Kuala Lumpur (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur kini melakukan program jemput bola pembuatan paspor pekerja Indonesia yang merupakan pekerja asing tanpa izin (PATI) yang kini sedang mengikuti program pemutihan dari pemerintah Malaysia.

"Program ini dilakukan ke tempat-tempat yang banyak PATI Warga Negara Indonesia baik di wilayah Kuala Lumpur ataupun di luar Kuala Lumpur," kata Ketua Tim Pelaksana Program 6P Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Malaysia, Suryana Sastradiredja saat dijumpai di Kuala Lumpur, Rabu.

Menurut dia, pelaksanaan jemput bola ini sebagai upaya untuk mengurangi penumpukan para PATI Warga Negara Indonesia (WNI) di tempat permohonan paspor di KBRI Kuala Lumpur ataupun di Wisma Duta yang dari hari ke hari jumlahnya terus membludak.

Terus mengalirnya para PATI WNI yang ke Wisma Duta (lokasi diperuntukkan pembuatan paspor yang ikut program pemutihan) telah menimbulkan kepadatan di tempat tersebut sehingga dikhawatirkan semakin banyak yang tidak terlayani mengingat keterbatasan Sumber Daya Manusia di lokasi tersebut.

Selain itu, peningkatan tersebut tentu bisa menimbulkan penumpukan para PATI WNI yang tidak terlayani sehingga dikhawatirkan bisa menimbulkan hal hal yang tidak diinginkan seperti terluka, terinjak-injak ataupun bisa saja yang pingsan karena perebutan untuk pembagian nomor antrian yang dibatasi jumlahnya.

Bahkan, lanjut dia, bila hal ini dibiarkan bukan tidak mungkin menimbulkan kemarahan para PATI WNI yang merasa tidak terlayani. Kemarahan itu tentu bisa mengancam keselamatan para petugas serta lingkungan di sekitar Wisma Duta.

Di sisi lain, tambahan, penumpukan orang di depan Wisma Duta juga telah menimbulkan kemacetan dan lingkungan kotor oleh sampah-sampah bekas makanan dan minuman.

Para PATI WNI juga bisa terus bekerja tanpa harus khawatir gajinya dipotong ataupun harus mengeluarkan biaya transportasi ke Wisma Duta karena cukup datang ke lokasi di sekitar tempatnya bekerja.

"Program jemput bola juga bisa mengurangi praktik penipuan yang dilakukan oleh para calo dengan cara menawarkan jasa pengurusan paspor biaya tinggi. Mereka biasanya berdalih kenal dengan orang dalam yang bisa membantu membuatkan dokumen penting tersebut. Padahal itu hanya tipu muslihat agar calon yang mau menjadi korbannya percaya," ungkap dia.


Berdasarkan Permohonan

Pelaksanaan jemput bola ini dilakukan guna menanggapi surat permohonan yang disampaikan oleh para majikan yang memiliki karyawan PATI di atas 200 orang.

Bila dipandang memenuhi syarat yang diminta oleh pihak KBRI maka tim ini akan langsung bergerak dengan membawa peralatan ke lokasi out reach yang dituju termasuk membawa paspornya untuk bisa ditandatangani oleh PATI yang telah dinyatakan berhak (kelengkapan dokumen memadai dan mengikuti wawancara).

Bagi mereka yang ingin mendapatkan program ini, kata dia, harus mengajukan surat permohonan dan tentunya harus menyediakan dokumen-dokumen lengkap termasuk ada majikannya.

Dijelaskannya, dalam beberapa pekan terakhir ini sudah beberapa tempat dilaksanakan out reach seperti di Kampung Baru, Chow Kit (wilayah Kuala Lumpur)  hingga ke wilayah Selangor ataupun Perak.

Sementara itu, program jemput bola pembuatan paspor tenaga kerja Indonesia (TKI) dalam program 6P oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia Kuala Lumpur di Teluk Intan, Perak, disambut baik oleh para TKI yang bekerja di wilayah tersebut.

Program tersebut digelar di Dewan Majlis Perbandaran Teluk Intan pada Sabtu (17/12), dikoordinir oleh Persatuan Pekebun-pekebun Kecil Kebangsaan.

"Para pekebun tersebut kebanyakan berasal dari NTT dan NTB, " kata sukarelawan progam jemput bola untuk warga NTT dan NTB, Maryanto HS.

Menurut seorang TKI, Robertus Nana, program jemput bola tersebut dapat meringankan pekerja yang tidak perlu datang ke KBRI untuk pembuatan paspor.

Sambutan baik serupa juga disampaikan oleh pekerja asal Belu, Yohanes Seran yang mengatakan bahwa pengurusan paspor dengan sistem jemput bola tidak mengganggu kerja mereka.

"Kalau urus di sini tidak terlalu antri panjang dan juga tidak mengganggu kerja karena urusan tidak sampai satu hari sudah beres." ungkap dia. (N004/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011