Jakarta (ANTARA) - PT Sari Kreasi Boga (SKB Food), pionir waralaba kebab dengan merek dagang Baba Rafi bertransformasi menjadi sebuah korporasi di tengah tantangan pandemi COVID-19 berkat memaksimalkan tim manajemen yang rata-rata berusia muda.

"Semangat pendirian SKB Food salah satunya memang dalam rangka merawat dan terus mengupayakan merek dagang Baba Rafi sebagai pionir waralaba kebab di dunia dan pelopor waralaba street food di Indonesia supaya semakin baik dan terus berkembang secara jangka panjang," kata Founder dan Direktur Bisnis Development SKB Food, Nilamsari, dalam siaran pers, Senin.

"Selain itu tentu saja kami berupaya menjadi sebuah perusahaan dengan tata kelola yang semakin baik dan berdampak positif kepada lebih banyak UMKM khususnya di Indonesia,” ucap Nilamsari.

Baca juga: Abra-kebab-ra!, kebab ala The Halal Boys

Nilamsari menjelaskan, sejak memulai usaha pada 2003 di Surabaya, Baba Rafi dikenal sebagai pelaku usaha kuliner gerobakan di trotoar. Bahkan ketika menjadi waralaba pada 2005 sampai akhirnya memiliki 336 outlet pada 2007, statusnya masih sama, yakni UKM yang memberdayakan UMKM melalui gerobak kebab.

Setelah itu Baba Rafi berkembang sampai memiliki 1.300 UMKM mitra. Sepanjang itu pula pengelolaan bisnis masih sama yaitu sebagai UKM. Titik balik dimulai pada 2017 ketika SKB Food didirikan dan fokus mengelola Baba Rafi untuk regional barat.

Perusahaan itu berjalan secara independen dan tidak terafiliasi dengan pengelola Baba Rafi di regional timur yang dikelola oleh Hendy Setiono.

Manajemen muda 

Nilam, perempuan kelahiran 1982, mengaku bersyukur upaya mewujudkan keinginannya bersama SKB Food didukung manajemen yang solid dan rata-rata berusia muda. Hal itu menjadi salah satu kekuatan yang meski sempat dihadang pandemi, perseroan tetap berakselerasi dan bertransformasi dari UKM trotoar menjadi sebuah korporasi.

"Di SKB Food, pengalaman panjang sejak 2003 pada diri saya dikombinasikan dengan tim muda yang penuh energi dan lebih bersemangat melakukan inovasi. Banyak terobosan yang membuat perusahaan mampu beradaptasi menghadapi dinamika yang terjadi,” ucapnya.

Tim manajemen SKB Food memang didominasi oleh para profesional muda. Di jajaran Dewan Direksi, Direktur Utama SKB Food, Eko Pujianto, berusia 28 tahun. Direktur Keuangan, Rizki Rahmat R, berusia 32 tahun, dan Direktur Marketing, Nur Arief Budiyanto, berusia 37 tahun. Jajaran Dewan Komisaris juga tidak kalah muda, dipimpin Komisaris Utama Jadug Trimulyo Ainul Amri yang berusia 26 tahun.

Direktur Utama SKB Food Eko Pujianto menjelaskan, meski tidak mudah, SKB Food mampu menjalankan perubahan karena inovasi bisnis merupakan bagian dari cara perusahaan untuk terus adaptif menghadapi perubahan yang terjadi.

"Dampak dari tekanan pandemi tentu saja ada. Kami di SKB Food pun turut merasakannya. Tapi kami mencoba berinovasi dengan memperluas pasar supply bahan baku dari semula hanya ke jaringan waralaba menjadi ke lebih banyak pihak mulai dari toko kelontong, warteg, warung padang, dan banyak lagi,” Eko memaparkan.

Hasilnya, bukan hanya bertahan, SKB Food justru mencatatkan kinerja positif pada tahun kedua pandemi. Eko mengungkapkan laba bersih Perseroan pada 2021 tumbuh di atas 100 persen dibandingkan pada tahun 2020.

Baca juga: Berburu kuliner hingga kerajinan lokal di Gaziantep, Turki

Baca juga: Perdana menteri Selandia Baru racik kebab

Baca juga: Ini kata penjual kebab Selandia Baru yang abaikan perampok

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022