Jakarta, 16 Maret 2006 (ANTARA) – PT Antam Tbk (JSX, SSX – ANTM; ASX - ATM) mengumumkan laba bersih konsolidasian (tidak diaudit) sebesar Rp846 miliar (US$87 juta) dan laba bersih per saham sebesar Rp443,38 pada tahun buku 2005 yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005. 2003 2004 2005 Perbandingan (disajikan (Tidak % kembali) diaudit) 04/03 05/04 Penjualan Bersih 2.139 2.858 3.287 34 15 Harga Pokok Penjualan 1.472 1.498 1.827 2 22 Beban Usaha 219 264 318 21 20 EBITDA 466 1.269 1.348 172 6 Laba Usaha 448 1.097 1.142 145 4 Laba Bersih 227 810 846 257 4 Arus kas bersih dari aktivitas operasi 420 912 872 117 -4 Hutang bersih/EBITDA Net cash 0,06 0,93 - 1.466 EBITDA/Financial Charges 93,2 8,29 7,93 - 91 - 5 ROE 13% 33% 28 154 -15 ROIC** 9% 26% 24% 189 -8 Marjin Laba Bersih 11% 28% 26% 155 -7 Total Kewajiban : Ekuitas 59:41 60:40 53:47 Hutang/Ekuitas 93% 85% 65% -11 -24 **ROIC = PBIT/ (LT Debt + Equity) Penjualan Bersih Produk/ Jasa Penjualan 2003 (Rp miliar) Penjualan 2004 (Rp miliar) Penjualan 2005 (Rp miliar) Pertumbuhan 2005 (%) Proporsi terhadap Penjualan (%) 2004 2005 Bijih Nikel 682 1.195 1.522 27 42 46 Feronikel 791 971 986 1,5 34 30 Emas 485 457 507 11 16 15 Bauksit 103 135 187 38,5 5 6 Perak 53 50 68 36 2 2 Pasir Besi / lainnya 9 31 2 -93,5 1 0 Jasa pemurnian Logam Mulia 16 19 15 -21 1 0 Antam 2.139 2.858 3.287 15 100 100 Penjualan bersih Antam tahun 2005 tercatat naik 15% dari Rp2,858 triliun (US$320 juta) di tahun 2004 menjadi Rp3,287 triliun (US$338 juta). Kenaikan ini disebabkan peningkatan harga jual komoditas utama Antam yang naik dari kisaran 4% sampai 16%, kenaikan volume penjualan bijih nikel kadar tinggi serta melemahnya mata uang Rupiah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, komoditas nikel dan emas merupakan kontributor terbesar pendapatan Antam. Komoditas bijih nikel menjadi kontributor terbesar pendapatan dengan kontribusi 46%, dengan sebagian besar penjualan disumbang dari penjualan bijih nikel kadar tinggi. Kontribusi feronikel tercatat sebesar 30% dan merupakan kontributor terbesar kedua pendapatan perusahaan. Sementara kontribusi komoditas emas, perak dan bauksit tercatat 16%, 2%, dan 6%. Kontribusi pasir besi dan jasa pemurnian Logam Mulia tercatat sangat kecil yakni masing-masing 0,1% dan 0,3%. Antam telah mengalihkan manajemen unit bisnis pasir besi ke PT Antam Resourcindo, salah satu anak perusahaan Antam. Pemurnian Logam Mulia memainkan peranan yang penting dalam memproses bullion dore dari tambang emas Pongkor. Saat ini kapasitas Logam Mulia masih belum terpakai sepenuhnya dan dapat digunakan untuk melayani pihak ketiga. Meski demikian, kebutuhan pemrosesan dari pihak ketiga mengalami penurunan akibat masih lesunya investasi di sektor pertambangan Indonesia. Meski salah satu strategi Antam adalah mengurangi ekspor bahan baku dalam bentuk bijih dan beralih pada kegiatan pemrosesan, namun pada tahun 2005 Antam menaikkan volume penjualan bijih nikel untuk mengantisipasi penurunan penjualan feronikel akibat penghentian tidak terjadwal dan perbaikan pabrik feronikel FeNi II selama lima bulan. Pada akhir tahun 2005, Antam membuka tambang nikel baru Mornopo di Maluku Utara yang belum memberikan kontribusi secara signifikan terhadap produksi dan penjualan bijih nikel. Untuk tahun 2006, tambang nikel Mornopo diharapkan memberi kontribusi signifikan terhadap produksi nikel. Volume penjualan bijih nikel kadar tinggi tercatat naik 19% menjadi 3.025.841 wmt dengan nilai penjualan meningkat 38% menjadi Rp1,338 triliun. Meskipun volume penjualan feronikel mengalami penurunan 11% menjadi 6.988 ton Ni (termasuk 904 ton Ni yang diproduksi melalui toll smelting dengan Pamco, Jepang) namun karena adanya kenaikan harga jual maka penjualan feronikel tercatat stabil di level Rp974 miliar. Walaupun Antam mencatat penurunan volume penjualan emas sebesar 6% menjadi 3.639 kg (128.362 oz) akibat turunnya kadar emas dan kondisi batuan yang rawan, nilai penjualan emas tercatat naik 11% menjadi Rp507 miliar seiring dengan peningkatan harga jual. Volume penjualan bauksit tercatat naik sebesar 22% menjadi 1.617.566 wmt. Peningkatan penjualan ini didukung dengan kenaikan harga jual sehingga nilai penjualan bauksit meningkat sebesar 39% menjadi Rp187 miliar. Peningkatan ini merupakan kenaikan tertinggi dari seluruh komoditas Antam. Target Produksi 2006 Harga Jual Feronikel (t) 20.000 Bijih nikel kadar tinggi (juta wmt) 3,3 Bijih nikel kadar rendah (juta wmt) 0,9 Emas (kg) 2.360 (t.oz) 83.246 Perak (kg) 25.000 Bauksit (juta wmt) 1,5 Pasir Besi (t) 100.000 Produk/Jasa 2003 2004 2005 Pertumbuhan 2005 (%) Bijih nikel kadar tinggi (US$/wmt) 28,38 42,35 44,64 5 Bijih nikel kadar rendah (US$/wmt) 14,96 16,47 19,06 16 Feronikel (US$/lb) 4,06 6,23 6,45 3,5 Rata-rata harga spot harian nikel (London Metal Exchange) 4,37 6,27 6,71 7 Emas (US$/t.oz) 364,32 411,97 446,14 8 Perak (US$/t.oz) 4,93 6,64 7,27 9 Rata-rata harga spot harian emas (London Bullion Market Association) 364,06 409,87 445,42 9 Bauksit (US$/wmt) 10,93 11,36 11,91 5 Pasir besi (Rp/wmt) 86.374 150.120 105.180 -30 Pada dasarnya, hampir seluruh produk komoditas Antam berdenominasi dolar AS sesuai dengan harga spot dunia di pasar internasional. Penjualan Antam berdenominasi Rupiah jika produk perusahaan dijual di pasar domestik, terutamanya komoditas emas dan perak, yang akan merujuk pada kurs US$/Rupiah. Oleh karena itu, melemahnya nilai Rupiah terhadap US$ sebesar 9% menjadi rata-rata Rp9.712 turut berdampak pada kenaikan pendapatan Antam. Seiring dengan masih tingginya harga komoditas di pasaran dunia, harga jual komoditas Antam tercatat naik dengan pengecualian pasir besi. Harga jual tiga kontributor utama pendapatan yakni bijih nikel kadar