Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut berkomitmen menjaga dan melindungi lingkungan maritim nasional, kata Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Kementerian Perhubungan Ahmad Wahid.

“Kita harus bekerja bersama untuk memastikan dan memperbanyak kontribusi yang berkelanjutan terhadap pertumbuhan ekonomi hijau dan perlindungan berkelanjutan terhadap lingkungan maritim kita," kata Wahid dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Sebagai bentuk komitmen dalam menjaga perlindungan lingkungan maritim, kata Wahid, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menggelar kegiatan Pilot Launch Compliance Monitoring and Enforcement (CME) Marine Environment Protection of the South East Asian Seas (MEPSEAS) Project.

Kegiatan ini dilaksanakan secara nasional dalam bentuk pelatihan Pemeriksaan Pengendalian Sistem Anti Teritip dan Sistem Manajemen Air Balas yang diikuti oleh Port State Control Officer (PSCO) dan Marine Inspector (MI) atau Flag State Inspector (FSI) dari 5 pelabuhan yang telah ditetapkan sebagai Pelabuhan Kunci dari Proyek MEPSEAS ini, yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Belawan, Tanjung Perak, Batam, dan Banten.

"Peran aktif kita dalam MEPSEAS Project ini adalah wujud nyata bahwa kita semua memiliki komitmen yang sama dalam menjaga dan melindungi lingkungan maritim kita,” katanya.

Wahid mengungkapkan, bahwa Indonesia telah membuat kemajuan yang sangat baik dalam proyek ini. Indonesia telah menyelenggarakan CME National Workshop dan menyelesaikan 14 Port Biological Baseline Survey sebagai kebutuhan spesifik proyek Indonesia pada tahun 2021.

Kemudian, pada Maret 2022, Workshop Teknis BWM dan AFS untuk PSCO berhasil dilaksanakan, dan terakhir adalah formalisasi Dokumen Panduan Nasional melalui penerbitan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Sebagai informasi, MEPSEAS adalah sebuah proyek kolaborasi dari Organisasi Maritim Internasional/IMO dan Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) yang memiliki tujuan untuk melindungi lingkungan laut dari dampak yang diakibatkan oleh kegiatan pelayaran, yang melibatkan 7 negara berkembang di Asia Tenggara dan pertama kali diluncurkan pada Pertemuan First High-Level Regional Meeting pada tahun 2018 di Bali.

MEPSEAS Project merupakan wujud komitmen berkelanjutan negara-negara ASEAN untuk bergerak menuju sistem transportasi laut yang berkelanjutan dan mengatasi masalah lingkungan laut yang signifikan. Proye ini memberikan peluang yang sangat baik bagi negara-negara tersebut untuk mengatasi risiko yang dihadapi lingkungan laut di kawasannya dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan di sektor maritim.

Baca juga: Wantanas : Indonesia harus jadi poros maritim dunia

Baca juga: Luhut kunjungi museum di Belitung, lihat koleksi sejarah maritim RI

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022