Jakarta (ANTARA News) - "London Indonesia Film Screening 2006" yang akan digelar di School of Oriental and African Studies (SOAS) London, Inggris, pada 9-15 Maret mendatang akan dibuka dengan film "Gie" karya sineas muda Riri Reza. "Film itu dipilih sebagai pembuka terkait keberhasilannya sebagai salah satu dari 50 film yang dinominasikan untuk meraih film terbaik untuk kategori film berbahasa asing dalam Academy Awards' tahun ini," kata Staf Perhimpunan Pelajar Indonesia di Inggris, Hannah Alrasyid, melalui siaran persnya di Jakarta, Minggu. Dia mengatakan festival yang diselenggarakan atas kerjasama Perhimpunan Pelajar Indonesia di Inggris dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia ini adalah festival kali pertama dalam sejarah sinema Indonesia. Dia menambahkan, selain penayangan "Gie", selanjutnya juga akan diputar sejumlah film terbaik karya anak bangsa, antara lain "Janji Joni" karya Joko Anwar, "Eliana Eliana" karya Riri Reza, "Daun di Atas Bantal" karya Garin Nugroho, "Novel Tanpa Huruf R" karya Aria Kusumadewa, serta "Arisan" Karya Nia Dinata. "Semua film dalam festival itu dipilih dengan cermat berdasarkan tema dan kualitas karya yang bersangkutan, serta dianggap bisa mewakili perkembangan paling mutakhir dunia perfilman di tanah air," katanya. Dikatakannya festival yang juga akan dihadiri oleh aktor utama "Gie", Nicholas Saputra, akan ditutup dengan dua diskusi simultan bertema "Gender dan Seksualitas dalam Sinema Asia Tenggara, dan Perkembangan Film Kontemporer Indonesia". "Diskusi tersebut akan menghadirkan pembicara dari British Film Institute, pakar akademisi, dan pengamat film internasional," katanya. Hannah mengatakan melalui festival itu diharapkan masyarakat Eropa, terutama yang tinggal di London dan Inggris, dapat mengenal Indonesia dari berbagai sisi. Sebab selama ini Indonesia dikenal dengan stigma negatif akibat maraknya kasus bom dan terorisme, bencana alam, konflik etnik serta korupsi. "Melalui pita seluloid yang menampilkan sebagian kekayaan budaya, keluasaan tradisi dan realita masyarakat Indonesia kontemporer itu, masyarakat Internasional diharapkan dapat mengetahui beragam kekayaan budaya Indonesia yang sebenarnya," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2006