Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Pakistan memberlakukan larangan penuh atas impor terhadap 36 lebih barang mewah nonesensial sebagai bagian dari rencana ekonomi darurat untuk menstabilkan perekonomian nasional.

Pada Kamis (19/5), Menteri Informasi dan Penyiaran Pakistan Maryam Aurangzeb mengatakan, "Ada situasi darurat dan Pakistan harus berkorban dengan diterapkannya rencana ekonomi. Ini akan berdampak cepat pada cadangan devisa negara."

Pakistan harus mengurangi ketergantungannya pada impor untuk menempatkan negara itu di jalur stabilitas dan kemajuan ekonomi, lanjut Maryam.

Ia menambahkan bahwa pemerintah telah berupaya menerapkan kebijakan berorientasi ekspor, yang akan menguntungkan industri dan produsen lokal, serta menciptakan lapangan pekerjaan.
 
   Perkembangan ini terjadi setelah rupee Pakistan terus merosot dalam beberapa pekan terakhir, mencapai nilai terendahnya sepanjang sejarah yaitu 200 rupee (100 rupee Pakistan = Rp7.316) terhadap 1 dolar AS (1 dolar AS = Rp14.731) di pasar antarbank pada Kamis, terdepresiasi 0,81 persen dibandingkan hari sebelumnya (Xinhua)


Penurunan rupee Pakistan disebabkan oleh meningkatnya tagihan impor, meningkatnya defisit transaksi berjalan, dan menipisnya cadangan devisa, menurut para ahli ekonomi.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022