Pemerintah harus mampu menciptakan diversifikasi pangan sehingga masyarakat tidak mengalami ketergantungan dari satu komoditas pangan saja
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Agus Herta Sumarto menyampaikan pentingnya peran pemerintah dalam mendorong perubahan perilaku konsumsi bahan pangan melalui diversifikasi pangan.

“Pemerintah harus mampu menciptakan diversifikasi pangan sehingga masyarakat tidak mengalami ketergantungan dari satu komoditas pangan saja,” jelas Agus saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, diversifikasi pangan juga akan menciptakan stabilitas harga komoditas pangan karena masyarakat tidak lagi mengonsumsi satu bahan pangan saja. Namun, langkah ini harus mendapat dukungan masyarakat secara luas,.

“Masyarakat harus suka rela turut serta dalam proses ini,” ujar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana itu.

Masyarakat diharapkan tidak lagi hanya mengonsumsi satu bahan pangan saja, kata dia, karena akan mengakibatkan ketergantungan dan menurunkan tingkat kualitas ketahanan pangan nasional.

Baca juga: DPD-delegasi Rusia bahas soal pangan hingga rencana Putin hadiri G20

Hal tersebut, lanjutnya, bisa disandingkan dengan kearifan lokal, dalam hal ini masyarakat yang dulu terbiasa mengonsumsi ubi, sagu, jagung, dan bahan pangan lainnya selain beras, bisa mulai kembali mengonsumsi bahan pangan khas daerah masing-masing. Dengan demikian ketahanan pangan di daerah juga akan tercipta.

Sedangkan dari sisi konsumsi, pemerintah harus mendorong adanya perubahan pola perilaku konsumsi bahan pangan masyarakat dengan berperan aktif menciptakan diversifikasi pangan, sehingga masyarakat tidak mengalami ketergantungan dari satu komoditas pangan saja

Pemerintah, kata dia, juga diharapkan mampu mengubah pola perilaku tata niaga tanaman pangan dari mulai sisi produksi, distribusi, sampai dengan sisi konsumsi.

Dari sisi produksi, ia mengharapkan pemerintah dapat meningkatkan produktivitas lahan-lahan pertanian, terutama komoditas pangan. Hal ini dapat dimulai dari pemilihan lahan yang sesuai, pembangunan infrastruktur penunjang seperti sistem pengairan atau irigasi, serta penyediaan sarana produksi pertanian (saprotan) yang baik seperti benih, pupuk, dan anti hama dan penyakit tanaman.

“Serta menyediakan sistem logistik yang murah namun berkualitas, sehingga biaya angkut atau transportasi hasil pertanian dapat efisien,” ujar Agus Herta. 

Baca juga: Presiden soroti perubahan iklim tantangan terkini ketahanan pangan
 

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022