Sanya, China (ANTARA) - Li Juan, seorang perawat di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Zhengzhou di Provinsi Henan, China tengah, datang ke Sanya, kota resor pesisir yang populer, beberapa hari lalu.

Dia tidak datang pada hari libur. Sebaliknya, rutinitas harian Li adalah mengumpulkan sampel asam nukleat, dengan mengenakan pakaian hazmat yang berat, di sebuah lingkungan di Distrik Tianya.

Antara 1 hingga 11 Agustus, lebih dari 4.000 infeksi COVID-19 dilaporkan di Sanya, Provinsi Hainan, China selatan, dan situasinya masih parah karena jumlah kasus infeksi baru telah menembus angka 1.000 pada Kamis (11/8).

Ini kali pertama bagi Li membantu perjuangan antiepidemi di luar Provinsi Henan.

"Saya adalah orang pertama yang mendaftar ketika kepala perawat kami mengunggah sebuah pesan yang menanyakan apakah ada yang bersedia berangkat ke Sanya," ujar Li.

Dia bangun sebelum pukul 05.00 pagi setiap hari dan kemudian naik bus ke Nanbianhai, sebuah desa nelayan, untuk melakukan pengujian asam nukleat. Dia juga perlu mengunjungi rumah orang-orang yang dikarantina atau mengalami kesulitan bergerak.

"Kita harus berada di mana pun dan kapan pun saat dibutuhkan," tutur Li.

Li termasuk di antara 100 tenaga kesehatan (nakes) dari Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Zhengzhou yang tiba di Sanya untuk bergabung dalam perjuangan antiepidemi selama akhir pekan.

"Rumah sakit kami merupakan yang terbesar di Provinsi Henan, dan tenaga kesehatan kami selalu berada di garis depan melawan epidemi, dari Wuhan hingga Shanghai hingga Anyang di Henan," sebut Zhang Guangchao, kepala perawat dari rumah sakit yang sama.

Lebih dari 10.000 nakes dari 19 wilayah tingkat provinsi telah dikerahkan untuk membantu Hainan melawan lonjakan terbaru COVID-19, dengan sebagian besar di Kota Sanya yang paling parah dilanda virus tersebut.

Sebuah tim yang terdiri dari 201 nakes dari Provinsi Hubei bertanggung jawab atas pengujian asam nukleat di 41 venue di enam komunitas. Mereka mengumpulkan sekitar 50.000 sampel setiap hari.

"Tugas tersebut merupakan beban kerja yang sangat besar dan para nakes dengan peralatan lengkap berkeringat hanya dalam waktu setengah jam di bawah terik matahari di Sanya. Jadi, kami berganti sif setiap dua jam," ujar Jiang Botao, pemimpin tim tersebut.

Di sebuah gimnasium di Sanya Technician College of Hainan, sebuah laboratorium pengujian asam nukleat membran gas yang didirikan oleh sebuah tim dari Provinsi Guangdong, China selatan, mulai beroperasi pada 7 Agustus.

Kapasitas deteksi asam nukleat harian saat ini mencapai 60.000 tabung, dan kapasitas maksimum dapat mencapai 100.000 tabung.

"Kami berharap dapat menapis kasus-kasus positif dan memungkinkan kehidupan semua orang kembali normal sesegera mungkin," kata Zhang Ning, pemimpin tim dari Guangdong.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022