Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari menilai bahwa sebagian besar dokter di Indonesia masih lalai dalam diagnosis pasien flu burung, sehingga mereka baru merujuk ke rumah sakit (RS) setelah pasien mengalami sakit parah. "Hasil penelitian Depkes bahwa para dokter pertama menangani pasien flu burung merujuk ke RS, rata-rata baru pada hari ke-6 masa sakit pasein flu burung," katanya di Jakarta, Sabtu. Ketika berbicara pada Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) FKUI 2006, Menkes mengatakan, banyaknya pasien flu burung yang meninggal karena terlambat dirujuk RS khusus melayani pasien flu burung. "Jika saja pada hari ke- 2 atau ke-3 masa sakit pasien flu dirujuk ke RS khusus melayani pasien flu burung, maka jiwanya akan tertolong," katanya menegaskan. Menurut Menkes, jumlah penderita flu burung positif di Indonesia dari Juli 2005 - Februari 2006 mencapai 28 orang, 20 orang meninggal, sehingga jumlah penderita flu burung di Indonesia menduduki urutan ke-2 di dunia setelah Vietnam (93) dan angka kematiaannya urutan ke-2 setelah Kamboja. Pemerintah RI sejak 2005 telah mensosialisasikan diagnosis flu burung kepada seluruh dokter di Indonesia, yakni jika menangani pasien gejala flu perlu ditanyakan riwayat pasein, sehingga jika pasein flu burung pernah kontak dengan unggas harus segera dirujuk ke RS khusus melayani pasien flu burung. Masyarakat juga diminta memusnahkan unggasnya jika unggasnya menderita gejala flu burung seperti tampak lemah dengan mengeluarkan lendir pada hidung dan membersihkan kotoran unggasnya serta mengkonsumsi daging dan telur unggas harus dimasak sampai mendidih minimal 80 derajat celsius. Menkes minta panitia KPPIK FKUI mengisi acara simposium penanganan penderita flu burung karena pesertanya sebanyak 2.000 dokter umum dan dokter spesialis, sehingga mereka dalam berpraktek tidak lalai merujuk pasien flu burung ke RS. Sementara itu, Wakil Dekan FKUI Dr Priyo Sidipramono, Sp Rad mewakili Dekan FKUI, mengatakan, penanganan diagnosis flu burung akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan S-1 kedokteran FKUI dan pada acara KPPIK FKUI 2006 akan diisi simposium flu burung agar para dokter memiliki keterampilan diagnosis flu burung. Ketua panitia KPPIK, Prof Dr Herdiman Pohan menambahkan, tim dokter peduli flu burung dari FKUI dan perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam mulai awal Maret 2006 akan mengadakan sosialisasi diagnosis penyakit flu burung di sejumlah wilayah Indonesia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006