Jakarta (ANTARA News) - Mengenakan sari biru, Rukmini memainkan kakinya dengan cepat hingga terdengar bunyi gemericik merdu dari ankle bells atau ghungru atau gelang kaki yang dilibatkan di kakinya.

Saat dia berputar, sari hijaunya membentuk gelombang yang indah.  Lalu ia meliukkan tubuhnya. Serentak ia menggerakan tangan, kaki, dan memainkan ekspresi pada wajahnya. Siapa saja yang menontonnya berdecak kagum. Semua terpukau pada apa yang ditarikan Rukmini Jaiswal. Itulah tarian kathak.

Rukimi membawakannya bagai maestro tari, begitu profeesional.  Kenyataannya dia memang seorang ahli, seorang doktor!.

Ya, Rukmini bergelar Phd pada bidang Tari Kathak.

"Saya merupakan lulusan pertama yang bergelar doktor untuk bidang tari di kampus saya," kata Rukmini kepada ANTARA News.

Kathak adalah tarian yang berasal dari Uttar Pradesh, India Utara. 

Awalnya dipertunjukan di pasar-pasar pedesaan atau di halaman-halaman kuil, tarian ini menuturkan bermacam kisah mitologi berisikan pesan-pesan moral yang diambil dari ayat-ayat Weda, dengan menambahkan gerakan-gerakan tangan dan ekspresi muka. 

Cintanya yang begitu mendalam pada seni gerak tubuh, membuat Rukmini mendedikasikan hidupnya untuk tari.

Ia mulai menari saat berusia 14 tahun.  Tidak hanya melihat tarian sebagai hobi, dia juga memilih jalur formal untuk mendalaminya.

Awalnya, dia otodidak. Rukmini serius mempelajari berbagai jenis tarian, tapi dia juga tidak melupakan akademisnya.

"Saya menjalani keduanya dengan seimbang dan bersamaan," katanya.

Rukmini mendapatkan gelar doktor pada bidang Tari Kathak di Universitas Bhatkhande Music Institute dengan penelitian Aesthetics of Kathak Dance (estetika tari Kathak) pada  2009.  Uniknya, dia memiliki gelar master pada bidang sejarah kuno India.

Meskipun India terkenal dengan tari menari, gelar doktor untuk bidang tari tetaplah tidak biasa.

Setelah Rukmini meraih gelar Phd pada bidang Tari Kathak, banyak yang mulai mengikuti jejaknya.

"Saya senang banyak yang serius mendalami tari," kata wanita berambut panjang itu.

Berdialog dengan tuhan

India adalah negara berpenuh warna. Tari-tari India begitu eksotis, dan tak ada satu pun yang berani menyangkal kenyataan ini.  Hampir setiap daerah di negeri anak benua ini memiliki tarian khas daerahnya. 

Tapi tari-tarian klasiknya memiliki benang merah yang sama, semisal ankle bells atau ghungru, yang beratnya beragam, dilibatkan ke kaki saat menari, juga gerakan-gerakan tangan atau mudra yang sarat simbolisme. 

Seluruh tarian klasik India bersumber dari kitab Natya Shastra yang ditulis oleh Bharatha sekitar tahun 2 Sebelm Masehi sampai 2 Masehi. Kitab ini sering diperlakukan sebagai Kitab Veda yang kelima (kitab suci umat Hindu).

Tidak heran Rukmini menganggap menari bukan sekadar menghibur dan hiburan.  Menari adalah kegiatan yang sakral, katanya. Menari adalah berdialog dengan Tuhan, menari adalah berdoa. Dia menari untuk dirinya dan Tuhan. 

"Setiap hari saya menari selama satu jam, saat itu saya berdoa kepada Tuhan," kata wanita asal Lucknow di India Utara itu yang berparas cantik itu.

Katanya, menari adalah juga obat untuk kondisi apa pun."Terutama jika saya sedang sedih atau lelah."

Pada acara A Slice of India in Paramadina University Selasa lalu (31/1), Rukmini menunjukkan kemampuannya menari kathak. Penampilannya begitu apik. Yang menyaksikannya akan melihat dia seperti sedang bersembahyang.  Semua melihat kesakralan dalam sajian tariannya. 

Penonton semakin terhanyut oleh atraksinya, gerakan-geraknnya mengundang orang yang menepukkan tangannya. Semua fokus kepada Rukmini.  Sementara Rukmini sendiri fokus pada dirinya dan Tuhan. 

Itulah mengapa dia tampak begitu menjiwai.

"Saya mencoba merasakan setiap gerakan. Begitulah cara saya menari," katanya.

Rukmini juga tidak pelit berbagi ilmu. Dia pun kini mengajar pada Jawaharlal Nehru Indian Cultural Center (JNICC), Menteng, Jakarta.  (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012