London (ANTARA) - Mata uang poundsterling kembali mengalami kemerosotan pada Rabu usai Bank of England (BOE) mengatakan akan turun tangan untuk menopang pasar emas.

Hal itu menjadi sinyal terbaru dari kegelisahan di pasar keuangan yang membantu mendorong dolar ke titik tertinggi dalam dua dekade terakhir. BOE mengatakan akan membeli obligasi pemerintah jangka panjang sebanyak yang diperlukan antara hari ini hingga 14 Oktober untuk menstabilkan pasar keuangan, dan menambahkan bahwa pihaknya akan menunda dimulainya program penjualan emas minggu depan.

Ketika pasar mencoba untuk memaknai dampak atas hal ini terhadap pound, mata uang tersebut terguncang, melonjak sebesar 1,084 dolar AS kemudian jatuh, dan terakhir turun sebanyak 1,5 persen ke 1,0583 dolar AS.

"Tekanan pada kenaikan suku bunga Inggris menghancurkan pasar keuangan di Inggris ..., yang berarti mereka (BoE) harus bergerak," kata Kepala Strategi JFX Saxo Bank John Hardy.

"Karena seluruh dunia sedang dalam mode pengetatan, ini seharusnya negatif bagi sterling. Kami telah melihat beberapa reaksi aneh ketika pasar mencoba menghadapinya, dan ada sedikit pergeseran dalam sentimen risiko dengan orang-orang berpikir “Astaga, apakah Bank of England merupakan kenari di tambang batu bara, akankah bank sentral lain harus bergeser?, tapi ini terlalu dini untuk perdagangan itu."

Harga jangka panjang pemerintah Inggris melonjak setelah pengumuman tersebut dan imbal hasil pada emas selama 30 tahun turun sekitar 30 basis poin.

Pergerakan sterling datang dengan latar belakang dolar yang melanjutkan lonjakan nilai tanpa henti.

Indeks dolar AS naik sekitar 0,5 persen mencapai titik tertinggi baru pada 114,78, kenaikan lebih tinggi dibantu oleh kenaikan yang sama tanpa henti dari imbal hasil Treasury AS.

Patokan imbal hasil Treasury AS 10 tahunan naik menjadi 4 persen untuk pertama kalinya sejak 2010, naik sebesar 4,013 persen sebelum mengembalikan keuntungan, seperti halnya imbal hasil obligasi pemerintah Eropa, setelah langkah yang diambil oleh Bank of England.

Keuntungan dolar berbasis luas, dengan euro turun sebesar 0,37 persen, menjadi senilai 0,9557 dolar AS, dan dolar Australia, yang sangat sensitif terhadap perubahan sentimen investor, turun 0,56 persen.

"Perlawanan (terhadap kekuatan dolar) sia-sia,” menurut para analis ING.

"Apakah itu data AS yang mengejutkan, Pemerintah AS tidak menunjukkan kekhawatiran sama sekali dengan dolar yang kuat, atau babak baru dalam perang energi di Eropa, sepertinya semua sistem mendukung laju dolar."

"Mencoba mengambil dolar tertinggi dalam iklim saat ini adalah latihan yang sia-sia."

Di sisi lain, yen terakhir berada di nilai 144,7 per dolar. Tak banyak perubahan yang tercatat pada hari yang sama, namun masih mendekati tingkat terendah dalam beberapa tahun, bahkan setelah intervensi Jepang untuk menopang mata uang yang rapuh pekan lalu.

Sementara itu di Asia, tonggak sejarah lainnya jatuh pada hari Rabu, di mana yuan dalam negeri China memperpanjang kerugian untuk mengakhiri sesi domestik pada level terendah terhadap dolar sejak krisis keuangan global.

Yuan offshore mencapai rekor terendah, tertekan oleh ekspektasi kenaikan suku bunga AS lebih lanjut.

Terdapat tanda-tanda bahwa pembuat kebijakan China menjadi khawatir. Reuters melaporkan pada hari Selasa, mengutip sebuah sumber, bahwa otoritas moneter China meminta bank-bank lokal untuk menghidupkan kembali alat penetapan yuan yang telah ditinggalkan selama dua tahun.

Baca juga: Rupiah anjlok tertekan agresivitas moneter The Fed
Baca juga: Dolar sentuh tertinggi baru 20 tahun di sesi Asia, sterling tertekan
Baca juga: Harga minyak tergelincir di sesi Asia karena dolar capai puncak baru

 

Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022