tinggi, feronikel dan emas tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5% menjadi US$44,64 per wmt, 3,5% menjadi US$6,45 per pound dan 8% menjadi US$446,14 per troy ounce. Harga jual logam dasar seperti nikel mengalami kenaikan akibat permintaan yang tetap tinggi terutama dari Cina serta belum adanya suplai baru yang signifikan dari produsen nikel dunia. Walaupun konsumsi nikel Cina tercatat sebesar 20% dari konsumsi nikel dunia, namun karena adanya pertumbuhan industrial production dunia serta tingkat persediaan turut mendukung masih tingginya harga nikel. Emas dipandang sebagai investasi safe haven yang menarik seiring dengan kekhawatiran kenaikan tingkat inflasi dunia serta tingkat suku bunga. Selain itu, permintaan emas dari para pengrajin perhiasan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya segmen menengah masyarakat China, seperti halnya di India, yang memandang emas sebagai alat penyimpan kekayaan. Harga jual komoditas bauksit, perak dan bijih nikel kadar rendah tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5% menjadi US$11,91 per wmt, 9% menjadi US$7,27 per t.oz dan 16% menjadi US$19,06 per wmt. Perkiraan Harga Nikel (US$/pon) 2006 2007 Brookhunt 6,35 6,54 Polling analis* 5,91 5,44 *Polling terhadap 30 analis oleh Reuters. Dipublikasikan tanggal 19 Januari 2006 Pelanggan Seperti halnya tahun di 2004, 88 % dari total penjualan bersih Antam pada tahun 2005 diekspor ke mancanegara. Mayoritas pelanggan Antam merupakan pelanggan jangka panjang, loyal dan perusahaan blue chip dari Asia Utara, Australia dan Eropa. Perjanjian penjualan Antam berdurasi antara satu sampai tiga tahun serta berdasarkan volume dengan harga yang ditentukan oleh harga spot internasional. Antam juga memiliki dua kontrak offtake jangka panjang dengan durasi masing-masing 11 dan 10 tahun dengan TKN Jerman dan Posco Korea. Volume penjualan di kontrak offtake dengan kedua perusahaan ini berjumlah 15.000 ton Ni. Semua produk bijih nikel Antam diekspor ke produsen-produsen feronikel, sementara semua produk feronikel Antam diekspor ke produsen-produsen stainless steel. Penjualan sebagian besar komoditas emas dan perak Antam dilakukan ke pengrajin perhiasan, baik lokal maupun mancanegara. Pada tahun 2005, seperti halnya tahun 2004, dua per tiga dari total penjualan emas dan perak berasal dari penjualan lokal. Penjualan komoditas bauksit dilakukan ke Cina dan Jepang, sementara penjualan pasir besi dilakukan ke produsen-produsen semen dalam negeri. Jasa pemurnian Logam Mulia melayani produsen-produsen emas dalam negeri dan saat ini secara aktif menggali potensi pasar serta pelanggan baru untuk meningkatkan utilisasi kapasitas pemurnian. Walaupun Cina merupakan tujuan utama untuk pertumbuhan permintaan dalam tiga tahun terakhir, pelanggan-pelanggan baru Antam berasal dari Eropa Timur. Antam memulai ekspor perdana bijih nikel ke FeniMak, Macedonia (untuk IMR / Alferon) serta ke Pobuzky, Ukraina. Pada tahun 2004, Antam memulai ekspor bijih nikel ke Razno Imports, Ukraina. Saat ini Antam tidak menjual produk komoditas nikel ke Cina namun pasar Cina tetap dipertimbangkan sebagai pasar yang potensial di masa depan seiring pengoperasian pabrik FeNi III. Antam masih mengekpor komoditas bauksit ke Cina karena pelanggan dari Cina bersedia menerima bauksit dengan kadar silika yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan perusahaan dapat memperpanjang usia tambang Kijang. Produk Pelanggan – Negara Saprolit Gokokai (Pamco (via Mitsubishi), Sumitomo Metals Mining Co., (via Mitsui), Nippon Yakin Kogyo (via Marubeni)) – Jepang Raznoimports, FeniMak (for IMR/Alferon), Pobuzky – Eropa Limonit Queensland Nickel Pty. Ltd – Australia Feronikel Via Avarus AG (agen Antam di Eropa): Thyssen Krupp Nirosta, AvestaPolarit, ALZ BV Pohang Iron & Steel Co (Posco) – Korea Nikkinko Trading, Atmix (via Mitsubishi), Nisshin Steel, Nippon Yakin Kogyo (via Marubeni) – Jepang Yieh United Steel, Taiwan Emas Standard Bank - UK Domestik – Indonesia Perak AGR Mathey Yamamory Domestik – Indonesia Pemurnian PT Newmont Minahasa Raya, PT Indo Muro Kencana, PT Nusa Halmahera Minerals Logam – Indonesia Mulia Bauksit Nippon Light Metals, Showa Denko, Sumitomo Chemical – Jepang Shangdong Aluminium, Shangdon Xinfa – Cina Harga Pokok Penjualan Seiring dengan yang terjadi di hampir seluruh sektor pertambangan dunia, biaya Antam mengalami kenaikan pada tahun 2005. Penyebab utama kenaikan biaya adalah kenaikan harga BBM, kenaikan biaya tenaga kerja, tingkat ketersediaan barang yang berkurang, peningkatan biaya suku cadangan dan peralatan, pembebanan biaya transportasi yang lebih tinggi, serta kenaikan biaya bahan mentah dan bahan pembantu pabrik. Harga pokok penjualan Antam tahun 2005 tercatat mengalami kenaikan 22% dari Rp1,498 triliun (US$168 juta) pada tahun 2004 menjadi Rp1,827 triliun (US$188 juta). Meskipun dua per tiga dari harga pokok penjualan Antam dalam mata uang Rupiah, namun terdapat peningkatan biaya karena impor suku cadang dan peralatan yang berdenominasi dolar AS menjadi lebih mahal seiring dengan melemahnya Rupiah. Dalam dolar AS, harga pokok penjualan Antam tercatat mengalami kenaikan 12%. Peningkatan harga pokok penjualan menurunkan marjin laba kotor Antam menjadi 44% dari 48%. Lima komponen terbesar pada harga pokok penjualan, yakni jasa penambangan bijih, biaya tenaga kerja, pemakaian bahan, pemakaian BBM dan depresiasi tercatat sebesar 67% dari total harga pokok penjualan tahun 2005. Kenaikan biaya jasa penambangan bijih sebesar 48% menjadi Rp370 miliar merupakan kenaikan terbesar dari seluruh komponen biaya dan tercatat sebagai pos biaya terbesar Antam, yakni 20% dari harga pokok penjualan. Kenaikan tersebut disebabkan peningkatan kegiatan penambangan bijih