Riyadh (ANTARA) - Saudi Arabian Oil Company atau Aramco optimistis terhadap penguatan kerja sama bilateral antara Arab Saudi dan China di sektor komersial dan investasi, kata Kepala Program Investasi Industri Aramco Abdallah Al Thaaly.

Dalam wawancara baru-baru ini, Al Thaaly memuji penguatan perdagangan bilateral dan kerja sama saling menguntungkan antara kedua negara.

"Saya telah sering mengunjungi China; dan setiap kali saya berkunjung, saya melihat adanya pertumbuhan besar. China sekarang menjadi pemimpin dunia dalam perdagangan dan budaya," katanya.

Dia menceritakan perjalanan pertamanya ke China pada 2003 lalu ke Fujian Refining and Petrochemical Company di Provinsi Fujian, China. Kilang Fujian, bersama dengan usaha patungan Saudi-China lainnya yakni Yanbu Aramco Sinopec Refining Company, menjadi saksi keberhasilan kerja sama antara kedua negara, kata Al Thaaly.

Yanbu Aramco Sinopec Refining Company atau Kilang Yasref di Arab Saudi menjadi salah satu proyek terbaik dan dioperasikan secara mulus di seluruh kawasan Teluk, tambahnya. Dia menilai Arab Saudi dan China memiliki kapabilitas untuk menumbuhkan lebih banyak lagi kemitraan bisnis di masa mendatang.

Sementara itu, Saudi Silk Road Industrial Services Co., Ltd. (SSRIS), perusahaan patungan antara kedua negara yang berbasis di Riyadh, telah berkembang menjadi platform penting untuk menarik investasi China. Al Thaaly mengaitkan keberhasilan usaha patungan tersebut dengan banyak faktor, termasuk sifat dasar kolaboratif bangsa China.

"Saat ini, pasar China merupakan pasar terbesar untuk produk Saudi Aramco; dan pemasok China mewakili jumlah besar dalam portofolio pemasok kami," katanya.

Terkait meningkatkanya permintaan terhadap produk China di kawasan Teluk, Al Thaaly mengatakan China terkenal dengan ekspor produk berkualitas.

"China terkenal dengan kekuatan dan ekspor produk-produk berkualitas di seluruh dunia. Kawasan ini, terutama Arab Saudi, dan perusahaan kami Aramco merupakan penerima manfaat utama," ujarnya.

Al Thaaly juga menjelaskan investasi Arab Saudi dalam penerapan energi hijau, khususnya pada Inisiatif Hijau Saudi dan Inisiatif Hijau Timur Tengah. Dia menekankan pencapaian kedua inisiatif itu memerlukan banyak kolaborasi, termasuk dengan China, dalam hal teknologi dan suplai produk.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022