Baghdad (ANTARA News)- Pemerintah Irak memberlakukan larangan keluar rumah Jumat siang di Baghdad dan tiga propinsi sekitarnya dalam usaha mencegah terjadinya bentrokan antar kelompok pada hari itu, kata sumber-sumber pemerintah, Kamis. Larangan keluar rumah pada malam hari akan diperpanjang sampai pukul 16:00 waktu setempat (20.00 WIB) dan polisi akan menahan mereka yang berada di jalan, kendatipun akan pergi ke masjid, kata sumber-sumber di kantor perdana meneteri dan Kementerian Dalam Negeri kepada Reuters, setelah dua hari kerusuhan antara kelompok Syiah dan Sunni. Para pejabat memperkirakan akan terjadi aksi protes dari kedua pihak dan para pemimpin AS dan Irak telah mengemukakan perlunya ketenangan untuk mencegah terjadinya perang saudara. Larangan keluar rumah juga diberlakukan di propinsi-propinsi Salahaddin, Diyala dan Babil di utara, timur dan selatan ibukota Irak itu dan bandara kota tersebut akan ditutup. Sebuah pengumuman resmi akan dikeluarkan, kata sumber-sumber itu. "Tidak seorangpun diperkenankan ke luar rumah," kata satu sumber. "Polisi akan menahan siapapun yang berada di jalan, kendatipun untuk pergi shalat." Tindakan itu diambil karena penduduk di sedikitnya dua daerah sekitar Baghdad melaporkan terjadinya perkelahian seru. Paling tidak 130 orang tewas, kata data resmi, sejak serangan bom yang diduga dilakukan kelompok Al Qaeda menghancurkan sebuah masjid di Samarra, utara Baghdad, salah satu tempat ibadah paling suci Syiah. Belasan masjid Sunni diserang sebagai tindakan balasan. (*)

Copyright © ANTARA 2006