Seoul (ANTARA) - Untuk pertama kalinya seorang jenderal Korea Selatan memimpin latihan gabungan tahunan dengan pasukan Amerika, kata militer AS pada Rabu, sebuah langkah yang lama dinantikan Seoul untuk menjadi ketua komando pasukan sekutu jika terjadi perang.

Pada Senin kedua sekutu itu memulai latihan militer gabungan terbesar mereka dalam beberapa tahun, yang dikenal sebagai Ulchi Freedom Shield,  yang bertujuan memantapkan kesiapsiagaan untuk kemungkinan uji senjata Korea Utara.

Latihan itu mencakup "kegiatan pelatihan berorientasi pertahanan dan simulasi komputer" selama 11 hari untuk meningkatkan kesiapsiagaan sekutu, kata Pasukan Amerika Serikat Korea (USFK) lewat pernyataan.

Dalam latihan tersebut, Jenderal Angkatan Darat AS Paul LaCamera, selaku komandan pasukan USFK, U.S.-South Korea Combined Forces Command (CFC), dan the United Nations Command (UNC), bertukar posisi dengan wakilnya Jenderal Korsel Koprsel Ahn Byung-seok, kata USFK.

Langkah itu berdasarkan pada rencana komando masa depan yang diuraikan menteri pertahanan AS dan Korsel tahun lalu, kata LaCamera lewat pernyataan.

"Ini penting, sebab, untuk pertama kalinya, wakil komando CFC bertugas sebagai pemimpin komando CFC di masa depan," katanya menambahkan.

Sejak Perang Korea 1950-1953, militer Amerika telah mempertahankan kewenanggannya untuk mengendalikan ratusan ribu prajurit Korsel bersama sekitar 28.500 tentara AS yang ditempatkan di negara tersebut jika terjadi perang.

Presiden Yoon Suk-yeol mengatakan Korsel belum siap mengambil kendali operasi pasukan gabungan setelah dorongan dari pendahulunya, Moon Jae-in, menghadapi penundaan akibat pandemi dan sejumlah isu lainnya.

Yoon mengutip perlunya pengawasan dan kemampuan pengintaian yang lebih besar, di antara faktor lainnya.

Menteri Pertahanan Korsel Lee Jong-sup turut hadir dalam latihan pada Rabu, yang menurut kementerian bertujuan untuk mencegah dan membalas ancaman nuklir dan senjata pemusnah massal milik Korut.

Korut mengecam latihan gabungan tersebut sebagai balasan untuk invasi, menyebutnya "kebijakan bermusuhan" yang membuktikan bahwa Washington dan Seoul sungguh tidak berminat pada diplomasi.

Sumber: Reuters
Baca juga: Korsel, AS gelar latihan militer di tengah ancaman rudal Korut
Baca juga: Korsel sesalkan celaan Korut terhadap Presiden Yoon
Baca juga: Korut tolak rencana bantuan ekonomi dari Korsel

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022