Hal ini tentu merupakan bagian dari upaya kita untuk mengurangi penggunaan dari solar sepenuhnya, karena ada campuran biodiesel di dalamnya
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno mendukung peningkatan konsumsi biodiesel B30 di dalam negeri bagi masyarakat untuk mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berbasis energi fosil.

"Hal ini tentu merupakan bagian dari upaya kita untuk mengurangi penggunaan dari solar sepenuhnya, karena ada campuran biodiesel di dalamnya," kata Eddy dalam pernyataan di Jakarta, Selasa.

Ia mengharapkan adanya upaya lanjutan dari pemerintah agar penggunaan bahan bakar dengan bahan baku CPO ini dapat digunakan pada masyarakat secara luas dan tidak lagi terbatas hanya pada kendaraan umum.

"Kami tetap mendorong B30 itu ditingkatkan, terutama suplainya, supaya akan bisa diperluas lagi distribusinya dan volume juga bisa ditingkatkan untuk dikonsumsi masyarakat," kata Eddy.

Dalam kesempatan terpisah Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai seluruh program biodiesel merupakan upaya progresif pemerintah dalam mendorong penerapan energi terbarukan di dalam negeri.

"Dengan program ini kita akan mendapat dua hal. Pertama, pastinya bisa mengurangi impor akan Solar. Kedua, pasti jadi salah satu program unggulan pemerintah dalam rangka bauran energi," katanya.

Baca juga: Pemanfaatan B30 dinilai potensi hemat minyak 165.000 BOPD

Meski demikian ia mengingatkan harga keekonomian biodiesel masih cenderung tinggi, apalagi harga CPO sempat naik karena gangguan pasar yang berdampak pada bahan pembentuk biodiesel serta sentimen geopolitik di Eropa.

"Seiring dengan keadaan yang mulai membaik di sisi demand (permintaan) dan supply (pasokan), kemungkinan (biodiesel) akan mengalami penurunan harga," kata Mamit.

Ia menyakini implementasi penggunaan biodiesel kedepannya semakin progresif seiring dengan rencana pemanfaatan B40 serta perkembangan produk berbasis CPO di dalam negeri yang semakin baik.

Oleh karena itu ia menyarankan adanya pembenahan kualitas produk biodiesel untuk mengurangi beban cost yang ditanggung konsumen serta pengembangan produk yang tidak hanya terbatas pada kendaraan darat.

"Mungkin (digunakan) Pelni atau kereta api, saya kira ini bisa terus dilakukan uji coba dari pabrik-pabrik. Dalam hal ini, pemerintah harus menerima masukan dari end user (pengguna akhir) terkait kendala, masalah dan mencari solusi agar bisa diperbaiki (biodiesel)," katanya.

Sebelumnya Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi penyaluran B30 hingga 27 Agustus 2022 mencapai 6,4 juta kiloliter atau 63 persen dari alokasi sebesar 10,15 juta kiloliter.

Pada 2020 dan 2021 realisasi B30 untuk kebutuhan domestik masing-masing mencapai 8,4 juta kiloliter dan 9,3 juta kiloliter dengan penghematan devisa mencapai Rp38,04 triliun pada 2020 dan Rp66 triliun pada 2021.

Baca juga: Kementerian ESDM: Pemanfaatan biodiesel tumbuh 3X lipat dalam 5 tahun
Baca juga: BPPT dorong optimalisasi pemanfaatan bioenergi

Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022