Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia akan mengutamakan pembelian helikopter angkut personil militer Mi-17 dari Rusia, selain kapal-kapal perang untuk memperkuat matra laut. "Jika tawaran kredit dari Rusia disetujui, maka kita akan prioritaskan untuk Mi-17 yang hingga kini belum terpenuhi," kata Sekjen Departemen Pertahanan (Dephan) Letnan Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin setelah memimpin rapat jajaran eselon I Departemen Pertahanan (Dephan) dengan tiga Kepala Staf Angkatan, di Jakarta, Rabu. Pemerintah Rusia memutuskan memberikan kredit negara (state credit) senilai satu miliar dolar AS kepada Indonesia selama lima tahun bagi pengadaan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) dari Negeri Beruang Merah itu. Sjafrie mengatakan, tawaran Rusia itu baru akan dikoordinasikan dengan Departemen Keuangan, Bappenas dan Mabes Tentara Nasional Indonesia (TNI). "Jika tawaran itu disetujui, maka 200 juta dolar AS pertama pada 2007 akan digunakan untuk pengadaan heli angkut personil Mi-17 dan kapal perang," ujarnya. Dengan begitu, tambah dia, Indonesia memiliki alternatif dalam pengadaan Alutsista TNI selain dari Amerika Serikat (AS). Jadi, selain meningkatkan kesiapan dan kekuatan pesawat angkut dan tempur buatan AS, Indonesia memiliki alternatif yakni pesawat tempur dan angkut dari Rusia. Tentang pengadaan kapal selam dari Rusia, Sjafrie mengatakan, kemungkinan itu ada tetapi tidak dalam jangka pendek dan menengah. "Untuk membuat kapal selam itu kan perlu waktu lama. Untuk kelas `Amor` saja, baru bisa enam hingga delapan tahun dibuat. Sedangkan kelas `Kilo` di bawah lima tahun baru jadi," tutur Sjafrie. Dalam rapat tersebut hadir Wakil Asisten Operasi Kasum TNI Marsekal Madya Suryadharma, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Mayjen Herry Tjahjana, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya IWR Argawa, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya Wresniwiro dan seluruh dirjen di Dephan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006