Baca juga: Geguduh, pisang goreng "teman" minum kopi khas Lampung
Bermodalkan resep turun temurun, kue cucukh yang selalu hadir dalam setiap acara adat memiliki tekstur yang padat khas kue tempo dulu. Dengan rasa yang sederhana karena komposisi yang digunakan hanya tepung beras dan gula merah tanpa pengawet ataupun pengembang kue, kini mulai dikenal oleh wisatawan yang berkunjung ke Krui Pesisir Barat.
Proses pembuatannya pun cukup lama, dimana adonan tepung beras dan gula merah harus di diamkan selama semalam, sebelum dibentuk bulat layaknya donat ukuran mini dan digoreng di penggorengan. Menjadikan kue kuno itu menjadi salah satu jajanan sehat yang menggugah selera.
Baca juga: "Segubal" kuliner khas Lampung diminati saat Idul Fitri
"Kalau rasa kuno dari kue cucukh ini hanya manis dari gula merah saja, tapi supaya rasanya beragam saya buat ada yang rasa jahe dan pandan. Lalu di masukkan toples dan dijual di pameran, toko, ataupun melalui media sosial," ujarnya dengan antusias membawa satu wadah kue cucukh berwarna cokelat mengkilat.
Dia mengatakan, cara yang ia lakukan itu tidak hanya semata-mata untuk mendapatkan keuntungan, melainkan ada misi tersembunyi untuk terus menjaga citarasa kue kuno itu tetap bisa dirasakan di zaman modern, bahkan bisa memperkenalkannya kepada wisatawan dari berbagai negara.
"Wisatawan dari luar negeri ini gemar sekali mencari makanan tradisional, dengan rasa khas daerah sini yang mungkin bagi mereka rasanya unik. Ini jadi kesempatan kita juga supaya mereka mengenal tradisi melalui kuliner. Lalu kalau kita buat terus dan dijual melalui wadah UMKM akan makin banyak generasi penerus yang tahu proses pembuatan dan resep makanan kuno ini," katanya lagi.
Menjaga tradisi di setiap daerah dapat dilakukan dengan beragam hal salah satunya yang telah dilakukan oleh masyarakat Pesisir Barat, dengan mengemas kuliner kuno menjadi citarasa modern sembari memperkenalkan kepada wisatawan mancanegara ataupun tetap memproduksi kuliner tradisional dengan citarasa otentik dengan resep turun temurun yang dilakukan andung (nenek) Ina agar generasi penerus dapat mengolahnya secara turun temurun tidak lekang oleh waktu.
Hal itu telah memperlihatkan bahwa masyarakat Lampung sangatlah memperdulikan keberlangsungan tradisi miliknya di tengah perkembangan zaman.
Serta tidak takut untuk memperkenalkan tradisi mereka yang mungkin dianggap kuno oleh sebagian masyarakat modern, dengan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dan dipadupadankan dengan kebiasaan di masa kini.
Baca juga: Sambal Mattah Makanan Khas Lampung Barat
Baca juga: Mi pangsit ubi cilembu, kuliner baru khas Lampung
Baca juga: Mie Seruit kreasi kuliner tradisional hadir di Festival Karakatau 2019
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022