Angka penggunaan yang lebih tinggi akan menyebabkan kenaikan jumlah kejahatan dan masalah kesehatan mental
New York City (ANTARA) - Pengampunan yang diberikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bagi para kriminal yang dihukum karena kepemilikan ganja di bawah undang-undang federal baru-baru ini dianggap telah meremehkan bahaya penggunaan narkoba, dan "mengirimkan sinyal yang salah ke seluruh AS pada waktu yang salah," demikian surat kabar The Wall Street Journal (WSJ) menulis.

Biden pada Kamis (6/10) mengumumkan bahwa dirinya mengampuni semua pelanggaran federal sebelumnya terkait kepemilikan ganja dalam jumlah kecil, meski AS menuai kritik atas dorongan untuk melegalkan ganja di seluruh negara itu.

Namun, "hukuman federal untuk kejahatan terkait ganja biasanya bukan untuk kepemilikan dalam jumlah kecil," kata surat kabar tersebut dalam sebuah kolom opininya.

Surat kabar itu menambahkan bahwa pemerintah federal benar-benar "kurang reaktif" terhadap penggunaan ganja ilegal.

"Penggunaan narkoba ilegal merupakan katalis untuk kejahatan, yang telah meningkat bahkan setelah negara-negara bagian di seluruh AS meliberalisasi undang-undang ganja mereka," lanjutnya.

Hal tersebut mengingat efek ganja sekarang ini menjadi lebih kuat dan generasi muda pun semakin sering menggunakannya.

"Angka penggunaan yang lebih tinggi akan menyebabkan kenaikan jumlah kejahatan dan masalah kesehatan mental," WSJ menjelaskan.

"Jika Presiden Biden benar-benar ingin melakukan sesuatu terkait masalah yang sedang dihadapi kota-kota dan negara-negara bagian kita, yakni kenaikan angka kejahatan, adiksi, dan kematian karena overdosis, dia seharusnya melakukan sesuatu untuk mencegah penggunaan narkoba ilegal," demikian WSJ.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022