Gaza (ANTARA) - Rasa takut dan panik terlihat di wajah Asmaa Al-Najjar, seorang anak perempuan berusia 10 tahun asal Palestina, setelah pesawat-pesawat tempur Israel mengebom sebuah apartemen di sebelah rumahnya di area permukiman Tel Al-Hawa, di sebelah barat Gaza City.

Anak perempuan itu mengatakan kepada Xinhua dengan suara bergetar bahwa "serangan Israel itu terjadi ketika saya sedang berada di kamar bersama saudara laki-laki saya, yang membuat kami sangat ketakutan."
 
   Aksi saling serang antara Israel dan Jihad Islam Palestina (Palestinian Islamic Jihad/PIJ) berlanjut ke hari kedua pada Sabtu (6/8). Militer Israel terus membombardir puluhan target yang berkaitan dengan kelompok militan itu di Jalur Gaza, sementara ratusan roket ditembakkan dari wilayah kantong Palestina tersebut ke arah Israel.   Platform-platform media sosial Palestina dipenuhi oleh foto dan video tentang Allaa Qadoum, anak perempuan berusia lima tahun yang tewas pada Jumat (5/8) akibat serangan udara tersebut. Orang tua anak perempuan itu menangis sambil menggendong jasad putri mereka yang dibungkus dengan bendera Palestina.


Sedikitnya 15 orang tewas, termasuk seorang anak perempuan berusia lima tahun, dua wanita, dan tujuh militan, dan 125 orang lainnya luka-luka di Jalur Gaza, kata Kementerian Kesehatan Palestina pada Sabtu.
 
   Platform-platform media sosial Palestina dipenuhi oleh foto dan video tentang Allaa Qadoum, anak perempuan berusia lima tahun yang tewas pada Jumat (5/8) akibat serangan udara tersebut. Orang tua anak perempuan itu menangis sambil menggendong jasad putri mereka yang dibungkus dengan bendera Palestina.   Para penduduk Gaza mengatakan serangan-serangan udara tersebut merupakan kejutan besar yang tidak terduga di saat banyak keluarga sedang bersiap-siap untuk menghabiskan akhir pekan di pantai Gaza guna menghindari teriknya musim panas dan krisis listrik.


Sambil bersimbah air mata, kakek dari Allaa Qadoum mengatakan, "Allaa sedang bermain di depan rumah saat pesawat tempur Israel mengebom sebuah target di sekitar tempat tersebut dan sebuah pecahan bom menembus kepala Allaa."

Pria tua yang sudah beruban itu bertanya, "apa kesalahan yang diperbuat Allaa sampai harus menjadi target dan tewas? Apakah dia menembakkan rudal ke arah Israel?"

Anak perempuan malang itu seharusnya akan mulai bersekolah di taman kanak-kanak pada akhir bulan ini dan sempat minta dibelikan pakaian dan tas sekolah baru, tuturnya kepada Xinhua.

Israel masih belum berkomentar terkait kematian Allaa Qadoum.
 
   Para penduduk Gaza mengatakan serangan-serangan udara tersebut merupakan kejutan besar yang tidak terduga di saat banyak keluarga sedang bersiap-siap untuk menghabiskan akhir pekan di pantai Gaza guna menghindari teriknya musim panas dan krisis listrik


Menyusul serangan-serangan udara yang intensif ini, jalanan di kota-kota di wilayah kantong itu terlihat nyaris kosong tanpa adanya pejalan kaki dan aktivitas lalu lintas, dengan hanya mobil pemadam kebakaran dan ambulans yang berlalu-lalang.

Semua kafe dan hotel yang menghadap ke tepi laut ditutup setelah para pelanggan bergegas meninggalkan lokasi. Aktivitas komersial pun hampir lumpuh.

Mohammed al-Sa'adi, penghuni apartemen "Falastin", yang digempur serangan jet-jet tempur Israel pada Jumat, mengatakan kepada Xinhua bahwa "pengeboman tersebut terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan ketika kami masih berada di dalam apartemen."

Salama Ma'rouf, juru bicara pemerintah yang dikelola Hamas di Gaza, mengatakan kepada Xinhua bahwa 650 unit tempat tinggal telah hancur sejak Jumat.

"Eskalasi Israel telah menyebabkan banyak rumah warga dan institusi sipil rusak, yang jelas-jelas merupakan pelanggaran hukum internasional," katanya menekankan.

Ma'rouf menyerukan agar masyarakat internasional menghentikan "agresi Israel terhadap warga Palestina."

Sumber: Xinhua

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022