nikel untuk mengantisipasi turunnya penjualan feronikel akibat penghentian tidak terjadwal pabrik FeNi II pada bulan Maret 2005. Peningkatan biaya jasa penambangan bijih juga disebabkan kenaikan beban usaha dari kontraktor pertambangan Antam seperti kenaikan harga BBM. Sebagian dari biaya jasa penambangan bijih tersebut dibayarkan kepada kontraktor yang mempunyai hubungan istimewa karena dimiliki oleh Dana Pensiun Antam. Pada tahun 2005, Antam melakukan pembayaran kepada PT Minerina Bhakti sebesar Rp227 miliar untuk penambangan nikel dan PT Minerina Cipta Guna sebesar Rp28 miliar untuk penambangan bauksit. Antam juga menggunakan jasa kontraktor yang tidak memiliki hubungan istimewa seperti PT Yudistira. Perjanjian dengan kontraktor yang memiliki hubungan istimewa memiliki terms dan conditions yang sama dengan kontraktor lainnya. Jasa penambangan bijih akan tetap merupakan komponen biaya yang signifikan seiring dengan makin beralihnya kegiatan Antam untuk lebih berfokus kepada kegiatan pemrosesan. Pada tahun 2005, biaya tenaga kerja mengalami kenaikan sebesar 23% menjadi Rp277 miliar dan menjadi komponen biaya terbesar kedua Antam dengan proporsi terhadap harga pokok penjualan sebesar 15%. Kenaikan ini disebabkan pembayaran tunjangan kinerja tahunan yang lebih besar kepada karyawan sebesar tujuh kali gaji bulanan seiring dengan pendapatan dan laba Antam yang lebih tinggi. Sebagai bagian dari upaya Antam untuk meningkatkan produktivitas, dilakukan penyesuaian jumlah tenaga kerja, peningkatan tingkat gaji individual serta pendidikan bagi karyawan. Seiring dengan penutupan tambang nikel Gebe, Antam mengurangi jumlah tenaga kerja sebesar 400 karyawan sehingga jumlah tenaga kerja mengalami penurunan menjadi 2.900 karyawan. Pada tahun 2006, tingkat kenaikan biaya pegawai akan tetap dikendalikan oleh perusahaan. Biaya pemakaian bahan hanya naik 4% menjadi Rp228 miliar menyusul penurunan produksi feronikel sehingga mengurangi pemakaian bijih nikel dan bahan lainnya. Biaya pemakaian bahan yang termasuk batubara dan batu kapur tercatat 12% dari total harga pokok penjualan, sementara untuk tahun 2004 tercatat 15% dari seluruh total harga pokok penjualan. Biaya pemakaian BBM merupakan komponen biaya keempat terbesar, tercatat sebesar 10% dari total harga pokok penjualan dengan kenaikan sebesar 14% menjadi Rp182 miliar. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya harga BBM walaupun produksi feronikel mengalami penurunan sebesar 12% menjadi 6.434 ton Ni (belum termasuk 904 ton Ni toll smelting dari Pamco Jepang) seiring dengan penghentian tidak terjadwal pabrik FeNi II. Harga BBM mengalami kenaikan setelah pemerintah RI mengurangi subsidi BBM pada bulan Maret 2005 dan menghapuskan subsidi secara penuh bagi industri pada bulan Juli 2005. BBM adalah komponen biaya terbesar dari proses produksi feronikel yang membutuhkan energi listrik yang besar untuk menghasilkan temperatur yang tinggi. Pada tahun 2005 Antam mengganti pemakaian bahan bakar Industrial Diesel Oil (IDO) menjadi Marine Fuel Oil (MFO) untuk mengurangi dampak kenaikan harga. Harga MFO berkisar Rp3.800,- per liter sementara harga IDO berkisar Rp5.900,- per liter. Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Antam yang berkapasitas 102 MW telah selesai dibangun dan saat ini PLTD tersebut dioperasikan oleh Wartsila, Finlandia. PLTD tersebut mampu beroperasi optimal jika menggunakan MFO sebagai sumber bahan bakar, namun dari sisi viskositas dan kandungan, penggunaan MFO menimbulkan kebutuhan perawatan yang lebih sering. Dari total biaya pemakaian BBM, tercatat 93% merupakan pemakaian untuk fasilitas feronikel di Pomalaa. Untuk memproduksi 1 ton feronikel dibutuhkan sekitar 10.000 liter BBM. Biaya depresiasi Antam merupakan komponen biaya terbesar kelima yang mencatat kenaikan 14% menjadi Rp167 miliar, atau 9% dari total harga pokok penjualan. Nilai depresiasi mengalami kenaikan seiring dengan dimulainya pembebanan PLTD baru yang beroperasi pada bulan April 2005. Seiring dengan perbaikan tidak terjadwal pabrik FeNi II pada bulan Maret 2005, Antam melaksanakan perjanjian toll smelting dengan Pasific Metals Co. (Pamco) Jepang untuk memproses 904 ton feronikel. Pada tahun 2004 Antam melakukan toll smelting sebesar 600 ton feronikel. Kenaikan inilah yang menyebabkan biaya toll smelting meningkat 69% menjadi Rp66 miliar. Beban Usaha Beban usaha Antam pada tahun 2005 tercatat meningkat 21% dari Rp263 miliar (US$29 juta) di tahun 2004 menjadi Rp318 miliar (US$33 juta) atau sekitar 10% dari penjualan bersih. Penyebab utama kenaikan tersebut adalah pembayaran biaya penutupan tambang sebesar Rp103 miliar. Biaya yang merupakan komponen beban usaha kedua terbesar ini merupakan pembayaran yang terkait dengan program pensiun dini kepada 400 karyawan dari tambang nikel Gebe yang ditutup pada tahun 2005. Sementara itu biaya rehabilitasi lahan di tambang nikel Gebe dibebankan pada harga pokok penjualan. Komponen terbesar beban usaha yakni gaji, upah, bonus, dan kesejahteraan karyawan meningkat 7% menjadi Rp124 miliar karena peningkatan tunjangan kinerja tahunan. Dalam rangka upaya Antam untuk lebih meningkatkan produktifitas dan efisiensi maka biaya pendidikan meningkat 141% menjadi Rp6,5 miliar. Laba Usaha Laba Usaha (Rp miliar) Segmen 2003 2004 2005 Pertumbuhan 2005 % Nikel 415 1.121 1.278 14 Emas/Perak/Pemurnian 154 161 73 -55 Bauksit/Pasir Besi (25) (3) (21) - 600 Kantor Pusat* (96) (182) (188) - 3 Antam 448 1.097 1.142 4 *Kantor Pusat dikategorikan sebagai unit bisnis, semua pajak dibebankan ke kantor pusat Marjin Laba Usaha (%) Segmen 2004 2005 Pertumbuhan 2005 % Nikel 52 51 -2 Emas/Perak/Pemurnian 31 12 -61 Bauksit/Pasir Besi** - - - Kantor Pusat* - - - ANTAM 38 35 -8 *Kantor