Jakarta (ANTARA) - Tim peneliti Amerika Serikat (AS) berhasil mengembangkan metode untuk mengevaluasi bagaimana mutasi pada SARS-CoV-2 dapat memengaruhi pengenalan antibodi yang digunakan dalam tes cepat antigen, menurut pernyataan Institut Kesehatan Nasional (National Institutes of Health/NIH) AS pada Kamis (15/9).

"Penting untuk memastikan bahwa tes ini dapat mendeteksi virus SARS-CoV-2 karena virus ini terus bermutasi," kata Bruce J. Tromberg, direktur Institut Nasional Pencitraan Biomedis dan Rekayasa Hayati AS.

Di saat varian-varian baru virus SARS-CoV-2 terus bermunculan, muncul pula kekhawatiran tentang kinerja tes cepat antigen.

"Jika mempertimbangkan siklus varian baru yang tanpa akhir, data dari studi ini akan berguna untuk tahun-tahun mendatang," paparnya. 

Tim peneliti yang didanai oleh NIH tersebut menunjukkan bahwa tes cepat antigen yang tersedia secara komersial dapat mendeteksi variant of concern di masa lalu dan saat ini, dan mengidentifikasi potensi mutasi yang dapat memengaruhi kinerja tes di masa mendatang.

Karena sebagian besar tes cepat antigen mendeteksi protein nukleokapsid SARS-CoV-2, atau protein N, tim itu langsung mengukur bagaimana mutasi pada protein N memengaruhi kemampuan diagnostik antibodi untuk mengenali target mereka.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022