Rupiah di pasar uang spot antarbank di Jakarta Kamis sore stabil pada posisi 9.060 per dolar AS.
Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada mengatakan, belum adanya sentimen positif baru membuat pelaku pasar mata uang cenderung menurunkan aktifitas transaksi.
"Pelaku pasar `wait and see` karena belum adanya sentimen baru sehingga perdagangan mata uang rupiah tidak bergerak nilainya terhadap dolar AS," kata dia.
Ia mengemukakan, sepanjang perdagangan Kamis ini, rupiah sempat melemah meski tidak signifikan. Bank Indonesia (BI) yang masih terus menjaga nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menahan rupiah tertekan lebih dalam.
Ia menambahkan, positifnya lelang obligasi Spanyol dan Jerman yang sempat memberi sentimen positif pada pasar mata uang dunia termasuk rupiah terhadap dolar AS perlahan memudar.
Ia menambahkan, bank sentral eropa (ECB) yang merealisasikan keputusan pertemuan pada 8 Desember lalu untuk memberikan kredit dengan bunga murah sebesar satu persen untuk tiga tahun disertai kolateral yang meringankan juga telah meredup sentimennya.
Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, total pinjaman yang diminta 523 bank di Uni Eropa (UE) mencapai 489 miliar euro atau sekitar 645 miliar dolar AS, jauh diatas perkiraan median analis yaitu 293 miliar euro dengan kolateral obligasi pemerintah.
"Nilai tersebut setara dengan 63 persen dari utang UE yang jatuh tempo pada tahun 2012 sebesar 776 miliar euro. Melalui pinjaman ini diharapkan perbankan UE dapat menjalankan fungsinya memberikan kredit kepada perusahaan di UE, dan sebagai kebijakan `counter cyclical` terhadap kemungkinan resesi di UE," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Kamis (22/12) tercatat mata uang rupiah bergerak menguat ke posisi Rp9.073 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.105.
(KR-ZMF/B012)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011