Pusat dikategorikan sebagai unit bisnis, semua pajak dibebankan ke kantor pusat ** Bauksit and Pasir Besi mencatat kerugian usaha Jika dilihat laba usaha Antam maupun marjin laba usaha setiap bisnis unit, maka akan terlihat dampak dari peningkatan biaya produksi maupun dampak positif dari peningkatan produksi bijih nikel untuk mengantisipasi penurunan produksi feronikel. Meski laba usaha Antam tercatat naik 4% menjadi Rp1,142 triliun (US$118 juta), marjin laba usaha turun dari 38% menjadi 35%. Dari sisi laba usaha, segmen nikel merupakan kontributor terbesar dan satu-satunya segmen yang mencatat kenaikan laba usaha jika dibandingkan tahun 2004. Di tahun 2005, laba usaha segmen ini mencapai Rp1,279 triliun. Kenaikan ini disebabkan peningkatan harga nikel dan kenaikan volume bijih nikel kadar tinggi sebesar 19% yang dapat mengantisipasi penurunan produksi feronikel. Meskipun harga emas mengalami kenaikan, laba usaha segmen ini turun menjadi Rp73 miliar menyusul penurunan volume produksi dan penjualan serta kenaikan biaya operasi yang meningkat karena kadar emas yang rendah serta kondisi batuan yang rawan. Dampak positif dari peningkatan produksi bijih nikel juga terlihat dari nilai marjin bijih nikel yang dapat dipertahankan di level 51%. Sementara itu, karena penurunan produksi, marjin laba usaha segmen emas turun dari 31% menjadi 12% seiring dengan kondisi tambang yang sulit serta biaya operasi yang meningkat. Meskipun operasi komoditas bauksit mencatat keuntungan, namun karena komoditas ini disatukan dalam satu segmen dengan pasir besi yakni segmen Lain-lain, maka secara total segmen ini mencatat kerugian usaha. Kerugian segmen ini tercatat Rp21 miliar. Kegiatan ekspor bauksit dari Kijang masih berlanjut meski bijih bauksit yang ada memiliki kadar silika yang tinggi. Meski harga jual bauksit relatif murah, namun komoditas ini masih mencatat keuntungan. Seiring dengan adanya permintaan dari pelanggan Cina, maka tambang bauksit Kijang tetap beroperasi walaupun seharusnya ditutup dua tahun yang lalu. Penjualan bauksit juga memiliki arti strategis, yakni Antam dapat membangun hubungan bisnis dengan mitra kerja untuk pengembangan proyek alumina di masa depan. Penjualan pasir besi tercatat Rp2 miliar Di tahun 2005 Segmen nikel dan emas mencatat laba usaha sebesar Rp1,352 triliun dengan kontribusi segmen nikel sebesar 95%. Biaya Tunai Pada tahun 2005, biaya tunai Antam untuk komoditas feronikel dan emas meningkat seiring dengan produksi yang mengalami penurunan serta kenaikan biaya seperti BBM, biaya jasa pertambangan dan transportasi. Walaupun tidak sebesar komoditas feronikel dan emas, biaya tunai untuk komoditas lainnya turut mengalami kenaikan. Biaya tunai feronikel tercatat mengalami kenaikan 17% menjadi US$3,92 per pon. Hal ini menempatkan Antam termasuk dalam kuartil tertinggi di kurva biaya industri nikel. Namun kenaikan tersebut ternyata serupa dengan kenaikan rata-rata industri yang diperkirakan mengalami kenaikan 18% menjadi US$3,12 per pon. Untuk komoditas emas, meski biaya tunai tercatat naik 36% menjadi US$249,91 per t.oz., namun tingkat biaya ini masih berada di bawah rata-rata industri. Diperkirakan rata-rata biaya tunai emas di industri meningkat 13% menjadi US$275 per t.oz. di tahun 2005. Komponen Biaya Tunai: Antam Feronikel 2005 (%) 2006 (%) 2005 (%) 2006 (%) BBM 14 30 37 44 Bahan 15 23 12 27 Tenaga kerja 15 10 12 10 Jasa 43 30 34 14 Lainnya 6,5 4 5 5 Royalti 6,5 3 - - Seiring dengan peningkatan produksi feronikel tahun 2006, dari tabel diatas terlihat bahwa komponen biaya tunai yakni BBM akan meningkat cukup signifikan. Untuk Antam secara keseluruhan, biaya BBM diperkirakan akan meningkat menjadi 30% sementara untuk feronikel biaya BBM diperkirakan meningkat menjadi 44%. Dengan adanya upaya efisiensi dari peralatan baru serta adanya skala ekonomis, Antam berusaha untuk dapat menurunkan biaya tunai feronikel dibawah US$4,00 per pon. Untuk dapat mengantisipasi tingginya biaya tunai feronikel, Antam mempertimbangkan untuk mengkonversi penggunaan BBM pada pembangkit listrik ke penggunaan gas alam. Saat ini biaya listrik Antam sekitar US$0,10 per kilowatt hour (Kwh). Setelah penggunaan gas, diperkirakan dapat menurunkan biaya listrik ke tingkat US$0,06 per Kwh. Dalam kurun dua tahun ke depan, Antam berencana untuk dapat segera melakukan konversi ke gas alam dari salah satu lokasi gas alam di Sulawesi. Dengan biaya yang diperkirakan sekitar US$24 juta untuk keperluan konversi tersebut, diharapkan pengunaan gas alam akan dapat menurunkan biaya tunai feronikel Antam secara signifikan ke level US$3,5 per pon. Pendapatan/ Beban lain-lain Pendapatan lain-lain Antam tercatat meningkat 1,5% menjadi Rp67 miliar seiring dengan kenaikan pendapatan bunga menjadi Rp22 miliar karena kenaikan tingkat suku bunga dan pembayaran dividen sebesar Rp38 miliar dari PT Nusa Halmahera Minerals, perusahaan patungan Antam % dan Newcrest, Australia dengan kepemilikan saham Antam 17,5%. Laba akibat selisih kurs tercatat mengalami penurunan 69% menjadi Rp21 miliar seiring dengan keuntungan akibat pelemahan mata uang Rupiah berkurang disebabkan adanya penurunan jumlah deposit berdenominasi dolar AS yang telah digunakan untuk proyek pabrik FeNi III. Beban bunga Antam meningkat menjadi Rp26 miliar akibat pembebanan bunga dari pembiayaan pembangkit listrik yang tidak lagi dikapitalisir seiring dengan pengoperasian pembangkit listrik tersebut pada bulan April 2005. Laba Bersih Laba bersih Antam tercatat meningkat 4% menjadi Rp846 miliar (US$87 juta) dibandingkan tahun 2004 sebesar Rp810 miliar (US$91 juta). Melemahnya mata uang Rupiah sebesar 9% menjadi Rp9.712,- per dolar AS mengurangi dampak penurunan laba bersih perusahaan dalam mata uang dolar AS