Rasa malu dan diskriminasi merupakan tantangan terbesar
Saat ini di Indonesia hanya terdapat 4.400 psikolog dan psikiater dengan jumlah populasi lebih dari 250 juta orang. Dengan adanya pandemi COVID-19, menurut Sandersan, kondisi kesehatan mental dari dampak pandemi tidak diketahui.

Kesehatan mental dan bunuh diri berdampak terhadap ekonomi. Sandersan mengatakan berdasarkan penelitian, kerugian ekonomi mencapai Rp582 triliun per tahun akibat kematian dan hilangnya produktivitas, di sisi lain penanganan kesehatan mental berjalan lambat.

Baca juga: Jangan pendam sendiri, cari bantuan bila stres tak kunjung teratasi

Menurut dia, di Indonesia masih banyak orang yang lebih memilih berkonsultasi kepada pemuka agama ketimbang profesional di bidang kejiwaan. Oleh karena itu, menurutnya, para pemuka agama juga harus punya pandangan yang benar mengenai kesehatan jiwa.

"Jadi penting untuk bekerjasama dengan pemuka agama," kata dia.

Emotional Health for All melakukan deklarasi pertemuan antarumat agama yang diusung pada tanggal 2-3 Juni 2022 di Lombok sebagai bagian dari acara G20.

Deklarasi yang juga disebut sebagai “Lombok Declaration” ini bertujuan untuk menegaskan bahwa setiap orang di Indonesia, termasuk para psikolog, guru, keluarga, pelajar dapat mencari bantuan kesehatan mental tanpa harus didiskriminasi atau distigmatisasi.

Melalui deklarasi ini, tujuh perwakilan tokoh agama KH Miftahul Huda (Majelis Ulama Indonesia), Rm. Y. Aristanto HS, MSF (Komisi Waligereja Indonesia), drg. I Nyoman Suarthanu. MAP KH Sarmidi Husna (Pengurus Besar Nadhlatul Ulama), drg. I Nyoman Suarthanu. MAP (Parisada Hindu Darma), I Wayan Sianto (Perwakilan Walubi Indonesia), Prof. Dr. Musdah Mulia, M.A (International Center for Religions and Peace), Pdt Jackelyn Manuputty (Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia) dan Pdt Ary Mardi Wibowo (Jakarta Praise Church Community) mempersatukan pandangannya terhadap kesehatan mental dengan mentandatangani “Deklarasi Relio-Mental Health”.

Berdasarkan isi deklarasi tersebut, telah dinyatakan bahwa pemuka dari lima kelompok agama setuju bahwa masalah kesehatan mental bukanlah hal yang memalukan, serta mengedepankan pentingnya peran lingkungan dan keluarga dalam mendampingi orang dengan masalah kesehatan mental. Di saat yang sama, deklarasi ini juga mendorong lembaga keagamaan dan instansi pemerintah seperti Kementerian untuk berkolaborasi dalam meningkatkan pelayanan dan penanganan masalah kesehatan mental serta pencegahan bunuh diri.

Baca juga: Guru TK ajak 2.700 anak ke Ancol saat Hari Kesehatan Mental Dunia

Baca juga: Psikiater: Cemas berlebih-sulit tidur tanda ada masalah kesehatan jiwa

Baca juga: Pemuka agama diminta bantu sebarkan kesadaran tentang kesehatan mental

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022