Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman mengatakan insiden kebocoran sumur gas milik Sorik Merapi telah terjadi berulang kali dan menimbulkan banyak korban jiwa.
"Komisi VII DPR RI merekomendasikan Dirjen EBTKE (Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi) Kementerian ESDM untuk mencabut izin operasi PT Sorik Merapi Geothermal," ujarnya dalam rapat dengar pendapat bersama Kementerian ESDM di Jakarta, Senin.
Berdasarkan catatan parlemen, insiden kebocoran sumur gas Sorik Merapi telah terjadi sebanyak empat kali dalam dua tahun terakhir. Peristiwa terbaru terjadi pada 24 April 2022 yang membuat 21 orang harus dibawa ke rumah sakit akibat terpapar gas beracun.
Anggota Komisi VII DPR RI Adian Napitupulu menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan investasi yang tidak membunuh rakyat.
Menurutnya, kecelakaan kerja berulang yang terjadi di Sorik Merapi dapat menciptakan pandangan buruk publik terhadap energi terbarukan yang menjadi referensi orang-orang untuk menolak keberadaan pembangkit listrik tenaga panas bumi.
"Citra buruk geotermal muncul dari Sorik Merapi. Kita berharap ada niat baik mereka, tapi ternyata tidak ada. Kita butuh investasi yang tidak membunuh rakyatnya sendiri," pungkas Adian.
Mengutip data laman Kementerian ESDM, Sorik Merapi Geothermal Power memperoleh Izin Usaha Panas Bumi (IUP) pada tahun 2010 dan Izin Panas Bumi (IPB) sejak tahun 2015, dengan wilayah yang tercakup sebesar 62.900 hektare dan potensi sumber daya panas bumi mencapai 240 MW.
Pada 2016, KS Orka Renewables mengambil alih 95 persen saham Sorik Merapi dari sponsor terdahulunya. Hingga saat ini, Sorik Merapi telah mencapai commercial operating date untuk Unit I sebesar 45 megawatt tahun 2019 dan Unit II sebesar 45 megawatt tahun 2021.
Baca juga: Lima korban tewas akibat keracunan gas di Mandailing Natal, Sumut
Baca juga: Kementerian ESDM jelaskan kejadian kebocoran gas Sorik Marapi ke DPR
Baca juga: Puluhan warga Madina korban keracunan sumur gas sudah kembali ke rumah
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