menjadi 4%. Neraca Konsolidasian Segmen Aset 2003 (Rp miliar) Aset 2004 (Rp miliar) Aset 2005 (Rp miliar) Pertumbuhan 2005 (%) Imbal Hasil Rata-Rata Aktiva 2005 (%) Nikel 1.411 2.693 4.391 63 29 Emas/Perak/Pemurnian 597 667 641 -4 12 Bauksit/Pasir Besi 104 98 110 12 - Kantor Pusat* 2.214 2.327 1.111 -52 - Antam 4.327 6.055 6.252 3 13 *Kantor Pusat dikategorikan sebagai unit bisnis, semua pajak dibebankan ke kantor pusat Total Aktiva Total aktiva konsolidasian Antam tercatat mengalami kenaikan 6% dari Rp6,058 triliun (US$652 juta) menjadi Rp6,415 triliun (US$653 juta). Penurunan jumlah aktiva dalam mata uang dolar AS sebesar 2,5% dikarenakan melemahnya mata uang Rupiah sebesar 6% dari Rp9.290,- pada tanggal 31 Desember 2004 menjadi Rp9.830,- pada tanggal 31 Desember 2005. Antam tidak memiliki tambahan aktiva yang signifikan pada tahun 2005 serta berfokus pada konstruksi pabrik FeNi III yang dimulai pada akhir tahun 2003. Aktiva Lancar Aktiva lancar Antam tercatat mengalami penurunan sebesar 29% menjadi Rp2,137 triliun (US$217 juta) seiring dengan pembayaran yang cukup signifikan atas proyek ekspansi feronikel FeNi III yang mendekati tahap penyelesaian. Kas dan setara kas Antam turun 64% menjadi Rp721 miliar. Penurunan pada kas ini bertolak belakang dengan pos aktiva lancar lainnya yang mengalami kenaikan seperti piutang usaha, persediaan dan pajak dibayar dimuka. Kas dan Setara Kas Kas dan setara kas Antam tercatat turun 64% dari Rp1,999 triliun (US$215 juta) ke Rp721 miliar (US$73 juta). Komponen terbesar dari penggunaan kas adalah pembayaran atas konstruksi pabrik FeNi III. Pembayaran non operasional yang signifikan adalah pembelian balik obligasi Eurobond sebesar US$20 juta (Rp 201 miliar) dan pembayaran dividen sebesar Rp258 miliar. Seperti tahun 2004, posisi kas Antam berada di beberapa rekening giro dan deposito bank. 65% dari kas Antam berada di deposito dan 35% lainnya di rekening giro dengan jumlah bank sebesar 15 bank, baik domestik dan asing. Sebagai eksportir dengan pendapatan berdenominasi dolar AS, 90% dari kas Antam berdenominasi dolar AS sementara sisanya dalam Rupiah. Antam melakukan konversi mata uang dari dolar AS ke Rupiah tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Seperti halnya yang terjadi di hampir seluruh dunia, bunga yang diterima Antam dari deposito berjangka berdenominasi dolar AS meningkat dari maksimum 1,5% pada tahun 2004 menjadi 4,25% pada tahun 2005. Suku bunga pada deposito berjangka Rupiah meningkat dari maksimum 7,24% pada 2004 menjadi maksimum 13% pada tahun 2005. Piutang Usaha Piutang usaha Antam meningkat 87% menjadi Rp549 miliar seiring dengan kenaikan harga serta kenaikan penjualan ke Eropa. Piutang usaha dengan pihak ketiga meningkat 66% menjadi Rp468 miliar dan piutang lain-lain meningkat 575% menjadi Rp81 miliar. Antam tidak memiliki penyisihan piutang ragu-ragu karena seluruh piutang dapat tertagih. Komponen terbesar piutang usaha Antam yang tercatat sebesar sepertiga dari total piutang adalah dari pelanggan bijih nikel baru dari Ukraina, Raznoimports dan Avarus, agen feronikel Antam di Eropa. Piutang usaha yang baru diantaranya adalah Yano Metal Company dan Xinfa, Cina. Seperti halnya tahun 2004, 65% dari piutang usaha Antam jatuh tempo kurang dari 30 hari. Persediaan Persediaan Antam tercatat mengalami peningkatan sebesar 32% dari Rp396 miliar (US$43 juta) pada tahun 2004 menjadi Rp524 miliar (US$53 juta) seiring dengan peningkatan biaya dan kenaikan harga jual. Barang jadi Antam sebesar 59% dari total persediaan dan barang dalam proses dicatat dengan metode biaya net realizable value. Hampir sepertiga dari persediaan adalah suku cadang dan bahan pembantu yang meningkat 156% menjadi Rp202 miliar. Barang jadi meningkat 2% menjadi Rp306 miliar, dimana barang jadi feronikel dan emas/perak meningkat masing-masing 78% menjadi Rp105 miliar dan 17% menjadi Rp54 miliar. Untuk barang jadi bijih nikel tercatat turun 22% menjadi Rp104 miliar. Seiring upaya untuk mempertahankan persediaan yang rendah, perputaran persediaan mengalami sedikit penurunan menjadi 6,2x atau sekitar hampir dua bulan. Likuiditas 2003 2004 2005 Perubahan 2005 (%) Rasio Lancar 5,7 3,2 2,8 -12 Modal Kerja Rp2,100 triliun Rp2,065 triliun Rp1,372 triliun -34 Likuiditas Antam sedikit menurun seiring dengan penurunan rasio lancar menjadi 2,8x menyusul penurunan aktiva lancar sebesar 34%. Karena penurunan jumlah kas perusahaan modal kerja Antam mengalami penurunan sebesar 34% menjadi Rp1,372 triliun. Aktiva Tidak Lancar Aktiva tidak lancar Antam meningkat 39% dari Rp3,065 triliun (US$330 juta) menjadi Rp4,277 triliun (US$435 juta). Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan 42% pada aktiva tetap (setelah dikurangi akumulasi penyusutan) menjadi Rp3,825 triliun (US$389 juta). Kenaikan aktiva tetap seiring dengan penyelesaian pembangkit listrik baru Antam berkapasitas 102 MW pada bulan April 2005 serta berlanjutnya konstruksi pabrik feronikel FeNi III. Penambahan aktiva tetap tercatat sebesar Rp1,972 triliun, dimana setengahnya merupakan aktiva dalam penyelesaian FeNi III sebesar Rp933 miliar. Selesainya konstruksi pembangkit listrik terefleksi dari adanya nilai Rp350 miliar untuk bangunan dan Rp509 miliar untuk pabrik, mesin dan peralatan. Pada akhir tahun 2005, sekitar Rp2,263 triliun dari aktiva tetap Antam merupakan aktiva dalam penyelesaian. Total depresiasi untuk aktiva tetap pada tahun 2005 meningkat 12% menjadi Rp171 miliar, lebih dari setengahnya berasal dari pabrik, mesin dan peralatan dan hampir seluruhnya dibebankan ke harga pokok penjualan. Struktur Keuangan 2003 2004 2005 Perubahan 2005 % Hutang jangka panjang/ ekuitas 93% 85% 65% -23 Hutang jangka panjang/aset 38% 34% 31% -9 Kewajiban: Ekuitas 