Jakarta, (ANTARA News) - World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia meminta kepada pemerintah dan masyarakat untuk tidak lagi melakukan penangkapan gajah untuk mengatasi konflik antara gajah dan manusia. Menurut Species Communications Officer WWF Indonesia, Desmarita Murni, di Jakarta, Sabtu (25/3) penangkapan adalah alternatif terakhir dalam pengurangan konflik antara manusia dan gajah, dan hanya dilakukan setelah Protokol Mitigasi Konflik Gajah (HEC) diimplementasikan secara tegas, seperti tim penangkap professional dan pemantau independent terbentuk, fasilitas medis tersedia, dan rencana strategis mengenai gajah yang telah ditangkap dibuat. Seruan tersebut dikeluarkan oleh WWF Indonesia setelah pada 21 Maret 2006 sekitar pukul 15.30 WIB, ditemukan 10 gajah dalam kondisi mengkhawatirkan terikat di pohon tanpa makanan dan minuman yang memadai, maupun perawatan medis. Kesepuluh gajah tersebut mengalami luka-luka dan pembengkakan pada bagian kaki, perut, kepala dan belalai, baik akibat penangkapan yang tidak profesional menggunakan jarum suntik bius yang tidak steril, maupun akibat rantai yang melilit tubuhnya selama berhari-hari. Ketika ditemukan, WWF memperkirakan kesepuluh gajah tersebut telah ditangkap sekitar 10 hari (sejak 11 Maret 2006). Kesemuanya dalam kondisi depresi, dehidrasi dan keletihan hebat, akibat dirantai tanpa mampu duduk atau berbaring, dan tanpa adanya akses pada makanan atau air. Menurut WWF, 10 gajah itu adalah bagian dari 17 gajah yang beberapa minggu lalu masuk ke perkampungan Balai Raja, Riau akibat rusaknya habitat hutan, baik akibat konversi menjadi perkebunan sawit dan akasia, pemukiman penduduk, maupun akibat pembalakan liar. Oleh karena itu, WWF juga meminta agar pemerintah segera menghentikan semua aktivitas konversi hutan alam habitat gajah Sumatra di Riau. Gajah-gajah itu diperkirakan masuk ke perkampungan penduduk karena habitat aslinya yang berupa hutan telah berubah menjadi pemukiman ataupun lahan pertanian. Sebagai pertolongan pertama untuk gajah-gajah itu, WWF telah menyediakan makanan, air, dan vitamin sekaligus memfasilitasi praktisi medis untuk memeriksa kondisi medis gajah-gajah tersebut. Meskipun demikian, kata dia, mengingat kondisi kritis 10 gajah itu maka diperlukan bantuan medis dan perawatan yang lebih memadai, termasuk antibiotik, makanan, vitamin dan bantuan gajah terlatih (kunkies -- red) yang berperan menenangkan gajah liar ketika pengobatan dilakukan. WWF juga meminta agar pemerintah terkait memberikan pengobatan dan perawatan serius secepatnya mengingat tidak ada satu ekor pun yang layak dilepaskan atau direlokasi tanpa melalui perawatan ataupun pengobatan, sebab infeksi yang dialami akan membawa kematian bagi gajah-gajah itu. Menurut Desma, WWF juga mendesak agar segera dilakukan pemindahan sejauh 100 hingga 150 meter dari lokasi saat ini ke titik akses jalan terdekat untuk mempermudah perawatan. "Saat ini gajah-gajah tersebut berada di dalam sebuah perkebunan karet, di mana satu sama lain dirantai saling berdekatan dan menyulitkan perawatan," ujarnya. Di hari ke empat semenjak ditemukan, menurut dia, kondisi gajah-gajah tersebut belum lepas dari masa kritis sehingga masih membutuhkan perawatan dan pengobatan yang konsisten.(*)

Copyright © ANTARA 2006