"Saya tidak enak mendengar pengurus yang menilai saya tidak disiplin, padahal sebagai atlet atau dalam hal ini anak dan mereka orangtua, saya sudah sering bilang, kalau ada apa-apa jangan ngomong keluar," ujar Taufik.
Jakarta (ANTARA News) - Menanggapi berbagai isu yang mempertanyakan komitmennya dalam persiapan menghadapi putaran Piala Thomas, pebulutangkis nomor satu Indonesia Taufik Hidayat mengharapkan adanya dialog dengan pengurus PB PBSI. "Banyak yang mempertanyakan apakah saya mau memperkuat tim Thomas atau tidak, termasuk para pengurus, tetapi mereka tidak langsung mempertanyakan pada saya," ujar Taufik di Jakarta, Selasa. Taufik menyesalkan pihak-pihak yang dianggapnya lebih senang menyampaikan keluhan mengenai dirinya kepada media massa dibanding berbicara langsung padanya. "Saya tidak enak mendengar pengurus yang menilai saya tidak disiplin, padahal sebagai atlet atau dalam hal ini anak dan mereka orangtua, saya sudah sering bilang, kalau ada apa-apa jangan ngomong keluar," ujarnya. "Mbok saya dipanggil, ditegur, kalau tidak bisa ya..disentil atau ditampar kalau memang bandel, daripada ribut di luar kan tidak enak," kata Taufik yang mengaku sudah beberapa lama tidak mengikuti latihan di Pelatnas Cipayung. Juara dunia dan Olimpiade yang diproyeksikan menjadi tunggal pertama tim Indonesia di putaran final Piala Dunia yang akan digelar di Jepang 28 April -7 Mei itu mengaku siap dihukum jika memang dinyatakan telah melakukan pelanggaran aturan. "Saya siap menerima hukuman atau denda, tetapi tidak ada satu pun pengurus yang menegur saya," sesalnya sambil menceritakan bahwa saat mulai berlatih kembali Selasa (4/4), tidak satu pun pengurus yang ditemuinya di pelatnas menegur atau sekedar menyapa menanyakan kondisinya yang baru mulai pulih dari cedera pinggang. "Tidak ada yang menegur sekedar bertanya, `apa kabar Fik?`, `bagaimana kondisinya?`. Tidak ada yang mengajak bicara, semua lurus-lurus saja," katanya dengan nada kecewa. Soal persiapan menghadapi Piala Thomas, Taufik juga mengaku kecewa dengan tidak adanya simulasi yang biasanya digelar di luar kota Jakarta. "Biasanya kebersamaan bisa terjalin saat berada di luar kota," kata menantu Ketua Umum KONI Pusat Agum Gumelar itu. Ia menilai usaha PB PBSI untuk menghidupkan kebersamaan tim dengan menempatkan mereka di sebuah hotel di Bogor sebagai sia-sia karena pemain hanya bertemu saat makan, selebihnya mereka tidur di kamar masing-masing.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006