59:41 60:40 53:47 - Total Kewajiban Total kewajiban Antam tercatat mengalami penurunan 6% dari Rp3,616 triliun (US$405 juta) menjadi Rp3,388 triliun (US$345 juta). Penurunan ini disebabkan aktivitas pembayaran hutang, penurunan beban yang masih harus dibayar serta turunnya hutang pajak meski terdapat sedikit kenaikan pada pos hutang usaha dan pos kewajiban pensiun. Kewajiban Lancar Kewajiban lancar Antam tercatat mengalami penurunan 18% menjadi Rp765 miliar (US$78 juta). Hutang usaha meningkat 23% menjadi Rp116 miliar, dengan Rp88 miliar diantaranya merupakan hutang kepada pihak ketiga. Namun hal ini tidak dapat mengurangi dampak penurunan 25% pada pos beban yang masih harus dibayar menjadi Rp386 miliar atau penurunan 16% pada pos hutang pajak menjadi Rp239 miliar. Hutang Usaha Akun dari tiga kontributor terbesar hutang usaha merupakan dua per tiga dari total hutang usaha Antam kepada pihak ketiga. Antam memiliki hutang kepada PT Inco sebesar Rp24 miliar untuk bijih nikel kadar tinggi yang akan digunakan untuk umpan pabrik FeNi III. Selain itu terdapat hutang usaha kepada PT Yudistira Bhumi Bakti sebesar Rp18 miliar untuk jasa penambangan dan PT Sumber Setia Budi sebesar Rp18 miliar. Lebih dari 17 akun hutang usaha Antam adalah untuk jasa penambangan, bahan mentah dan suplai. Sedikit lebih tinggi dari tahun 2004, 75% dari hutang usaha Antam berdenominasi Rupiah sementara 74% dari hutang usaha memiliki waktu jatuh tempo kurang dari 30 hari. Beban yang masih harus dibayar dan Hutang pajak Beban yang masih harus dibayar tercatat mengalami penurunan 25% menjadi Rp386 miliar seiring dengan penurunan biaya yang harus dibayar untuk keperluan konstruksi pabrik FeNi III sebesar 67% menjadi Rp107 miliar. Penurunan biaya untuk konstruksi FeNi III disebabkan sebagian besar biaya telah dibayar sampai akhir tahun 2005. Sementara beban yang masih harus dibayar dari jasa penambangan tercatat mengalami kenaikan 629% menjadi Rp102 miliar. Pos lainnya termasuk Rp76 miliar untuk penutupan tambang dan Rp 32 miliar untuk bunga. Hutang pajak Antam turun 16% menjadi Rp239 miliar. Kewajiban tidak lancar Kewajiban tidak lancar Antam tercatat mengalami penurunan 2% dari Rp2,688 triliun (US$289 juta) menjadi Rp2,623 triliun (US$267 juta). Penurunan ini disebabkan aktivitas pembayaran hutang yang mengurangi dampak kenaikan kewajiban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya yang naik sebesar 6% menjadi Rp577 miliar dan kenaikan 3% untuk penyisihan kewajiban pengelolaan dan reklamasi lingkungan hidup menjadi Rp73 miliar. Total Hutang Seiring dengan pengurangan hutang Antam, posisi hutang pada akhir tahun 2005 tercatat Rp1,973 triliun (US$201 juta) turun dari Rp2,072 triliun (US$223 juta). Antam tidak memiliki hutang jangka pendek. Kedua sumber hutang Antam berdenominasi dolar AS dan secara substansial memiliki suku bunga tetap. Kedua sumber hutang tersebut berasal dari obligasi yang diterbitkan oleh Antam Finance Limited (AFL) dengan outstanding sebesar US$175 juta (Rp1,678 triliun) dan hutang kredit investasi BCA sebesar US$30 juta (Rp295 miliar). Baik obligasi maupun hutang bank digunakan untuk membiayai pembangunan pabrik feronikel FeNi III dan pembangkit listrik baru berkapasitas 102 MW. Pembelian Kembali Obligasi, Pembayaran Hutang Sebagai bagian dari pengelolaan keuangan dengan prinsip kehati-hatian, pada tahun 2005 Antam membeli balik dan meng-cancel obligasi AFL sebesar US$20 juta. Pembelian obligasi tersebut dilakukan secara bertahap di open market sesuai dengan kondisi harga yang berlaku saat itu. Antam juga melakukan pembayaran sebesar US$3,8 juta (Rp35,8 miliar) yang merupakan hutang kepada Newcrest Singapore Holdings Pte Ltd. untuk kepemilikan Antam sebesar 17,5% di proyek joint venture emas, PT Nusa Halmahera Minerals. Apabila kondisi harga sesuai dan Antam memiliki kas yang memadai maka kebijakan pembelian obligasi ini akan terus dilanjutkan. Biaya Hutang AFL menerbitkan obligasi senilai US$200 juta dengan sedikit diskon pada tanggal 20 September 2003 berjangka waktu 7 tahun disertai opsi early redemption atau pembelian kembali yang dimulai pada tahun keempat. Obligasi tersebut memiliki kupon dengan tingkat suku bunga tetap sebesar 7,375% yang dibayar semi annual setiap tanggal 30 Maret dan 30 September. Fasilitas kredit investasi BCA kepada Antam memiliki syarat dan ketentuan yang sama dengan obligasi AFL. Fasilitas kredit yang bisa ditarik sebesar US$60 juta namun Antam hanya menggunakan US$30 juta. Pembayaran atas kredit BCA ini dimulai dengan cicilan secara triwulanan setelah 28 bulan masa tenggang setelah tanggal penarikan 30 Maret 2004. Suku bunga untuk kredit investasi ini sebesar 7% untuk dua tahun setelah tanggal penarikan dan selanjutnya akan dibebani suku bunga BCA prime lending rate minus 1%. Covenant Obligasi Antam sebagai penjamin obligasi AFL yang diterbitkan pada bulan September 2003 dikenakan syarat dan kondisi tertentu yang harus dipenuhi. Salah satu pembatasan adalah dalam rangka memperoleh pinjaman baru. Pembatasan ini termasuk dua rasio keuangan yang harus dipenuhi pada saat hutang baru terjadi (incurrance of indebtedness). Setelah FeNI III mulai beroperasi, Antam hanya diperkenankan untuk memperoleh pinjaman dengan kondisi maksimum 3,5 kali untuk Net Debt to Earnings Before Interest Tax Depreciation and Amortization (EBITDA) dan minimum 2 kali untuk EBITDA to Financial Charges. Pada akhir tahun 2005, posisi kedua rasio ini sangat memuaskan, yakni 0,94 kali untuk Net Debt to EBITDA dan 7,91 kali untuk EBITDA to Financial Charges. 