Houston (ANTARA) - Ratusan pengunjuk rasa, termasuk lebih dari belasan anggota keluarga korban penembakan di sebuah sekolah di Uvalde, pada Sabtu (27/8) berunjuk rasa di Houston, Amerika Serikat, untuk menuntut kenaikan batas usia minimum pembeli senapan model AR-15.

Mereka juga menuntut Negara Bagian Texas di wilayah tengah-selatan Amerika Serikat (AS) untuk mengambil lebih banyak langkah guna membendung aksi kekerasan yang melibatkan senjata api.

Pada Mei lalu, seorang pelaku penembakan berusia 18 tahun menggunakan senapan model AR-15 yang dibeli secara legal untuk membunuh 19 anak dan dua guru di Sekolah Dasar Robb di Uvalde.

Kekhawatiran terkait keamanan tempat pendidikan masih menghantui saat tahun ajaran baru dimulai di seluruh AS.
 
 Foto: Xinhua


"Belum ada perubahan," kata Maggie Mireles, saudari dari Eva Mireles, salah satu guru yang tewas di Sekolah Dasar Robb.

Sejumlah besar anggota keluarga korban penembakan Uvalde yang mengikuti unjuk rasa tersebut juga khawatir bahwa masyarakat tinggal menunggu waktu saja sebelum insiden penembakan selanjutnya terjadi.

Ketika para orang tua dan aktivis pengendalian senjata api berorasi, para pengunjuk rasa mengangkat poster yang menampilkan nama dan wajah anak-anak dan guru yang tewas dalam insiden penembakan di Uvalde.
 
   Foto: Xinhua


Rivalnya dari Partai Demokrat, Beto O'Rourke, berjanji akan menaikkan batas usia untuk membeli jenis senjata yang digunakan pelaku penembakan di Uvalde.

Kendati sejauh ini penembakan Uvalde masih menjadi insiden penembakan paling mematikan pada 2022, tahun ini terdapat sedikitnya 27 insiden penembakan di sekolah yang mengakibatkan luka atau kematian di AS, menurut pelacak penembakan sekolah Education Week, sebuah organisasi berita independen.

Sebanyak 119 insiden penembakan di sekolah telah terjadi sejak 2018, ketika Education Week mulai melacak insiden sejenis.

Sumber: Xinhua
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022