Banjarbaru (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mendorong perbaikan sanitasi dalam upaya menurunkan angka stunting yang tergolong tinggi di Kalimantan Selatan (Kalsel).

"Perbaikan lingkungan terutama sungai menjadi perhatian khusus kami, karena ini salah satu faktor pemicu stunting," kata dia di Banjarbaru, Kamis.

Diakui Hasto, kebiasaan sebagian masyarakat di Kalsel yang masih menggunakan sungai untuk mandi hingga buang air di jamban apung menjadi permasalahan tersendiri.

Untuk itulah, program jambanisasi sangat diperlukan guna meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari buang air besar sembarangan.

Kemudian kurangnya kebersihan rumah seperti kecukupan ventilasi udara dan sebagainya juga menjadi faktor penyebaran bakteri penyakit tuberkulosis (TBC) yang pada akhirnya anak sering sakit demam, batuk dan pilek hingga berat badannya tidak naik-naik.

"Imunisasi penting mencegah TBC dan lingkungan bersih mencegah diare. Untuk makanan saya kira Kalsel sangat kaya, ikan cukup dan telur juga melimpah," jelas Hasto.

Baca juga: Badan Pangan Nasional atasi stunting daerah rawan lewat B2SA-Dashat


Ditegaskannya pula, karena faktor multidimensi itulah maka penanggulangan stunting membutuhkan keterlibatan lintas sektoral secara kolaboratif.

Seperti untuk program jambanisasi dan pembuatan sumur-sumur bor sumber air bersih, BKKBN menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat agar diarahkan kepada wilayah yang terdapat banyak keluarga berisiko tinggi stunting.

Kemudian TNI juga terus membuat gerakan air bersih untuk komunal yang bisa dimanfaatkan 15 kepala keluarga (KK).

"Di Kalsel kami upayakan CSR perusahaan berkontribusi untuk bapak asuh anak stunting. Cukup murah hanya Rp15 ribu per hari, saya rasa di sini sangat potensial," ujar dia.

Hasto menyebut Kalsel yang berada di angka 30 persen untuk prevalensi stunting ditargetkan dapat turun 14 persen pada tahun 2024 mendatang.

Dia berharap Kalsel secepatnya di bawah 20 persen karena yang disyaratkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) batas toleransinya minimal 20 persen.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo bersama Ketua Umum Dharma Pertiwi Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati Andika Perkasa menyerahkan bantuan bagi fasilitas kesehatan di Banjarmasin. (ANTARA/Firman)


Kepala BKKBN hadir bersama Ketua Umum Dharma Pertiwi Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati Andika Perkasa di Kalsel dalam rangka percepatan penurunan stunting hasil kolaborasi TNI, BKKBN, dan Kementan serta mitra kerja untuk mewujudkan SDM unggul Indonesia.

Istri Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa yang akrab disapa Hetty itu mengecek pelaksanaan program keluarga berencana (KB) di Rumah Sakit TNI AU Sjamsudin Noor di Banjarbaru guna memberikan penguatan para akseptor.

"Saya apresiasi ada 372 calon akseptor termasuk laki-laki juga. Ini sebagai upaya kita bersama menjaga kesehatan reproduksi dan mengatur kehamilan hingga pada akhirnya mencegah stunting," ucapnya.

Ketua Umum Dharma Pertiwi dan Kepala BKKBN juga menyerahkan beragam bantuan bagi fasilitas kesehatan dan masyarakat yang dipusatkan di Gedung Sultan Suriansyah Banjarmasin termasuk melepas rombongan bantuan sosial yang dibagikan petugas TNI dari rumah ke rumah secara langsung.

Baca juga: Istri Anies berharap Posyandu berperan turunkan tengkes pada balita
Baca juga: Pemkot Jaksel bentuk Kelompok Peduli Gizi untuk cegah tengkes

Pewarta: Firman
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022