Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Paramadina Didik Junaidi Rachbini menilai kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia dengan membawa misi perdamaian merupakan harapan dan langkah awal agar bumi menjadi lebih damai dan jauh dari perang.

"Misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia merupakan secercah harapan dan langkah awal agar bumi lebih damai dan jauh dari perang," kata Didik dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dia menilai upaya perdamaian tersebut patut mendapat apresiasi dan perlu dilanjutkan oleh jajaran menteri di Kabinet Indonesia Maju. Setelah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin, misi perdamaian itu perlu dilanjutkan dalam kunjungan ke negara-negara besar di dalam G20, terutama Tiongkok.

Politkus Partai Amanat Nasional (PAN) itu juga mengatakan posisi kepemimpinan Indonesia dalam G20 memiliki nilai strategis dan menguntungkan bagi Jokowi dan Indonesia untuk berperan dalam mewujudkan dan menjaga perdamaian dunia.

Dia menilai Jokowi juga perlu menyampaikan pidato di forum PBB untuk menyuarakan perdamaian dunia. Selain itu, diplomasi ke pihak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga perlu dilanjutkan lebih mendalam oleh para menteri Jokowi.

Baca juga: Presiden Jokowi kembali ke Polandia usai tuntaskan lawatan di Ukraina

Hal tersebut perlu dilakukan karena menurutnya NATO merupakan akar dan sumber masalah konflik karena kerap unjuk kekuatan dan memunculkan misi yang mendominasi dunia.

"Ada keseimbangan yang tidak dijaga, dimana organisasi lainnya seperti NATO terus melebarkan sayap di masa damai yang justru dianggap ancaman bagi Putin. Ini akar masalah, sehingga untuk mendamaikannya tidak berada dalam posisi menyalahkan satu pihak dengan argumen apa pun, tetapi kemudian memberi pembenaran pada yang lain," jelas Anggota DPR periode 2004-2009 itu.

Selain itu, tambahnya, misi perdamaian Jokowi itu merupakan lompatan bagi Indonesia untuk tampil kembali di gelanggang internasional yang berisiko berkonflik.

Sebelumnya, melalui Presiden pertama RI Soekarno, Indonesia pernah menengahi konflik ideologi antara dunia barat dan timur. Selanjutnya, para diplomat era Presiden kedua RI Soeharto berperan mendamaikan konflik ideologi di Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Setelah hampir delapan tahun tampak enggan datang ke forum-forum internasional, sekarang merupakan saat yang tepat bagi Jokowi memerankan politik bebas aktif, seperti diamanatkan oleh UUD 1945. Dia menilai Jokowi terkesan berfokus pada persoalan di dalam negeri karena sering absen dalam pertemuan-pertemuan internasional.

Kini, Jokowi sudah memainkan peran strategis bagi dunia, salah satunya dengan mengunjungi Ukraina dan Rusia. Jokowi berani mengambil keputusan tersebut di tengah risiko bahaya yang tidak kecil, apalagi kunjungan itu dilakukan bersama Ibu Negara Iriana, ujarnya.

Baca juga: Presiden Jokowi tawarkan bawa pesan dari Zelenskyy untuk Putin

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022