stunting tidak akan terjadi jika konsumsi karbohidrat dari nasi dan protein ikan dijamin ketersediaannya di piring keluarga Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Organisasi Observasi Kesehatan Indonesia (Indonesian Health Observer/IHO) mendorong program Kementerian Kesehatan "Isi Piringku" sebagai gerakan nasional yang diselenggarakan secara terpadu, kolaboratif, dan masif.

"Tidak mungkin Kemenkes dengan ide cerdas Isi Piringku sementara piring dan isinya bukalah milik Kementerian Kesehatan," kata Ketua Umum IHO Abidinsyah Siregar dalam acara Deklarasi IHO di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Senin.

Ia mengatakan IHO akan memfasilitasi komunikasi seluruh instansi terkait untuk berdiskusi bersama perihal kolaborasi program Isi Piringku.

Secara umum, Isi Piringku menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri atas 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri atas karbohidrat dan protein.

Kampanye tersebut menekankan untuk membatasi gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari. Dalam perkembangan ilmu gizi yang baru, pedoman "4 Sehat 5 Sempurna" berubah menjadi pedoman gizi seimbang yang terdiri atas sepuluh pesan tentang menjaga gizi.

Baca juga: Riskesdas: Konsumsi buah dan sayur di Indonesia masih rendah
Baca juga: Tekan stunting, Kabupaten Bogor dukung Program Isi Piringku Kemenkes

Dari sepuluh pesan tersebut, dikelompokkan lagi menjadi empat pesan pokok yakni pola makan gizi seimbang, minum air putih yang cukup, aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, dan mengukur tinggi dan berat badan yang sesuai untuk mengetahui kondisi tubuh.

Kampanye tersebut juga menekankan empat hal penting lainnya yaitu cuci tangan sebelum makan, aktivitas fisik yang cukup, minum air putih cukup, dan memantau tinggi badan dan berat badan.

Berdasarkan hasil observasi IHO, 9.596 penduduk Indonesia mengonsumsi beras sebagai makanan pokok utama. Beras mengandung karbohidrat sebagai sumber energi dan pertumbuhan bagi tubuh.

"Nasi sudah pasti dimakan satu hingga tiga kali sehari. Kasus gizi kurang apalagi sampai stunting tidak akan terjadi jika konsumsi karbohidrat dari nasi dan protein ikan dijamin ketersediaannya di piring keluarga Indonesia," katanya.

Jika seluruh produk pangan atau beras diperkaya dengan fortifikasi, kata Abidinsyah, maka masyarakat bisa terhindar dari defisiensi gizi.

Baca juga: Pakar gizi ingatkan pentingnya Program Isi Piringku untuk kesehatan
Baca juga: Festival Isi Piringku upaya pencegahan stunting di Wonosobo

Menurut Abidinsyah, anak Indonesia butuh asupan protein untuk mendongkrak kecerdasan. Tapi konsumsi ikan masyarakat Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan ketersediaannya di laut, danau dan kolam.

"Faktanya kita punya laut yang sangat luas, namun hanya diurutan kedelapan dari sepuluh negara konsumsi ikan terbesar berdasarkan data 2018. Konsumsi kita jauh di bawah China, Myanmar, Vietnam, India, Malaysia, Meksiko yang lautnya terbatas," katanya.

IHO juga menyorot kejadian anak yang sering mengalami infeksi berulang, utamanya karena kurangnya ketersediaan air bersih. "Infeksi berulang yang menyebabkan diare, kolera, disentri, tipus, cacingan, penyakit mata," katanya.

Abidinsyah yang pernah menjabat Deputi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) periode 2013-2017 itu mengatakan Isi Piringku memerlukan kolaborasi lintas instansi dan lembaga dalam implementasi di masyarakat.

"Program Isi Piringku merupakan satu dari tiga prioritas yang dapat berpengaruh luas dalam perbaikan kualitas kesehatan nasional, selain kepemilikan catatan medis untuk seluruh rakyat dan tata kelola pendidikan kedokteran," ujarnya.

IHO dideklarasikan oleh kalangan purna bakti Aparatur Sipil Negara (ASN) dan purnawirawan TNI/Polri untuk melanjutkan pengabdian kepada bangsa dalam peningkatan mutu layanan kesehatan.

Baca juga: Kemenkes: GERMAS jadi pelengkap prokes di masa pandemi

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022