Jakarta (ANTARA) – Rumah.com kembali mengungkap bagaimana sentimen konsumen Indonesia terhadap pasar properti nasional makin positif. Hal ini sebagaimana terlihat pada temuan survei Consumer Sentiment Survey H2 2022, yang menunjukkan indeks sentimen properti menjadi 59 poin naik 2 poin dari semester sebelumnya.

Marine Novita, Country Manager Rumah.com menjelaskan bahwa menurut hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Survey H2 2022, indeks sentimen properti meningkat 2 poin dari semester sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh kepuasan yang lebih tinggi, peringkat keterjangkauan yang lebih tinggi, tingkat bunga wajar yang lebih tinggi, dan pandangan positif yang lebih tinggi pada harga properti.

"Meskipun demikian persepsi konsumen terhadap upaya Pemerintah untuk membuat perumahan terjangkau justru menurun dari sebelumnya 56 persen responden survei menjadi 53 persen.

Persepsi konsumen terhadap upaya Pemerintah yang memadai untuk membuat perumahan terjangkau mengalami penurunan sebagaimana dinyatakan oleh 16 persen responden survei saja yang menganggap bahwa langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi situasi saat ini menguntungkan konsumen properti.

Sementara kenaikan indeks sentimen properti menjadi 59 poin didukung oleh kepuasan konsumen terhadap beberapa kondisi dan yang utama pada semester ini adalah tersedianya pilihan pembiayaan yang baik tersedia.

Marine menuturkan hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas responden berpikir bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan harga properti akan naik di tahun depan. Adanya kenaikan tingkat inflasi maupun tingkat suku bunga di tahun depan masing-masing dinyatakan oleh 70 persen responden survei sementara adanya kenaikan harga rumah dinyatakan oleh 80 persen responden.

Prediksi masyarakat tentang kenaikan tingkat inflasi tersebut akan benar-benar terjadi mengingat Pemerintah telah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk jenis Pertalite, Solar Subsidi dan Pertamax sejak 3 September 2022 lalu. Menurut Kementerian Keuangan, kenaikan harga BBM akan menyumbang inflasi sebanyak 1,9 persen ke inflasi tahun ini, sehingga diperkirakan inflasi di akhir 2022 akan berada di kisaran 6,6 – 6,8 persen, meningkat dari target inflasi 2022 pemerintah sebelumnya sebesar 4 – 4,8 persen.

“Selain itu hasil survei juga memperlihatkan bahwa jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga, 2 dari 5 responden atau 40 persen menyatakan akan menunda pembelian properti mereka, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Proporsi responden yang setara menunjukkan kemungkinan tidak akan terpengaruh oleh kenaikan tingkat suku bunga,” jelas Marine.

Demikian juga halnya jika terjadi kenaikan tingkat inflasi, 38 persen responden menyatakan akan menunda pembelian properti mereka, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dan 42 persen responden menyatakan tidak akan terpengaruh oleh kenaikan tingkat inflasi.

Adanya perkembangan dan inovasi teknologi yang pesat juga dirasakan manfaatnya oleh konsumen properti dimana dapat membantu mereka untuk memiliki properti. Salah satunya adalah kehadiran Fintech dimana 51 persen responden menyatakan Fintech dapat membantu mereka memiliki properti.

Responden menganggap Fintech sebagai teknologi baru yang siap untuk membantu orang-orang dalam kepemilikan properti. Fintech dapat membantu mereka untuk mengetahui nilai cicilan secara digital, harga dan diskon sehingga akan memudahkan untuk membeli properti.

Inovasi teknologi lainnya yang dianggap bisa membantu masyarakat memiliki rumah adalah digital housing societies dan sharing economy sebagaimana dinyatakan oleh 41 persen responden survei. Sedangkan teknologi Virtual/Augmented Reality dan Blockchain masing-masing hanya dinyatakan oleh 29 persen dan 10 persen responden saja yang menganggap bisa membantu memilki rumah.

Marine menyimpulkan bahwa menurut hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2022, indeks sentimen properti meningkat 2 poin dari semester sebelumnya didorong oleh kepuasan yang lebih tinggi, peringkat keterjangkauan yang lebih tinggi, suku bunga wajar yang lebih tinggi dan pandangan positif yang lebih tinggi pada harga properti namun demikian persepsi terhadap upaya Pemerintah untuk membuat perumahan terjangkau malah menurun.

"Kehadiran inovasi teknologi yang muncul seperti fintech, digital housing societies, platform agregasi properti, dan Virtual/Augmented Reality dipandang oleh beberapa konsumen bisa membantu dalam memiliki properti. Sementara kurang dari 1 dari 6 konsumen tidak berpikir bahwa teknologi baru tersebut dapat membantu mereka memiliki properti," pungkas Marine.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2022