2003 2004 (disajikan kembali) 2005 (Tidak diaudit) Perbandingan (%) 04/03 05/04 Net debt/EBITDA Net cash 0,06 0.93 - 1.450 EBITDA/Financial Charges 93,2 8,29 7.93 - 91 - 4 Restrictive Covenant lainnya adalah negative pledge, yakni pembatasan pemberian jaminan oleh Antam untuk memperoleh pinjaman baru. Antam tidak dapat menjaminkan lebih dari 15% dari net tangible asset untuk digunakan sebagai jaminan. Pembatasan lainnya terkait dengan pelepasan aktiva, konsolidasi, merjer dan penjualan aktiva serta akuisisi. Meskipun Antam memiliki rencana pertumbuhan yang saat ini berada dalam tahap pengembangan, saat ini hanya proyek Chemical Grade Alumina Tayan dalam tahap dimana akan dibutuhkan pembiayaan dan diperkirakan pada akhir tahun 2006. Antam mengambil langkah strategis, yakni menjadi pemegang saham minoritas terbesar pada proyek Tayan dimana dalam konstruksi selama 3 tahun Antam dapat lebih familiar tentang pasar, teknologi dan prosedur operasional untuk memproduksi CGA, sebelum akhirnya akan mengeksekusi opsi untuk memperoleh kepemilikan mayoritas pada suatu waktu saat proyek beroperasi. Tidak ada proyek yang tertunda karena covenant obligasi. Namun demikian, Antam dengan konsisten terus menggali lebih jauh kesempatankesempatan di sektor pertambangan dan apabila investasi atau rencana-rencana pengembangan ternyata dapat bertumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan maka ada kemungkinan akan terbentur oleh pembatasan covenant tersebut. Pembiayaan kembali Obligasi Antam telah menerima beberapa unsolicited proposal untuk dapat melakukan pembiayaan kembali obligasi yang diterbitkan AFL pada bulan September 2003. Proposal-proposal tersebut datang untuk memenuhi keinginan Antam untuk bertumbuh serta kesempatan akuisisi seiring dengan rencana pengembangan Antam ke depan. Namun demikian, pada saat ini Antam masih memiliki fleksibilitas untuk memperoleh pinjaman apabila diperlukan untuk membiayai rencana belanja modal. Belum ada proyek Antam pada posisi dimana pembiayaan akan diperlukan. Hutang yang diperlukan untuk proyek Tayan akan berupa project finance dimana Antam mengambil langkah strategis dengan memperoleh kepemilikan minoritas terbesar. Pembiayaan proyek tersebut tersebut kemungkinan akan dilakukan oleh agensi kredit ekspor Jepang. Porsi ekuitas Antam pada proyek ini akan menggunakan kas operasional. Ekuitas 2003 2004 2005 Return on Assets 5% 13% 14% Return on Equity 13% 33% 28% Return on Invested Capital* 9% 26% 24% PBIT/(LT Debt + Equity) Total ekuitas Antam tercatat meningkat 24% dari Rp 2,442 triliun (US$273 juta) menjadi Rp3,027 triliun (US$308 juta). Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan laba ditahan sebesar 40% menjadi Rp2,051 triliun dimana Rp1,240 triliun telah dicadangkan. Saldo laba ditahan meningkat akibat meningkatnya kinerja seiring dengan kenaikan harga jual. Arus Kas Seiring dengan peningkatan biaya produksi, pembayaran pajak, peningkatan pembayaran untuk pembangunan pabrik FeNi III dan proyek pengembangan lainnya, aktivitas pengurangan utang dan pembayaran dividen yang lebih besar maka penurunan bersih kas dan setara kas meningkat 1.090% dari Rp109 miliar menjadi Rp1,297 triliun. Hal ini menjadikan kas dan setara kas akhir tahun tercatat turun 64% menjadi Rp721 miliar. Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi tercatat turun 4% menjadi Rp872 miliar (US$90 juta) seiring dengan peningkatan pembayaran gaji, bunga dan pajak. Meski terjadi penurunan pada penjualan feronikel dan emas, namun dengan adanya peningkatan harga jual dan volume penjualan bijih nikel kadar tinggi serta bauksit menjadikan penerimaan dari pelanggan naik 12% menjadi Rp3,049 triliun (US$310 juta). Pembayaran kepada pemasok mengalami penurunan sebesar 5% menjadi Rp1,266 triliun. Tren lainnya di industri pertambangan adalah kenaikan biaya tenaga kerja. Hal tersebut juga berlaku di Antam dimana pembayaran kepada komisaris, direktur dan karyawan meningkat 38% menjadi Rp494 miliar seiring dengan pembayaran tunjangan kinerja akhir tahun sebesar tujuh kali gaji bulanan. Pembayaran tunjangan yang lebih tinggi ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan perusahaan. Pembayaran bunga meningkat 252% dari Rp10 miliar (US$1,1 juta) menjadi Rp34 miliar (US$3,5 juta). Kenaikan terbesar berasal dari pembayaran pajak sebesar 204% seiring dengan peningkatan laba sebelum pajak serta kenaikan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian peralatan yang digunakan untuk pembangunan pabrik FeNi III. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi meningkat 60% dari Rp1,088 triliun (US$122 juta) menjadi Rp1,737 triliun (US$179 juta). Pembayaran terbesar adalah dari perolehan aktiva tetap yang meningkat 54% menjadi Rp1,568 triliun dalam rangka konstruksi pembangkit listrik baru dan pembangunan pabrik FeNi III. Seiring dengan berlanjutnya aktivitas eksplorasi nikel dan emas, pembukaan tambang nikel Mornopo dan pengembangan lebih lanjut pada proyek Tayan, biaya eksplorasi dan pengembangan meningkat 233% menjadi Rp192 miliar. Antam telah menerima dividen sebesar Rp29 miliar dari kepemilikan 17,5% di perusahaan patungan dengan Newcrest Singapore Holdings Pte. Ltd yakni PT Nusa Hamahera Minerals. Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan tercatat sebesar Rp433 miliar (US$45 juta). Hal ini bertolak belakang dengan tahun 2004 dimana Antam mencatat arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp67 miliar. Pembayaran hutang jangka panjang meningkat 376% menjadi Rp201 miliar sementara pembayaran dividen meningkat 174% menjadi Rp258 miliar. Pada tahun 2005, Antam tidak menerima atau menarik pinjaman baru. Pada tahun 2004 Antam melakukan penarikan pinjaman sebesar US$30 juta (Rp258 miliar) dari fasilitas kredit investasi BCA. Belanja Modal/ Capital Expenditure (Capex) Segmen 2003 (Rp miliar) 2004 (Rp miliar) 2005 (Rp miliar) Pertumbuhan 2005 (%) Sumber Pembiayaan Nikel 554 1.253 1.884 50 IPO, Obligasi AFL, BCA, Kas Operasional Emas/Perak/ Jasa Pemurnian 69 69 74 7 Kas Operasional Bauksit/Pasir Besi 7 3 14 367 Kas Operasional Kantor Pusat* 5 1 0,7 -30 Kas Operasional Antam 636 1.326 1.972 49 *Kantor Pusat dikategorikan sebagai unit bisnis, semua pajak dibebankan ke kantor pusat Seperti tahun 2003 dan 2004, sebagian besar belanja modal Antam pada tahun 2005 dialokasikan untuk segmen nikel, terutama untuk konstruksi pabrik FeNi III serta pembangkit listrik berkapasitas 102 MW. Dengan biaya senilai US$320 juta termasuk financial charges, pembangunan pabrik FeNi III dimulai pada akhir 2003 dan membutuhkan 28 bulan untuk masa konstruksi. Saat ini pabrik FeNi III memasuki masa commissioning dimana switch on telah dilakukan pada tanggal 12 Februari 2006. Operasi komersial diharapkan dimulai pada bulan April 2006. Proyek FeNi III dibiayai dari Initial Public Offering Antam pada bulan November 1997, penerbitan obligasi Eurobond senilai US$200 juta oleh AFL, kredit investasi BCA sebesar US$30 juta dan dari kas operasional Antam. Belanja modal non rutin tahun 2005 termasuk US$15 juta (Rp146 miliar) yang digunakan untuk perbaikan pabrik FeNi II yang memakan waktu lima bulan setelah penghentian tidak terjadwal pada bulan Maret 2005. Belanja modal lainnya sebesar Rp38 miliar digunakan untuk pembukaan tambang nikel Mornopo. sementara belanja modal rutin Antam mencapai Rp146 miliar. Rencana belanja modal tahun 2006 adalah Rp143 miliar untuk porsi ekuitas Antam sebesar 49% di Proyek Tayan Chemical Grade Alumina, Rp143 miliar untuk belanja modal lanjutan proyek FeNi III dan Rp211 miliar untuk belanja modal rutin. Free Cash Flow 2003 (Rp miliar) 2004 (Rp miliar) 2005 (Rp miliar) Pertumbuhan 2005 (%) Kas Operasional 481 912 872 -4 Total Capex 636 1.326 1.972 49 Free Cash Flow - 155 - 414 - 1.100 -166 Free cash flow Antam tercatat negatif dalam kurun tiga tahun terakhir seiring dengan pengeluaran yang besar untuk keperluan proyek FeNi III. Diharapkan Antam dapat menghasilkan free cash flow positif pada tahun 2006 seiring dengan pendapatan yang akan meningkat cukup signifikan setelah beroperasinya pabrik FeNi III. Walaupun Antam mencatat free cash flow negatif, Antam tetap melanjutkan pembayaran dividen sesuai dengan kebijakan dividend payout ratio minimum 30% dan maksimum 50%. Pemerintah RI sebagai pemegang saham mayoritas Antam memegang peranan yang penting dalam penentuan dividend payout ratio tersebut. Dalam kurun tiga tahun terakhir pemerintah tidak meminta dividen payout sebesar 50% seperti di masa lalu untuk mendukung pembiayaan rencana proyek-proyek pengembangan Antam. Namun pembayaran dividen tetap dilakukan untuk mendukung anggaran negara. Pada tahun 2005 walaupun payout ratio sedikit meningkat namun nilai pembayaran dividen Antam mengalami kenaikan 284% seiring dengan peningkatan laba bersih Antam tahun 2004. Dividen 2002 2003 2004 Pertumbuhan 2004 (%) Payout Ratio 32,5% 32,5% 35% 8% Dividen Kas Rp66 miliar Rp74 miliar Rp282,5 miliar 284% Dividen per lembar saham Rp34,43 Rp38,60 Rp148,08 284% Lindung Nilai Aktivitas lindung nilai Antam dilakukan untuk melindungi anggaran perusahaan sesuai dengan asumsi harga jual di anggaran dengan jumlah tidak lebih dari 30% dari produksi tahunan nikel dan emas. Antam tidak melakukan aktivitas lindung nilai lainnya. Pada tahun 2005, Antam melakukan lindung nilai nikel sejumlah 3.000 ton dengan "zero cost collar". Antam akan menjual call option (yang memberikan hak kepada pembeli untuk membeli nikel pada harga dan waktu yang telah disepakati sebelumnya) dan membeli put option (yang memberikan hak kepada Antam untuk menjual nikel pada harga dan waktu yang telah disepakati sebelumnya) dengan volume dan harga yang sesuai. Apabila harga spot nikel tidak melebihi harga call option atau turun dibawah harga put option, tidak ada transaksi yang terjadi dan hak option akan berakhir/jatuh tempo. Tiap bulan dimulai bulan Maret 2005, tiga kontrak senilai masing-masing 100 ton jatuh tempo sampai tiga kontrak terakhir yang jatuh tempo bulan Desember 2005. Pada tahun 2005 harga nikel tidak pernah melebihi harga call option US$8,31/lb atau turun dibawah harga put option US$5,41/lb sehingga Antam tidak mengeksekusi hak option dan tidak ada biaya yang timbul. Jika Antam kembali memperoleh batasan harga yang sama, terdapat kemungkinan lindung nilai zero cost collars dilanjutkan. Pada tahun 2004 Antam melakukan aktivitas lindung nilai sebesar 24.000 t.oz untuk produksi tahun 2005 pada harga jual rata-rata US$440,50 per t.oz dengan counterpart Deutche Bank. Pada tanggal 31 Desember 2005, kontrak yang masih outstanding sebagai berikut: Deskripsi T.OZ AVG RATE/T.OZ USD JUMLAH USD Emas/IDR Forward Kalender 2006 10.000 441,00 4.410.000 Penyajian Ulang Laporan Keuangan Antam menerapkan PSAK 24 (Revisi 2004) "Imbalan Kerja" sejak 1 Januari 2004. Laporan komparatif pada dan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2004 disajikan ulang sebagai berikut: ('000 Rupiah) Sebelum Penyajian Ulang Setelah Penyajian Ulang Penyesuaian Neraca Konsolidasian Aktiva Pajak Tangguhan 95.488.827 110.777.006 (15.288.179) Kewajiban Imbalan Pensiun 493.627.155 544.587.750 (50.960.595) Saldo Laba Yang Belum Dicadangkan 769.717.893 734.045.479 (35.672.414) Total Ekuitas 2.478.140.709 2.449.163.302 (35.672.414) Laporan Laba Rugi Konsolidasian Laba Usaha 1.092.085.835 1.096.571.648 (4.485.813) Beban Pajak Penghasilan (351.199.005) (352.544.748) (1.345.743) Laba Bersih 807.108.655 810.248.725 (3.140.070) Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi: Ashur Wasif, Sekretaris Perusahaan, Tel : (62-21) 780 5119, Fax: : (62-21) 781 2822, Email: corsec@antam.com, Website: www.antam.com

Copyright © ANTARA 2006