada di tempat tugas. Kalaupun guru-guru ada di tempat tugas, justru anak-anak tidak mau ke sekolah karena ikut orang tua pergi menjaring ikan atau mencari sagu untuk bertahan hidup.

Generasi muda yang tidak mengenyam pendidikan terutama baca, tulis dan menghitung, katanya, sepanjang hidupnya tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak mampu bersaing dengan orang lain.

"Kalau anak-anak tidak bisa baca tulis dan sampai dewasa dia tidak bisa apa-apa itu kesalahan kita semua baik orang tua, guru-guru, pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan semua masyarakat," tutur Uskup Saklil.

Menyadari kondisi sosial tersebut, Uskup Saklil meminta dukungan Pemkab Mimika melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan agar serius memperhatikan kondisi pendidikan dasar di sekolah-sekolah pedalaman dan pesisir Mimika.

Pendidikan dasar di sekolah-sekolah pedalaman dan pesisir Mimika, katanya, mutlak diberi perhatian prioritas karena di sanalah anak-anak asli Papua bertumbuh dan berkembang.

Perhatian ekstra bagi peningkatan kualitas pendidikan dasar sangat diperlukan lantaran pendidikan dasar merupakan "pabrik" persemaian untuk menghasilkan generasi penerus yang mampu bersaing dalam era persaingan global masa kini.

Pada Minggu (20/11), Uskup Saklil memberikan sakramen krisma atau sakramen penguatan kepada 121 orang muda Katolik di Paroki St Petrus Karang Senang-SP3 Timika. (E015)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011