Seoul (ANTARA News) - Hampir 40 polisi Korea Selatan terluka ketika sebuah unjuk rasa jalanan menentang kesepakatan perdagangan bebas dengan Amerika Serikat berubah kekerasan, kata polisi Minggu.

Sejumlah demonstran dari 2.200 pengunjuk rasa yang melakukan pawai memukul dan menendang petugas saat protes di distrik Gwanghwamun, Seoul pusat, Sabtu malam, kata juru bicara Badan Kepolisian Nasional, lapor AFP.

Diantara mereka yang terluka adalah kepala polisi distrik. Kebanyakan mengalami luka-luka kecil. Polisi menempatkan sekitar 8.000 petugas bersama dengan lusinan bus polisi untuk menghalangi akses ke lokasi protes.

Demonstrasi berlangsung hampir tengah malam di Seoul pusat sejak pemerintah yang berkuasa Selasa lalu mendesakkan kesepakatan perdagangan yang lama tertunda melalui parlemen menentang protes oposisi.

Seorang anggota parlemen oposisi melepaskan tabung gas air mata untuk mencoba menghentikan sidang.

Para penentang kesepakatan perdagangan bebas tersebut mengatakan kesepakatan itu secara tidak perlu menguntungkan Amerika Serikat dan akan memukul para petani dan bisnis kecil. Para pendukung mengatakan hal itu penting bagi perekonomian Korea Selatan yang didominasi ekspor dan akan meningkatkan lapangan kerja serta pertumbuhan.

Kesepakatan itu "harus ditiadakan karena akan menghancurkan perekonomian Korea, hanya akan menguntungkan modal AS", teriak para pemrotes Sabtu, menurut kantor berita Yonhap.

Surat kabar utama Korea Utara Minggu menggambarkan pemaksaan pakta perdagangan itu sebagai "tindakan sangat tidak menyenangkan yang dimaksudkan untuk mempertahankan kekuasaan dengan menjual harga diri dan kepentingan negara untuk mendapatkan dukungan majikan AS".

AS menempatkan 28.500 pasukan di Korea Selatan untuk melindungi terhadap serangan apapun oleh Korea Utara.

Badan Kepolisian Nasional, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Yonhap, mengatakan para penyerang akan dilacak dan dihukum bersama dengan pengorganisasi unjuk rasa tersebut. (K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011