Washington DC (ANTARA News) - Seni budaya tradisional yang didukung lebih 200 warga Indonesia ikut memberi warna pada acara parade Cherry Blossom di Washington DC, Sabtu. Dalam festival tahunan di ibukota AS tersebut, kontingen Indonesia menunjukkan keragaman tradisi dan budaya dengan menyajikan peragaan busana daerah dan tiga atraksi di sepanjang Constitution Avenue itu, yakni tradisi Tabuik, pencak Silat dan Reog Ponorogo. Tabuik merupakan tradisi dari Pariaman, Sumatera Barat untuk memperingati meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein. Warna-warni kostum dan penampilan kontingen Indonesia menampilkan keunikan tersendiri karena jarang dilihat warga AS. Kontingen lain umumnya menampilkan marching band atau pertunjukan yang sudah dikenal warga AS. Sebanyak 103 kontingen ambil bagian dalam parade tersebut. Umumnya mereka mewakili perguruan tinggi, negara bagian, kelompok seni dan institusi pemerintah. Selain Indonesia, kontingen lainnya yang mewakili negara dalam parade tersebut adalah Jepang. Untuk festival tersebut, KBRI Washington DC mengkoordinir masyarakat Indonesia yang berdomisi di AS, di samping didukung oleh seniman-seniman yang langsung datang dari Tanah Air. Walikota Pariaman Nasri Nazar juga datang ke Washington DC dan ikut menyiapkan partisipasi tradisi "Tabuik" tersebut. "Ini salah satu wujud persatuan bangsa kita di luar negeri, semua bekerjasama untuk memberi kesan positif mengenai Indonesia di Amerika," kata Dubes RI untuk AS, Sudjadnan Parnohadiningrat. Partisipasi Indonesia dalam parade tersebut, kata Dubes Sudjadnan, juga sebagai ungkapan rasa terima kasih masyarakat Indonesia terhadap bantuan Amerika Serikat saat terjadinya bencana alam tsunami. Sebuah spanduk bertuliskan ucapan terima kasih dibentangkan oleh kontingen Indonesia dalam parade tersebut. Festival Cherry Blossom tahun ini merupakan yang ke-94 kalinya diadakan di ibukota Amerika Serikat tersebut. Festival ini pertama diadakan tahun 1912 untuk merayakan pemberian hadiah berupa 3.000 pohon cherry dari warga kota Tokyo untuk warga Washington DC. Tahun-tahun berikutnya perayaaan tersebut menjadi suatu tradisi tahunan yang seringkali diikuti kontingen-kontingen dari berbagai negara. Festival yang biasanya diadakan awal musim semi tersebut juga selalu mendapat perhatian luas oleh media-media massa setempat. Sejak KBRI Washington DC berdiri tahun 1951, partisipasi Indonesia tahun ini merupakan yang ketiga kalinya. Parade tahun ini agak terganggu oleh turunnya hujan lebat sejak pagi, sehingga penonton yang datang tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian mereka tetap dapat menyaksikan melalui siaran langsung televisi.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006